This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Thursday, September 29, 2022

BOLEH MENDIRIKAN JAMA'AH KEDUA

Masjid itu ada dua model:

Pertama, masjid yang tidak memiliki imam tetap seperti masjid di pasar dan tempat lalu lalangnya manusia. Maka di sini diperbolehkan berulangnya shalat jama'ah berdasarkan kesepakatan para ulama, dan hal ini tidak dinilai makruh.

Kedua, ada masjid yang memiliki imam tetap. Maka di sinilah terdapat perselisihan pendapat di antara para ulama tentang berulangnya jama'ah dalam satu masjid diperbolehkan atau tidak.

Masih dibolehkan jama'ah kedua untuk masjid yang memiliki imam tetap berdasarkan alasan dalil-dalil berikut ini.

Dari hadits Abu Sa'id Al-Khudri radhiyallahu 'anhu, ada seseorang yang datang sedangkan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah selesai dari shalat, lalu beliau mengatakan kepada para sahabat,

أَلاَ رَجُلٌ يَتَصَدَّقُ عَلَى هَذَا فَيُصَلِّىَ مَعَهُ

“Siapakah yang mau bersedekah untuk orang ini, yaitu melaksanakan shalat bersamanya?" (HR. Abu Daud, no. 574; Tirmidzi, no. 220)

Dari hadits Ubay bin Ka'ab radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


وَإِنَّ صَلاَةَ الرَّجُلِ مَعَ الرَّجُلِ أَزْكَى مِنْ صَلاَتِهِ وَحْدَهُ وَصَلاَتُهُ مَعَ الرَّجُلَيْنِ أَزْكَى مِنْ صَلاَتِهِ مَعَ الرَّجُلِ وَمَا كَثُرَ فَهُوَ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى


“Shalat seseorang bersama lainnya lebih baik daripada shalatnya sendirian. Shalat seseorang bersama dua orang lebih baik daripada shalatnya bersama satu orang. Jika jama'ahnya makin banyak, itu lebih disukai." (HR. Abu Daud, no. 554)

Dari Abu 'Utsman, beliau berkata, "Anas bin Malik pernah mendatangi masjid Bani Tsa'labah. Lalu Anas mengatakan, "Apakah kalian sudah shalat?" Kami pun mengatakan, "Iya, kami sudah shalat." Anas pun mengatakan, "Kumandangkanlah azan." Azan pun dikumandangkan, kemudian Anas melaksanakan shalat  secara berjama'ah.” (HR. Ibnu Abi Syaibah, 1:331; 'Abdur Razaq, 3417; Ibnul Mundzir, 4:215; sanadnya shahih. Lihat Shahih Fiqh As-Sunnah, 1:562.)

Dari Salamah bin Kuhail, beliau mengatakan bahwa Ibnu Mas'ud pernah memasuki masjid dan shalat jama'ah telah selesai dilaksanakan. Kemudian Ibnu Mas'ud melakukan shalat secara berjama'ah bersama 'Alqamah, Al Aswad dan Masruq. (HR. Ibnu Abi Syaibah, 2:323; Ibnul Mundzir, 4:216; dan memiliki penguat dari 'Abdur Razaq, 2884; sanadnya shahih. Lihat Shahih Fiqih Sunnah, 1:562)

Syaikh Abu Malik hafizahullah mengatakan, "Tidak diketahui pendapat sahabat lain yang menyelisihi pendapat Anas dan Ibnu Mas'ud ini. Jama'ah kedua tentu diperbolehkan karena shalat jama'ah tentu lebih utama dari shalat sendirian."

Mengikuti Jamaah Kedua Kalinya

Boleh mengikuti shalat jamaah untuk kedua kalinya, shalat yang kedua dihukumi sunnah. Contoh seorang suami boleh mengulang shalat jamaah bersama istrinya di rumah setelah melakukan shalat wajib di masjid.

Dari Yazid bin Al-Aswad, ia berkata,


شَهِدْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَاةَ الْفَجْرِ فِي مَسْجِدِ الْخَيْفِ فَلَمَّا قَضَى صَلَاتَهُ إِذَا هُوَ بِرَجُلَيْنِ فِي آخِرِ الْقَوْمِ لَمْ يُصَلِّيَا مَعَهُ قَالَ عَلَيَّ بِهِمَا فَأُتِيَ بِهِمَا تَرْعَدُ فَرَائِصُهُمَا فَقَالَ مَا مَنَعَكُمَا أَنْ تُصَلِّيَا مَعَنَا قَالَا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا قَدْ صَلَّيْنَا فِي رِحَالِنَا قَالَ فَلَا تَفْعَلَا إِذَا صَلَّيْتُمَا فِي رِحَالِكُمَا ثُمَّ أَتَيْتُمَا مَسْجِدَ جَمَاعَةٍ فَصَلِّيَا مَعَهُمْ فَإِنَّهَا لَكُمَا نَافِلَةٌ


“Aku pernah menghadiri shalat Shubuh bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam di Masjid Al-Khaif. Ketika selesai shalat, ternyata ada dua orang laki-laki di belakang shaff yang tidak shalat bersama beliau. Beliau bersabda, 'Bawalah dua orang laki-laki tersebut kepadaku.’ Dibawalah kedua laki-laki itu oleh para shahabat ke hadapan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam keadaan gemetar sendi-sendinya. Beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Apa yang menghalangimu untuk shalat bersama kami?' Mereka berkata, 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami telah shalat di rumah kami.' Beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda,  'Jangan kalian lakukan. Apabila kalian telah shalat di rumah-rumah kalian, lalu kalian mendatangi masjid yang sedang melaksanakan shalat berjamaah, maka shalatlah kalian bersama mereka, karena shalat itu bagi kalian terhitung sebagai shalat sunnah.'" (HR. An-Nasa'i, no. 858)

Dari  Mihjan, ia berkata, Rasulullah 


أَنَّهُ كَانَ فِى مَجْلِسٍ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَأَذَّنَ بِالصَّلاَةِ – فَقَامَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- ثُمَّ رَجَعَ وَمِحْجَنٌ فِى مَجْلِسِهِ – فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَا مَنَعَكَ أَنْ تُصَلِّىَ أَلَسْتَ بِرَجُلٍ مُسْلِمٍ ». قَالَ بَلَى وَلَكِنِّى كُنْتُ قَدْ صَلَّيْتُ فِى أَهْلِى فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِذَا جِئْتَ فَصَلِّ مَعَ النَّاسِ وَإِنْ كُنْتَ قَدْ صَلَّيْتَ


Bahwa beliau pernah berada di majelis bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu dikumandangkan adzan untuk shalat. Kemudian beliau shallallahu 'alaihi wa sallam berdiri, lalu mengerjakan shalat, sedangkan Mihjan masih dudk di tempat semula. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan, "Apa yang menghalangimu shalat, bukankah engkau adalah seorang muslim?” Lalu Mihjan mengatakan, "Betul. Akan tetapi saya sudah melaksanakan shalat bersama keluargaku." Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan padanya,  "Apabila engkau datang, shalatlah bersama orang-orang, walaupun engkau sudah shalat." (HR. An-Nasa'i, no. 858 dan Ahmad, 4: 34.)

