Saturday, August 29, 2020

KH Hasyim Muzadi

Ukhuwah bainal-muslimin. "Oh kenapa ya kok nggak Ukhuwah Islamiyyah ya?" Ternyata, kalau "Islamiyyah" itu mesti "Ukhuwah" pak. Yang ruwet ini kan musliminnya. Khutbahnya "Wa'tashimu", keluar masjid "Watafarraqu". Di dalam kita wiridan, di luar kita ganti sandal baru, kan begitu. Jadi, yang ruwet ini pasti ininya.

Di situ (Piagam Madinah) diterangkan, untuk urusan-urusan yang furu'iyah, sudahlah "Lanaa A'maalunaa, Walakum A'maalukum". Untuk yang ushul, ini kalau ada perbedaan, harus dibicarakan diantara para ulama. Jangan dibicarakan diantara, di luar para ulama.

Nah sekarang enggak, ada anak Ansor sama pemuda Muhammadiyah ribut soal Tahlil. "Ini nyampai atau enggak ke yang mati?"

Kata Ansornya, "Nyampai".

"Lho, buktinya?"

"Karena, setiap kiriman nggak pernah kembali."

Lha pemuda Muhammadiyah nya ini kan nggak terima, "Mana tanda buktinya?"

Nah kalau diserahkan bangsa begini ini pak, innalilahi wainna ilaihi raji'un.

Nah kalau sudah sampai "top" dia merusak Islam, dia harus dinyatakan tegas dia berada di luar Islam. Luar biasa.

Saya baru diberitahu oleh Polisi, "Dulu pak Hasyim, ada orang mengaku malaikat Jibril, namanya Lia Eden. Ada orang yang mengaku Nabi Muhammad, namanya Musadeq". Dua-duanya ditangkap. Dimasukkan di tahanan. Ditanya oleh polisi, "Wahai malaikat Jibril, pernahkah ketemu Nabi Muhammad ini?" Ternyata belum pernah ketemu, dua orang ini.

Lha kalau sudah sampai ini pak, ya sudah. Harus tegas, nggak usah ragu-ragu. Saya juga menyampaikan kepada Almukarram bapak Menteri Agama, "Sudah, jangan ragu, katakan itu bukan Islam". Kenapa ragu-ragu?

Tapi ini jangan cuma ditepuk tangani saja. Maksud saya, yang lain-lain itu ikut mendorong lah. Supaya ada "pride", karena yang menghadang pun juga sangat banyak.

KH. Hasyim Muzadi

0 comments :

Post a Comment