Dari Abu Dzarr radhiyallahu 'anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda padanya,


« كَيْفَ أَنْتَ إِذَا كَانَتْ عَلَيْكَ أُمَرَاءُ يُؤَخِّرُونَ الصَّلاَةَ عَنْ وَقْتِهَا أَوْ يُمِيتُونَ الصَّلاَةَ عَنْ وَقْتِهَا ». قَالَ قُلْتُ فَمَا تَأْمُرُنِى قَالَ « صَلِّ الصَّلاَةَ لِوَقْتِهَا فَإِنْ أَدْرَكْتَهَا مَعَهُمْ فَصَلِّ فَإِنَّهَا لَكَ نَافِلَةٌ »


“Bagaimana pendapatmu jika engkau dipimpin oleh para penguasa yang suka mengakhirkan shalat dari waktunya, atau meninggalkan shalat dari waktunya?" Abu Dzarr berkata, "Aku berkata "Lantas apa yang engkau perintahkan kepadaku?" Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Lakukanlah shalat tepat pada waktunya. Apabila engkau mendapati shalat bersama mereka, maka shalatlah (bersamanya). Sesungguhnya ia dihitung bagimu sebagai shalat sunnah." (HR. Muslim, no. 648).

Ada riwayat tambahan,


وَلاَ تَقُلْ إِنِّى قَدْ صَلَّيْتُ فَلاَ أُصَلِّى


“Janganlah mengatakan, aku telah shalat, maka aku tak mau shalat lagi." (HR. Muslim, no. 648).

Dalil dalil (hadits) diatas adalah dasar diperbolehkannya orang sholat wajib berimamkan orang yang sholat Sunnah.


WaLLAAHUa'lam

RUMUS KAYA

 keberkahan


"Barang siapa dunia adalah niatnya, jadi waktu bangun tidur niatnya cuma ingin dapat dunia, maka Allah akan menjadikan kefakiran akan terus ada didepan matanya,” kata Habib Novel Alaydrus.


Banyak yang bilang ke saya begini,

"kak, gimana sih caranya supaya bisa terhindar dari riba, terhindar dari kemiskinan, kok hidup aku susah banget ya, kok rasanya sulit banget nyari duit ya?".


Ketika mereka bertanya seperti itu, saya selalu menjawab dengan kalimat template, apa itu?

"udah sedekah belum?" 

Pasti jawabannya adalah sudah.


Saya tanya lagi "seberapa banyak? Konsisten atau tidak? Dijadikan planing harian atau tidak?" 

Dan rata-rata jawabannya adalah tidak.


Kalau mau hidup banyak harta, dipermudah urusan, cobalah untuk memberi dulu.


"Semisal contohnya begini,

kamu mau harta, banyak rezeki? coba berikan rezekimu dulu ke orang lain, mau hidup mudah? permudah hidup orang lain dulu. Jadikan daily plan, rutinkan, in syaa Allah, Allah akan balas semua kegiatan kamu."


"Jangan takut miskin, duit bisa dicari, harta bisa dicari, semua bisa kita gapai kalau kamu mau. beneran ini."


"Rumus saya begini, jika saya mau sesuatu, saya harus bagikan itu kepada orang lain terlebih dahulu, jangan berharap imbalan dari orang itu. berharap Allah saja yang balas, lebih joss lagi balasannya."


Intinya, kalau kamu mau A, cobalah berikan sesuatu yang nilainya sama A ke orang lain. kamu akan dapatkan A+ nantinya dari Allah.

𝟔 𝐊𝐨𝐧𝐝𝐢𝐬𝐢 𝐘𝐚𝐧𝐠 𝐃𝐢𝐩𝐞𝐫𝐛𝐨𝐥𝐞𝐡𝐤𝐚𝐧 𝐌𝐞𝐧𝐮𝐧𝐝𝐚 𝐒h𝐚𝐥𝐚𝐭 𝐅𝐚𝐫𝐝𝐡𝐮

𝐊𝐞𝐭𝐢𝐤𝐚 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐚𝐝𝐚 𝐚𝐢𝐫

"Mazhab Asy-Syafi'iyah menegaskan lebih utama menunda sholat tetapi dengan tetap berwudhu menggunakan air, dari pada melakukan sholat di awal waktu, tetapi hanya dengan bertayammum dengan tanah,"

𝐊𝐞𝐭𝐢𝐤𝐚 𝐬𝐞𝐝𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐧𝐮𝐧𝐠𝐠𝐮 𝐣𝐚𝐦𝐚𝐚𝐡

"Dan waktu Isya kadang-kadang, bila beliau SAW melihat mereka (para sahabat) telah berkumpul, maka dipercepat. Namun bila beliau melihat mereka berlambat-lambat, maka beliau undurkan. (HR Bukhari Muslim)

𝐊𝐞𝐭𝐢𝐤𝐚 𝐜𝐮𝐚𝐜𝐚 𝐩𝐚𝐧𝐚𝐬 𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐬𝐢𝐚𝐧𝐠 𝐡𝐚𝐫𝐢 𝐬𝐚𝐧𝐠𝐚𝐭 𝐦𝐞𝐧𝐲𝐞𝐧𝐠𝐚𝐭

Anas bin Malik berkata bahwa Rasulullah SAW menyegerakan sholat bila dingin sedang menyengat. Tetapi bila panas sedang menyengat, beliau mengundurkan sholatnya. (HR. Bukhari)

𝐊𝐞𝐭𝐢𝐤𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐛𝐮𝐤𝐚 𝐩𝐮𝐚𝐬𝐚

Ustadz Ahmad Sarwat Lc MA (Pendiri Rumah Fiqih Indonesia) menjelaskan, Rasulullah SAW menunda pelaksanaan sholat Maghrib khususnya bila beliau sedang berbuka puasa. Padahal waktu Maghrib sangat pendek.

"Senantiasa manusia dalam kebaikan selama dia menyegerakan berbuka." (HR Bukhari dan Muslim)

𝐊𝐞𝐭𝐢𝐤𝐚 𝐬𝐚𝐣𝐢𝐚𝐧 𝐦𝐚𝐤𝐚𝐧𝐚𝐧 𝐭𝐞𝐥𝐚𝐡 𝐭𝐞𝐫𝐡𝐢𝐝𝐚𝐧𝐠 𝐚𝐭𝐚𝐮 𝐬𝐢𝐚𝐩 𝐝𝐢𝐬𝐚𝐧𝐭𝐚𝐩.

"Tidak ada sholat ketika makanan telah terhidang." (HR Muslim)

𝐊𝐞𝐭𝐢𝐤𝐚 𝐢𝐧𝐠𝐢𝐧 𝐛𝐮𝐚𝐧𝐠 𝐚𝐢𝐫 𝐤𝐞𝐜𝐢𝐥 𝐚𝐭𝐚𝐮 𝐛𝐞𝐬𝐚𝐫.

"(Tidak ada sholat) ketika menahan kencing atau buang hajat." (HR Muslim).

Wednesday, September 28, 2022

KEIMANAN SEORANG LELAKI

Keimanan seorang lelaki tidak dapat diukur dengan rajinnya ia sholat dan berpuasa karena itu adalah kewajiban. Tidak pula dapat dipastikan dengan pandainya ia berkata soal agama.

Imannya seorang lelaki dapat dilihat dari akhlaknya, bagaimana caranya memuliakan seorang wanita, bagaimana cara ia menghormati yang lebih tua, cara ia bergaul dengan teman sebayanya, menyayangi anak kecil, dan caranya memperlakukan orang yang lebih lemah darinya. Karena yang lebih sulit dari teori yang sekedar di ucapkan adalah mempraktekannya di kehidupan nyata.

DOA PENDEK YANG SANGAT BERMANFAAT

Banyak yang beranggapan doa ini pendek, namun perhatikan kandungannya :


‏أَلًْلّٰهُمَّ إِنِّي أَسأَلُكَ الۡعَافِيَۃَ


Allahumma Inni As Aluka Al-'Aafiyah.


Al-Abbas (R.A.) paman Nabi (ﷺ) datang kepada Nabi (ﷺ) dan berkata : "Ya Rasulullah (ﷺ) ajarkanlah aku doA," katanya.


Nabi (ﷺ) lalu berkata : "Wahai pamanku, bacalah :


‏أَلًْلّٰهُمَّ إِنِّي أَسأَلُكَ الۡعَافِيَۃَ


Allahumma Inni As Aluka Al-'Aafiyah. (Ya Allah, aku memohon kepada-MU 'aafiyah).


Sekarang apa yang 'Aafiyah?


"Aafiyah bermaksud : Untuk menyelamatkan diri daripada semua kesusahan yang menimpa."


Untuk menjadi sehat, kita perlu berada di dalam 'Aafiyah.


Untuk mempunyai uang yang cukup, kita haruslah berada di dalam 'Aafiyah.


Untuk terus hidup sejahtera, kita seharusnya berada di dalam 'Aafiyah.


Untuk mau anak-anak kita dilindungi, kita perlu berada di dalam 'Aafiyah.


Dan jika kita sudah diampuni dan tidak dihukum, kita berada dalam 'Aafiyah.


Jadi, pada asasnya 'Aafiyah itu bermaksud :

"Ya Allah, lindungilah aku dari segala kesakitan, kesusahan dan segala penderitaan."


Ini termasuk untuk di dunia dan di akhirat.


Al-Abbas (R.A.) berfikir tentang ini untuk seketika, dan kemudian dia datang kembali kepada Nabi (ﷺ) selepas beberapa hari lalu dia berkata:


"Ya Rasulullah (ﷺ), doa ini seolah-olah sedikit pendek. Saya minta sesuatu yang lebih besar."


Nabi (ﷺ) lalu berkata : "Wahai pamanku yang dikasihi, mohonlah kepada Allah untuk 'Aafiyah, maka anda tidak boleh diberi apa-apa yang lebih baik daripada 'Aafiyah. Ia adalah satu doa yang mudah namun terbaik."


Yang Benar adalah setiap yang bermakna dari apa yang anda katakan (mohon) ketika berdoa.


"Ya Allah, aku memohon kepadaMU agar aku selamat dari semua kesusahan, kesulitan, kesedihan, bahaya (musibah) dan janganlah ENGKAU menguji aku dan lain-lain yang berat."


Semua ini termasuk di dalam *Allahumma Inni As Aluka Al-'Aafiyah (Riyadh As-Shaliheen, Imam At-Tirmidzi).


Nabi Muhammad (ﷺ) berkata : "Sampaikanlah dariku, walaupun ia adalah satu ayat."

PERBANYAK SUJUD

Ma'dan bin Abi Tholhah Al Ya'mariy, ia berkata, "Aku pernah bertemu Tsauban –bekas budak Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam-,  lalu aku berkata padanya, 'Beritahukanlah padaku suatu amalan yang karenanya Allah memasukkanku ke dalam surga'." Atau Ma'dan berkata, "Aku berkata pada Tsauban, 'Beritahukan padaku suatu amalan yang dicintai Allah'." Ketika ditanya, Tsauban malah diam.

Kemudian ditanya kedua kalinya, ia pun masih diam. Sampai ketiga kalinya, Tsauban berkata, 'Aku pernah menanyakan hal yang ditanyakan tadi pada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau bersabda,


عَلَيْكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ لِلَّهِ فَإِنَّكَ لاَ تَسْجُدُ لِلَّهِ سَجْدَةً إِلاَّ رَفَعَكَ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً وَحَطَّ عَنْكَ بِهَا خَطِيئَةً


“Hendaklah engkau memperbanyak sujud (perbanyak shalat) kepada Allah. Karena tidaklah engkau memperbanyak sujud karena Allah melainkan Allah akan meninggikan derajatmu dan menghapuskan dosamu'." Lalu Ma'dan berkata, "Aku pun pernah bertemu Abu Darda' dan bertanya hal yang sama. Lalu sahabat Abu Darda’ menjawab sebagaimana yang dijawab oleh Tsauban padaku." (HR. Muslim no. 488). Imam Nawawi rahimahullah berkata, "Hadits ini adalah dorongan untuk memperbanyak sujud dan yang dimaksud adalah memperbanyak sujud dalam shalat." (Syarh Shahih Muslim, 4: 205). 

Cara memperbanyak sujud bisa dilakukan dengan memperbanyak shalat sunnah.


WaLLAAHUa'lam

FADHILAH AMAL SUNNAH

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


« إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ النَّاسُ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ أَعْمَالِهِمُ الصَّلاَةُ قَالَ يَقُولُ رَبُّنَا جَلَّ وَعَزَّ لِمَلاَئِكَتِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ انْظُرُوا فِى صَلاَةِ عَبْدِى أَتَمَّهَا أَمْ نَقَصَهَا فَإِنْ كَانَتْ تَامَّةً كُتِبَتْ لَهُ تَامَّةً وَإِنْ كَانَ انْتَقَصَ مِنْهَا شَيْئًا قَالَ انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِى مِنْ تَطَوُّعٍ فَإِنْ كَانَ لَهُ تَطَوُّعٌ قَالَ أَتِمُّوا لِعَبْدِى فَرِيضَتَهُ مِنْ تَطَوُّعِهِ ثُمَّ تُؤْخَذُ الأَعْمَالُ عَلَى ذَاكُمْ ».


“Sesungguhnya amalan yang pertama kali dihisab pada manusia di hari kiamat nanti adalah shalat. Allah 'azza wa jalla berkata kepada malaikat-Nya dan Dia-lah yang lebih tahu, "Lihatlah pada shalat hamba-Ku. Apakah shalatnya sempurna ataukah tidak? Jika shalatnya sempurna, maka akan dicatat baginya pahala yang sempurna. Namun jika dalam shalatnya ada sedikit kekurangan, maka Allah berfirman: Lihatlah, apakah hamba-Ku memiliki amalan sunnah. Jika hamba-Ku memiliki amalan sunnah, Allah berfirman: sempurnakanlah kekurangan yang  ada pada amalan wajib dengan amalan sunnahnya." Kemudian amalan lainnya akan diperlakukan seperti ini." (HR. Abu Daud no. 864, Ibnu Majah no. 1426 dan Ahmad 2: 425)


WaLLAAHUa'lam

Monday, September 26, 2022

KITA BERSAUDARA


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: «لاَ تَحَاسَدُوا، وَلاَتَنَاجَشُوا، وَلاَ تَبَاغَضُوا، وَلاَ تَدَابَرُوا، وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ، وَكُوْنُوا عِبَادَ اللهِ إِخوَاناً. المُسْلِمُ أَخُو المُسْلِمِ، لاَ يَظْلِمُهُ، وَلاَ يَخذُلُهُ، وَلَا يَكْذِبُهُ، وَلَايَحْقِرُهُ. التَّقْوَى هَاهُنَا -وَيُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ- بِحَسْبِ امْرِىءٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ المُسْلِمَ. كُلُّ المُسْلِمِ عَلَى المُسْلِمِ حَرَامٌ: دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ» رَوَاهُ مُسْلِمٌ.


Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian saling mendengki, janganlah saling tanajusy (menyakiti dalam jual beli), janganlah saling benci, janganlah saling membelakangi (mendiamkan), dan janganlah menjual di atas jualan saudaranya. Jadilah hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara untuk muslim lainnya. Karenanya, ia tidak boleh berbuat zalim, menelantarkan, berdusta, dan menghina yang lain. Takwa itu di sini–beliau memberi isyarat ke dadanya tiga kali–. Cukuplah seseorang berdosa jika ia menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim atas muslim lainnya itu haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya.’” (HR. Muslim) [HR. Muslim no. 2564] 


Keterangan hadits

– Hasad menurut Ibnu Taimiyah adalah,


الْحَسَدَ هُوَ الْبُغْضُ وَالْكَرَاهَةُ لِمَا يَرَاهُ مِنْ حُسْنِ حَالِ الْمَحْسُودِ


“Hasad adalah membenci dan tidak suka terhadap keadaan baik yang ada pada orang yang dihasad.”


Sedangkan menurut jumhur ulama, hasad adalah berharap hilangnya nikmat Allah pada orang lain. Nikmat ini bisa berupa nikmat harta, kedudukan, ilmu, dan lainnya. 


– Laa tanaaja-syuu: janganlah melakukan najsy, yaitu sengaja membuat harga barang naik, padahal ia tidak bermaksud membelinya. Najsy ini ingin memberikan mudarat pada pembeli, atau memberi manfaat pada penjual, atau bisa kedua-duanya sekaligus.


– Laa tabaa-ghoduu: janganlah saling benci, yaitu jangan sampai membuat sebab-sebab benci itu muncul.


– Laa tadaa-baruu: janganlah saling membelakangi, ada yang memandang ke arah yang satu, dan yang lain memandang ke arah lainnya. Maksudnya, jangan saling membelakangi (memboikot atau mendiamkan) bisa dengan hati, bisa dengan badan.


Dari Abu Ayyub radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


لَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثِ لَيَالٍ يَلْتَقِيَانِ, فَيُعْرِضُ هَذَا, وَيُعْرِضُ هَذَا, وَخَيْرُهُمَا اَلَّذِي يَبْدَأُ بِالسَّلَامِ


“Tidak halal bagi muslim memutuskan persahabatan dengan saudaranya lebih dari tiga malam. Mereka bertemu, lalu seseorang berpaling dan lainnya juga berpaling. Yang paling baik di antara keduanya adalah yang memulai mengucapkan salam." (HR. Bukhari, no. 6077 dan Muslim, no. 2560)


– Laa yabi' ba'dhukum 'ala bay'i ba'din: janganlah menjual di atas jualan saudaranya. Misalnya ada yang membeli suatu barang pada penjual pertama dengan harga seratus ribu rupiah. Lalu ada penjual kedua yang datang dan menawarkan lagi, "Saya bisa beri dengan barang yang sama hanya tujuh puluh ribu rupiah." Ini namanya menjual di atas jualan saudaranya.


– Wa kuunu 'ibadallahi ikhwaanaa: jadilah hamba Allah yang bersaudara. Syaikh Ibnu 'Utsaimin berkata, "Sudah dimaklumi bersama bahwa namanya saudara itu, ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.”


– Laa yazh-limuhu: janganlah berbuat zalim dalam hal harta, darah, kehormatan, dan lainnya.


– Laa yakh-dzuluhu: janganlah membiarkan tanpa ditolong (diterlantarkan). Misalnya, seseorang melihat ada yang dizalimi sedang berdebat dengan orang yang menzaliminya. Jika ada yang mendukung orang yang menzalimi tanpa membela orang yang dizalimi seperti itu, itu namanya diterlantarkan. Yang wajib dilakukan adalah menolong orang yang dizalimi tadi.


– Laa yak-dzibuhu: janganlah berbuat dusta, dengan ucapan ataupun perbuatan.


– Laa yahqiruhu: janganlah merendahkan muslim yang lain.


1. Kaedah dari hadits

Kaedah bersaudara:

الأُخُوَّةُ مَبْنِيَّةٌ عَلَى المُتَطَلِّبَاتِ لاَ عَلَى الِإدْعَاءَاتِ


“Persaudaraan itu dibangun di atas apa yang orang lain suka, bukan atas tuntutan hak.”


2. Kaedah fikih:

الأَصْلُ فِي دَمِّ المُسْلِمِ وَعِرْضِهِ وَمَالِهِ الحُرْمَةُ


“Hukum asal darah muslim, hartanya, dan kehormatannya adalah terjaga (dilarang dirampas).”


3. Kaedah hati:

اِتِّقَاءُ القَلْبِ يَثْمُرُ اِتِّقَاءَ الجَوَارِحِ


“Hati yang terjaga baik berbuah pada anggota badan yang terjaga.”


Sifat Manusia Saat Hasad 


Hasad itu sifatnya manusiawi. Setiap orang pasti punya rasa tidak suka jika ada orang yang setipe dengannya melebihi dirinya dari sisi keutamaan.


Manusia dalam hal ini ada empat sifat hasad.


Pertama: Ada yang berusaha menghilangkan nikmat pada orang yang ia hasad. Ia berbuat melampaui batas dengan perkataan ataupun perbuatan. Inilah hasad yang tercela.


Kedua: Ada yang hasad pada orang lain. Namun, ia tidak jalankan konsekuensi dari hasad tersebut di mana ia tidak bersikap melampaui batas dengan ucapan dan perbuatannya. Al-Hasan Al-Bashri berpandangan bahwa hal ini tidaklah berdosa.


Ketiga: Ada yang hasad dan tidak menginginkan nikmat orang lain hilang. Bahkan ia berusaha agar memperoleh kemuliaan semisal. Ia berharap bisa sama dengan yang punya nikmat tersebut. Jika kemuliaan yang dimaksud hanyalah urusan dunia, tidak ada kebaikan di dalamnya. Contohnya adalah keadaan seseorang yang ingin seperti Qarun.


يَا لَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَا أُوتِيَ قَارُونُ


“Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun." (QS. Al-Qasas: 79)


Jika kemuliaan yang dimaksud adalah urusan agama, inilah yang baik.  Inilah yang disebut ghib-thah.


Dari Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhuma, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


لا حَسَدَ إلَّا على اثنتَينِ: رجُلٌ آتاهُ اللهُ مالًا، فهو يُنْفِقُ مِنهُ آناءَ اللَّيلِ وآناءَ النَّهارِ، ورجُلٌ آتاهُ اللهُ القُرآنَ، فهو يَقومُ به آناءَ اللَّيلِ وآناءَ النَّهارِ.


“Tidak boleh ada hasad kecuali pada dua perkara: ada seseorang yang dianugerahi harta lalu ia gunakan untuk berinfak pada malam dan siang, juga ada orang yang dianugerahi Alquran, lantas ia berdiri dengan membacanya malam dan siang." (HR. Bukhari, no. 5025, 7529 dan Muslim, no. 815)


Keempat: Jika dapati diri hasad, ia berusaha untuk menghapusnya. Bahkan ia ingin berbuat baik pada orang yang ia hasad. Ia mendoakan kebaikan untuknya. Ia pun menyebarkan kebaikan-kebaikannya. Ia ganti sifat hasad itu dengan rasa cinta. Ia katakan bahwa saudaranya itu lebih baik dan lebih mulia. Bentuk keempat inilah tingkatan paling tinggi dalam iman. Yang memilikinya itulah yang memiliki iman yang sempurna di mana ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.


WaLLAAHUa'lam

KEBIASAAN RUTIN

Dari Abu Musa radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


إِذَا مَرِضَ الْعَبْدُ أَوْ سَافَرَ ، كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا


“Jika seorang hamba sakit atau melakukan safar (perjalanan jauh), maka dicatat baginya pahala sebagaimana kebiasaan dia ketika mukim dan ketika sehat." (HR. Bukhari, no. 2996)


Hadits di atas menceritakan saat Yazid bin Abi Kabsyah puasa ketika safar (saat perjalanan jauh), Abu Burdah lantas mengatakan padanya bahwa ia baru saja mendengar Abu Musa menyebutkan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam seperti yang disebutkan di atas.


Imam Bukhari membawakan hadits di atas dalam bab:


يُكْتَبُ لِلْمُسَافِرِ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ فِى الإِقَامَةِ


“Dicatat bagi musafir pahala seperti kebiasaan amalnya saat mukim.”


Dari hadits itu, Ibnu Hajar Al-Asqalani mengatakan,


وَهُوَ فِي حَقّ مَنْ كَانَ يَعْمَل طَاعَة فَمَنَعَ مِنْهَا وَكَانَتْ نِيَّته لَوْلَا الْمَانِع أَنْ يَدُوم عَلَيْهَا


“Hadits di atas berlaku untuk orang yang ingin melakukan ketaatan lantas terhalang dari melakukannya. Padahal ia sudah punya niatan kalau tidak ada yang menghalangi, amalan tersebut akan dijaga rutin.”


Dari 'Abdullah bin 'Amr bin Al-'Ash radhiyallahu 'anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


الْعَبْدَ إِذَا كَانَ عَلَى طَرِيقَةٍ حَسَنَةٍ مِنَ الْعِبَادَةِ ثُمَّ مَرِضَ قِيلَ لِلْمَلَكِ الْمُوَكَّلِ بِهِ اكْتُبْ لَهُ مِثْلَ عَمَلِهِ إِذَا كَانَ طَلِيقاً حَتَّى أُطْلِقَهُ أَوْ أَكْفِتَهُ إِلَىَّ


“Seorang hamba jika ia berada pada jalan yang baik dalam ibadah, kemudian ia sakit, maka dikatakan pada malaikat yang bertugas mencatat amalan, "Tulislah padanya semisal yang ia amalkan rutin jika ia tidak terikat sampai Aku melepasnya atau sampai Aku mencabut nyawanya." (HR. Ahmad, 2: 203)


Amalan yang dicintai oleh Allah adalah amalan yang kontinu, sebagaimana disebutkan dalam hadits,


أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ


“Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta'ala adalah amalan yang kontinu walaupun jumlahnya sedikit." (HR. Bukhari, no. 6465; Muslim, no. 783; dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha).


Inti dari pembahasan, pentingnya beramal rutin (kontinu) karena saat kita ada uzur beramal, tetap dicatat sebagaimana kita melakukannya secara rutin. Terapkan kaedah hadits di atas untuk masalah ibadah apa pun.


WaLLAAHUa'lam

BAHAYA MEMBUNUH MANUSIA

Mengambil nyawa seseorang tanpa jalan yang benar adalah termasuk dosa besar. Sehingga menunjukkan bahayanya dosa tersebut.


Allah Ta'ala berfirman,


وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا عَظِيمًا


“Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya. " (QS. An Nisa’: 93).


Barangsiapa yang membunuh suatu jiwa, maka ia akan mendapatkan lima balasan sebagaimana disebutkan dalam ayat ini,


1- Mendapatkan siksa jahannam

2- Kekal di dalamnya

3- Allah murkai

4- Allah melaknat

5- Mendapatkan azab yang pedih


Ini jika yang dilakukan adalah membunuh jiwa dengan sengaja, yaitu mengambil darah yang haram untuk diambil.

Dalil ini menunjukkan bahwa membunuh jiwa tanpa jalan yang benar, terjerumus dalam dosa besar. Ini tidak diragukan lagi. Namun apakah jika bertaubat, diterima taubatnya?

Iya, diterima. Inilah yang disebutkan dalam ayat berikutnya yang dibawakan oleh Imam Adz Dzahabi dalam kitab beliau Al Kabair,


وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آَخَرَ وَلَا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُونَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ أَثَامًا (68) يُضَاعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيَخْلُدْ فِيهِ مُهَانًا (69) إِلَّا مَنْ تَابَ وَآَمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا (70)


“Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al Furqon: 68-70).

Dalil di atas menunjukkan bahwa siapa saja yang bertaubat dari membunuh satu jiwa yang Allah haramkan untuk dibunuh, lalu ia beriman dan melakukan amalan sholeh, maka taubatnya diterima.

Allah Ta'ala berfirman,


مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي الْأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَا أَحْيَا النَّاسَ جَمِيعًا


“Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.” (QS. Al Maidah: 32).

Ibnu Katsir berkata, “Siapa yang memelihara kehidupan seseorang, yaitu tidak membunuh suatu jiwa yang Allah haramkan, maka ia telah memelihara kehidupan seluruh manusia. Mujahid berkata bahwa yang dimaksud adalah siapa saja yang menahan diri dari membunuh satu jiwa.” 

Al 'Aufi dari Ibnu 'Abbas, ia berkata mengenai firman Allah bahwa ia telah membunuh manusia seluruhnya, maksudnya adalah,


من قتل نفسًا واحدة حرمها الله، فهو مثل من قتل الناس جميعًا


“Barangsiapa yang membunuh satu jiwa yang Allah haramkan, maka semisal dengan orang yang membunuh seluruh manusia.”


Sa'id bin Jubair berkata,


من استحل دمَ مُسْلِم فكأنما استحل دماء الناس جميعًا، ومن حرم دم مسلم فكأنما حرم دماء الناس جميعًا


“Barangsiapa menghalalkan darah seorang muslim, maka ia seakan-akan menghalalkan darah manusia seluruhnya. Barangsiapa mengharamkan darah seorang muslim, maka ia seakan-akan mengharamkan darah manusia seluruhnya.”

Inilah pendapat yang lebih tepat dalam tafsiran ayat di atas. Ada juga riwayat dari 'Ikrimah dan Al 'Aufi, dari Ibnu 'Abbas mengenai firman Allah bahwa ia telah membunuh manusia seluruhnya, maksudnya adalah,


هذا قول، وهو الأظهر، وقال عِكْرمة والعوفي، عن ابن عباس في قوله: { فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا } يقولمن قتل نبيًا أو إمام عَدْل، فكأنما قتل الناس جميعًا، ومن شَدّ على عَضد نبي أو إمام عَدل، فكأنما أحيا الناس جميعًا. رواه ابن جرير.


“Barangsiapa membunuh seorang nabi atau imam yang sholeh, maka seakan-akan ia telah membunuh manusia seluruhnya. Barangsiapa yang menolong Nabi atau imam yang sholeh, maka seakan-akan ia menghidupkan manusia seluruhnya. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir.”


Dalam ayat lainnya disebutkan mengenai anak wanita yang dibunuh di masa silam,


وَإِذَا الْمَوْءُودَةُ سُئِلَتْ (8) بِأَيِّ ذَنْبٍ قُتِلَتْ (9)


“Dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah dia dibunuh." (QS. At Takwir: 8-9).

Di masa jahiliyah, bayi-bayi perempuan dikuburkan di tanah karena mereka tidak suka dengan anak perempuan. Pada hari kiamat, bayi perempuan itu ditanya atas dosa apa ia sampai dibunuh. Orang yang dizholimi pun demikian akan ditanya, atas dosa apa ia sampai dibunuh?!

Dua dalil yang disebutkan kali ini jika menjadi alasan bahwa membunuh suatu jiwa termasuk dosa besar.


WaLLAAHUa'lam

JADILAH TEMANKU DUNIA AKHIRAT

Jadilah temanku dunia akhirat..

yang mendampingi tanpa syarat..,, yang tidak pernah lelah dan jemu dalam memberi suport dan nasihat.

Saling bahu membantu agar menjadi hamba Allah yang taat...

Bagaimanapun keadaan ku,, aku tetap membutuhkan sahabat yang menegurku dikala aku "alpa" dengan maksiat.

Disaat jatuhku..,, dia yang setia tidak beranjak.

Jadilah temanku dunia akhirat..

Yang mengajari aku untuk menghargai waktu(kesempatan yang Allah beri).

Yang tetap mendampingi meski dunia sedang membenci.

Yang memberikan cinta dan mengajariku untuk "berbagi".

Jadilah temanku dunia akhirat..

Yang selalu menyebutkan asma Allah dihadapanku..

Dan selalu menyebutkan namaku dihadapanNya,, meskipun aku sedang tidak ada..


Jadilah temanku dunia akhirat..

Yang menginginkan bersama hingga jannah Nya.

Karena sampai kapanpun,, aku tak bisa sendiri. Aku membutuhkan dirimu yang semoga bisa memberikan syafaat kawan baik sebagai Penolongku kelak.


اللّٰہُمَّ صَلِّ عَلٰ سَيّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَ آل سَيّدِنَا مُحَمَّدٍ


ISTIDRAJ

Dari 'Uqbah bin 'Amir radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:


إِذَا رَأَيْتَ اللهَ تَعَالَى يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا مَا يُحِبُّ وَهُوَ مُقِيمٌ عَلَى مَعَاصِيْهِ فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِنهُ اسْتِدْرَاجٌ


“Bila kamu melihat Allah memberi pada hamba dari (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan berupa nikmat yang disegerakan) dari Allah." (HR. Ahmad 4: 145).


Allah Ta'ala berfirman,


فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ


“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa." (QS. Al An'am: 44)


Dalam Tafsir Al Jalalain disebutkan, "Ketika mereka meninggalkan peringatan yang diberikan pada mereka, tidak mau mengindahkan peringatan tersebut, Allah buka pada mereka segala pintu nikmat sebagai bentuk istidraj pada mereka. Sampai mereka berbangga akan hal itu dengan sombongnya. Kemudian kami siksa mereka dengan tiba-tiba. Lantas mereka pun terdiam dari segala kebaikan.”


Syaikh As Sa'di menyatakan, "Ketika mereka melupakan peringatan Allah yang diberikan pada mereka, maka dibukakanlah berbagi pintu dunia dan kelezatannya, mereka pun lalai. Sampai mereka bergembira dengan apa yang diberikan pada mereka, akhirnya Allah menyiksa mereka dengan tiba-tiba. Mereka pun berputus asa dari berbagai kebaikan. Seperti itu lebih berat siksanya. Mereka terbuai, lalai, dan tenang dengan keadaan dunia mereka. Namun itu sebenarnya lebih berat hukumannya dan jadi musibah yang besar.”


Disebutkan dalam surat Al Qalam kisah pemilik kebun berikut ini yang mengalami istidraj


إِنَّا بَلَوْنَاهُمْ كَمَا بَلَوْنَا أَصْحَابَ الْجَنَّةِ إِذْ أَقْسَمُوا لَيَصْرِمُنَّهَا مُصْبِحِينَ (17) وَلَا يَسْتَثْنُونَ (18) فَطَافَ عَلَيْهَا طَائِفٌ مِنْ رَبِّكَ وَهُمْ نَائِمُونَ (19) فَأَصْبَحَتْ كَالصَّرِيمِ (20) فَتَنَادَوْا مُصْبِحِينَ (21) أَنِ اغْدُوا عَلَى حَرْثِكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَارِمِينَ (22) فَانْطَلَقُوا وَهُمْ يَتَخَافَتُونَ (23) أَنْ لَا يَدْخُلَنَّهَا الْيَوْمَ عَلَيْكُمْ مِسْكِينٌ (24) وَغَدَوْا عَلَى حَرْدٍ قَادِرِينَ (25) فَلَمَّا رَأَوْهَا قَالُوا إِنَّا لَضَالُّونَ (26) بَلْ نَحْنُ مَحْرُومُونَ (27) قَالَ أَوْسَطُهُمْ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ لَوْلَا تُسَبِّحُونَ (28) قَالُوا سُبْحَانَ رَبِّنَا إِنَّا كُنَّا ظَالِمِينَ (29) فَأَقْبَلَ بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ يَتَلَاوَمُونَ (30) قَالُوا يَا وَيْلَنَا إِنَّا كُنَّا طَاغِينَ (31) عَسَى رَبُّنَا أَنْ يُبْدِلَنَا خَيْرًا مِنْهَا إِنَّا إِلَى رَبِّنَا رَاغِبُونَ (32) كَذَلِكَ الْعَذَابُ وَلَعَذَابُ الْآَخِرَةِ أَكْبَرُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ (33)


17. Sesungguhnya Kami telah mencobai mereka (musyrikin Mekah) sebagaimana Kami telah mencobai pemilik-pemilik kebun, ketika mereka bersumpah bahwa mereka sungguh-sungguh akan memetik (hasil)-nya di pagi hari,

18. dan mereka tidak menyisihkan (hak fakir miskin),

19. lalu kebun itu diliputi malapetaka (yang datang) dari Rabbmu ketika mereka sedang tidur,

20. maka jadilah kebun itu hitam seperti malam yang gelap gulita.

21. lalu mereka panggil memanggil di pagi hari:

22. "Pergilah di waktu pagi (ini) ke kebunmu jika kamu hendak memetik buahnya.”

23. Maka pergilah mereka saling berbisik-bisik.

24. "Pada hari ini janganlah ada seorang miskin pun masuk ke dalam kebunmu.”

25. Dan berangkatlah mereka di pagi hari dengan niat menghalangi (orang-orang miskin) padahal mereka (menolongnya).

26. Tatkala mereka melihat kebun itu, mereka berkata: "Sesungguhnya kita benar-benar orang-orang yang sesat (jalan),

27. bahkan kita dihalangi (dari memperoleh hasilnya)

28. Berkatalah seorang yang paling baik pikirannya di antara mereka: "Bukankah aku telah mengatakan kepadamu, hendaklah kamu bertasbih (kepada Tuhanmu)

29. Mereka mengucapkan: "Maha Suci Rabb kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim.”

30. Lalu sebahagian mereka menghadapi sebahagian yang lain seraya cela mencela.

31. Mereka berkata: "Aduhai celakalah kita; sesungguhnya kita ini adalah orang-orang yang melampaui batas.”

32. Mudah-mudahan Rabb kita memberikan ganti kepada kita dengan (kebun) yang lebih baik daripada itu; sesungguhnya kita mengharapkan ampunan dari Rabb kita.

33.Seperti itulah azab (dunia). Dan sesungguhnya azab akhirat lebih besar jika mereka mengetahui. (QS. Al Qalam: 17-33).


Syaikh As Sa'di rahimahullah menerangkan, "Kisah di atas menunjukkan bagaimanakah akhir keadaan orang-orang yang mendustakan kebaikan. Mereka telah diberi harta, anak, umur yang panjang serta berbagai nikmat yang mereka inginkan. Semua itu diberikan bukan karena mereka memang mulia. Namun diberikan sebagai bentuk istidraj tanpa mereka sadari.“


WaLLAAHUa'lam

WARISAN

Ilmu waris adalah ilmu yang sangat sedikit sekali dipelajari untuk saat ini. Padahal hukum waris ini adalah hukum wajib yang diturunkan khusus dan diuraikan secara rinci oleh ALLAH Ta'ala.


عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:


أَلْحِقُوا الفَرائِضَ بأَهْلِها، فَمَا أَبْقَتِ الفَرائِضُ فَلِأَوْلى رَجُلٍ ذَكَرٍ.


خَرَّجَهُ البُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ


Dari Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Berikan bagian warisan kepada ahli warisnya, selebihnya adalah milik laki-laki yang paling dekat dengan mayit.” (HR. Bukhari, no. 6746 dan Muslim, no. 1615)

Ibnu Rajab rahimahullah berkata, "Hadits ini mencakup segala hukum waris dan sudah terhimpun di dalamnya."

Para ulama berbeda pendapat mengenai makna hadits “Berikan bagian warisan kepada ahli warisnya", ada ulama yang berpendapat makna dari al-faraidh adalah ashabul furudh yang sudah ditetapkan dalam Al-Qur'an. Apa saja yang sisa setelah ashabul furudh diberi, maka didahulukan laki-laki yang paling dekat dengan mayit. Yang dimaksud al-awla dalam hadits adalah al-aqrab, yang lebih dekat. Laki-laki yang paling dekat, itulah ashabah yang paling dekat. Maka sisanya yang mendapatkan jatah 'ashabah.


Ayat tentang Waris

Ayat pertama dan kedua:

يُوصِيكُمُ اللَّهُ فِي أَوْلَادِكُمْ لِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْأُنْثَيَيْنِ فَإِنْ كُنَّ نِسَاءً فَوْقَ اثْنَتَيْنِ فَلَهُنَّ ثُلُثَا مَا تَرَكَ وَإِنْ كَانَتْ وَاحِدَةً فَلَهَا النِّصْفُ وَلِأَبَوَيْهِ لِكُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا السُّدُسُ مِمَّا تَرَكَ إِنْ كَانَ لَهُ وَلَدٌ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ وَلَدٌ وَوَرِثَهُ أَبَوَاهُ فَلِأُمِّهِ الثُّلُثُ فَإِنْ كَانَ لَهُ إِخْوَةٌ فَلِأُمِّهِ السُّدُسُ مِنْ بَعْدِ وَصِيَّةٍ يُوصِي بِهَا أَوْ دَيْنٍ آَبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ لَا تَدْرُونَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ لَكُمْ نَفْعًا فَرِيضَةً مِنَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيمًا حَكِيمًا (11)


وَلَكُمْ نِصْفُ مَا تَرَكَ أَزْوَاجُكُمْ إِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُنَّ وَلَدٌ فَإِنْ كَانَ لَهُنَّ وَلَدٌ فَلَكُمُ الرُّبُعُ مِمَّا تَرَكْنَ مِنْ بَعْدِ وَصِيَّةٍ يُوصِينَ بِهَا أَوْ دَيْنٍ وَلَهُنَّ الرُّبُعُ مِمَّا تَرَكْتُمْ إِنْ لَمْ يَكُنْ لَكُمْ وَلَدٌ فَإِنْ كَانَ لَكُمْ وَلَدٌ فَلَهُنَّ الثُّمُنُ مِمَّا تَرَكْتُمْ مِنْ بَعْدِ وَصِيَّةٍ تُوصُونَ بِهَا أَوْ دَيْنٍ وَإِنْ كَانَ رَجُلٌ يُورَثُ كَلَالَةً أَوِ امْرَأَةٌ وَلَهُ أَخٌ أَوْ أُخْتٌ فَلِكُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا السُّدُسُ فَإِنْ كَانُوا أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ فَهُمْ شُرَكَاءُ فِي الثُّلُثِ مِنْ بَعْدِ وَصِيَّةٍ يُوصَى بِهَا أَوْ دَيْنٍ غَيْرَ مُضَارٍّ وَصِيَّةً مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَلِيمٌ (12)


“Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separo harta. Dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. Para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu. Jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja), maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli waris). (Allah menetapkan yang demikian itu sebagai) syari'at yang benar-benar dari Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun." (QS. An Nisa': 11-12)

Ayat ketiga:

يَسْتَفْتُونَكَ قُلِ اللَّهُ يُفْتِيكُمْ فِي الْكَلَالَةِ ۚ إِنِ امْرُؤٌ هَلَكَ لَيْسَ لَهُ وَلَدٌ وَلَهُ أُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَ ۚ وَهُوَ يَرِثُهَا إِنْ لَمْ يَكُنْ لَهَا وَلَدٌ ۚ فَإِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثَانِ مِمَّا تَرَكَ ۚ وَإِنْ كَانُوا إِخْوَةً رِجَالًا وَنِسَاءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْأُنْثَيَيْنِ ۗ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ أَنْ تَضِلُّوا ۗ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ


“Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah: "Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu): jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mempusakai (seluruh harta saudara perempuan), jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki dan perempuan, maka bahagian seorang saudara laki-laki sebanyak bahagian dua orang saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, supaya kamu tidak sesat. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. An-Nisaa': 176)

Faedah hadits

1. Sempurnanya syariat Islam dan mencakup seluruh kaedah sebagaimana terdapat dalam hadits ini.

2. Didahulukan yang mendapatkan jatah waris dari ashabul furudh, lainnya mendapatkan sisa waris tanpa ada kadar hitungan.

3. Bersegeralah membagikan harta warisan, karena menunda nunda waktu pembagian keseringan membuat enggan melaksanakan syari'at warisan. Dan bahkan bisa menimbulkan sifat rakus antar ahli waris.


Jangan Menunda Pembagian Warisan

Dalam hadits dari Abdullah bin Abbas radhiallahu 'anhu, Nabi shallallahu calaihi wa sallam bersabda:


أَلْحِقُوا الفَرائِضَ بأَهْلِها


“Bagikanlah harta waris kepada ahli waris yang berhak mendapatkannya” (HR. Bukhari no.6746, Muslim no.1615).

Dalam hadits ini Nabi shallallahu’alaihi wa sallam memerintahkan untuk membagikan harta waris kepada yang berhak menerimanya. Dan hukum asal perintah adalah bersegera untuk dilakukan, bukan ditunda. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin dalam matan Al Ushul min Ilmil Ushul mengatakan:


صيغة الأمر عند الإطلاق تقتضي: وجوب المأمور به، والمبادرة بفعله فوراً


“Kalimat perintah, jika disebutkan secara mutlak, maka menghasilkan hukum wajib dan mengharuskan bersegera melakukannya”.

Oleh karena itu hendaknya bersegera untuk membagikan warisan setelah mayit meninggalkan, dan tidak menunda-nundanya kecuali karena waktu jeda yang wajar menurut 'urf. Dan juga tidak menundanya hingga sang istri dari mayit wafat.

Menunda pembagian warisan selain bertentangan dengan hadits Nabi di atas, juga merupakan bentuk kezaliman kepada ahli waris. Karena tertahannya harta yang sudah menjadi hak mereka untuk mendapatkannya. Para ulama dalam Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts wal Ifta’ menjelaskan:


لا ينبغي تأخير قسمة التركة؛ لما يترتب على ذلك من تأخير دفع الحقوق إلى أصحابها، وبالتالي تأخير دفع الزكاة؛ لأن كل وارث يحتج بأنه لا يعرف نصيبه، أو لم يستلمه


“Tidak semestinya menunda pembagian waris. Karena ini berarti akan menunda penunaian hak dari penerimanya. Demikian juga, akan mengakhirkan pembayaran zakat. Karena penerima waris akan membutuhkannya, sedangkan ia belum mengetahui berapa jatahnya dan belum menerimanya.”


WaLLAAHUa'lam

Thursday, September 22, 2022

Sikap Seorang Mukmin Ketika Tertimpa Musibah

Imam Adz Dzahabi rahimahullah berkata,


المؤمن إذا امتحن : صبر ، واتعظ ، واستغفر ، ولم يتشاغل بذمِّ مَن انتقم منه ؛ فالله حَكَم مُقسِط ، ثم يحمد الله على سلامة دينه ، ويعلم أن عقوبة الدنيا أهون وخير له


"Sifat seorang mukmin jika ia diberi cobaan,

1) Bersabar.

2) Mengambil pelajaran.

3) Meminta ampun kepada Allah.

4) Tidak tersibukkan dengan mencela Dzat yang memberikan hukuman kepada-Nya (Allah) Allah Maha Adil lagi Maha Bijaksana.

5 ) Kemudian ia memuji Allah atas keselamatan agamanya, dan ia tahu bahwa adzab di dunia lebih ringan dan lebih baik untuknya". (Siyar A'lamin Nubaala 8/8)

Wednesday, September 21, 2022

HUKUM MELETAKKAN MUSHAF QURAN DI LANTAI

 Al Quran itu suci. Memuliakannya dengan meletakkan di tempat yang terhormat. Bukan hanya al-Quran saja, termasuk kitab Allah yang diturunkan sebelumnya, seperti injil atau taurat.


Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma bercerita,


Ada beberapa orang dari Yahudi mengundang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk datang ke Quf (nama suatu lembah di Madinah). Lalu beliau mendatangi mereka di Baitul Midras (tempat belajar Yahudi). Mereka mengatakan, ‘Wahai Abul Qosim, ada lelaki diantara kami yang berzina dengan wanita. Tolong berikan putusan hukum untuk kami. Merekapun membawakan kursi untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau duduk. Lalu beliau bersabda, “Bawakan Taurat kepadaku.” Lalu mereka membawakan Taurat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam langsung mengambil kursinya dan beliau letakkan Taurat di kursi itu. Beliau bersabda, “Aku beriman kepadamu dan kepada Dzat yang menurunkanmu.” Kemudian beliau bersabda, “Panggil orang yang paling ngerti Taurat diantara kalian!” lalu datanglah seorang pemuda.. hingga akhir kisah, kedua yahudi yang berzina tadi mereka dirajam. (HR. Abu Daud 4451 dan dihasankan al-Albani)


Dari hadis ini, sikap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau meletakkan Taurat. Beliau letakkan kitab suci itu di atas kursi, bukan di lantai. Menunjukkan bagaimana penghormatan beliau terhadap kitab Allah, termasuk Taurat.


Jika terpaksa harus diletakkan di lantai, selama tidak ada kesan menghinakan, dibolehkan oleh beberapa ulama.


Imam Ibnu Utsaimin mengatakan,


Bagian dari bersikap baik terhadap kitabullah adalah hendaknya tidak diletakkan di tempat yang hina. Seperti tempat-tempat kotor atau semacamnya.


Sedangkan naro mushaf di tanah yang baik dan suci, hukumnya dibolehkan dan tidak masalah. Karena ini tidak terhitung menghina al-Quran. Dan ini banyak terjadi di masyarakat, ketika mereka shalat sambil membaca mushaf, ketika hendak sujud mereka letakkan di depannya. Ini tidak termasuk penghinaan atau menghina al-Quran,sehingga tidak masalah. (Syarh Riyadhus Shalihin)


Namun adab ke Quran baiknya ada pengalas di bawah Quran.

Tuesday, September 20, 2022

4 Ciri Orang Yang Selalu Dikejar Rezeki

1. Orang yang Senantiasa Berusaha dan Berdoa


firman Allah SWT surat At-Thalaq ayat 3 yang artinya :

“Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka, dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya, Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendakinya). Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”

(Q.S At-Thalaq : 3)


2. Orang yang Suka Bersedekah


Firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 216 yang artinya :

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir 100 biji Allah melipatgandakan ganjaran bagi siapa yang dikehendaki dan Allah Maha luas karuniaNya lagi Maha Mengetahui.”


3. Orang yang Pandai Bersyukur


firman Allah SWT surat Ibrahim ayat 7 yang artinya:

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan : sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti kami akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmatKu maka sesungguhnya azabku sangat pedih.”


4. Orang yang Sering Beristighfar


firman Allah dalam surat Hud ayat 3 yang artinya:

"Dan hendaklah kamu memohon ampunan kepada Tuhanmu dan bertobat kepada-Nya, niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik kepadamu sampai waktu yang telah ditentukan. Dan Dia akan memberikan karunia-Nya kepada setiap orang yang berbuat baik. Dan jika kamu berpaling, maka sungguh, aku takut kamu akan ditimpa azab pada hari yang besar (Kiamat).

KISAH BURUNG PIPIT

 Dikisahkan bahwa ada seekor burung pipit yang bertasbih mensucikan Allah setiap hari, namun beberapa hari berlalu suara tasbihnya tidak lagi terdengar...


Maka para Malaikatpun bertanya :" Ya Rabb mengapa suara tasbih burung pipit itu tidak terdengar lagi?"


Allah SWT menjawab :" kalian akan segera tahu jawabannya , sebentar lagi ia akan datang dan mengadu kepadaku, karena Ia tidak punya tempat mengadu selain aku"


Tak berapa lama berselang, burung pipit itu terlihat berdiri di atas ranting sebatang pohon, para malaikat mengamati dan menunggu apa gerangan yang akan diucapkan burung itu, namun ternyata ia hanya diam...


Kemudian Allah berkata kepadanya : "sampaikanlah apa hal gerangan yang menyesakkan dadamu !"


"Ya Rabb aku punya sebuah sarang kecil tempat beristirahat, engkau telah mengambilnya, engkau kirimkan angin kencang yang memporak porandakan semuanya" ucap burung pipit itu sambil mengucurkan air mata menahan rasa sedih yang sangat dalam, yang membuat penduduk langit terdiam penuh haru...


Allah SWT kemudian berkata : "Sebetulnya ketika kamu sedang terlelap, ada seekor ular yang mendekati sarangmu siap memangsa, maka sengaja kukirimkan angin untuk membalikkan sarangmu agar kamu terbangun, terbang dan selamat, betapa besarnya ancaman yang telah kujauhkan darimu... !


"Air mata burung pipit itu semakin menggenang, kali ini bukan karena sedih dan kecewa, namun karena sangat terharu, suara tangisnya membelah keheningan langit : " alangkah lembutnya engkau ya Rabb !!


Jangan sedih ketika Allah menghalangimu untuk mendapatkan sesuatu yang engkau cintai, andai engkau menyadari bagaimana Allah mengatur urusanmu niscaya hatimu akan larut dalam cintaNya, betapa agungnya engkau ya Rabbi...


Segala puji bagi Allah atas segala kondisi, segala puji bagi Allah yang telah menjauhkan dari diriku hal2 yang aku sukai, sekarang aku menyadari bahwa semua itu akan menyengsarakanku...


Begitulah jika cobaan hidup yang datang dan menghampirin kita, selalu berprasangka baik pada RobbMu, dan berserah dirilah, bertawakal boleh jadi semua yang hadir itu karena itu terbaik dalam hidup kita,agar kita tetap selalu bersyukur dan menjadi pengingat diri, untuk mendapat kehidupan yang lebih baik

HUKUM WANITA PAKAI PARFUM

Seorang wanita bertanya: Bolehkah aku shalat dalam keadaan memakai parfum? Jazakumullah khoiron.


Jawaban:


Na'am. Shalat dalam keadaan memakai parfum itu dibolehkan, bahkan dibolehkan bagi laki-laki dan perempuan yang beriman. Akan tetapi wanita hanya boleh menggunakan parfum ketika berada di rumah di sisi suaminya. Dan tidak boleh seorang wanita menggunakan parfum ketika ia keluar ke pasar atau ke masjid. Adapun bagi laki-laki, ia dibolehkan untuk mengenakan parfum ketika berada di rumah, ketika ke pasar, atau ke masjid. Bahkan mengenakan parfum bagi pria termasuk sunnah para Rasul.5


Apabila seorang wanita shalat di rumahnya dalam keadaan memakai berbagai wangian ...., maka itu baik. Seperti itu tidaklah mengapa bahkan dianjurkan mengenakannya. Akan tetapi, ketika wanita tersebut keluar rumah, maka ia tidak boleh keluar dalam keadaan mengenakan parfum yang orang-orang dapat mencium baunya. Janganlah seorang wanita keluar ke pasar atau ke masjid dalam keadaan mengenakan parfum semacam itu. Hal ini dikarenakan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah melarangnya.


Yang dimaksudkan hadits larangan tersebut adalah sebagai berikut:


Dari Abu Musa Al Asy'ary bahwanya ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


أَيُّمَا امْرَأَةٍ اسْتَعْطَرَتْ فَمَرَّتْ عَلَى قَوْمٍ لِيَجِدُوا مِنْ رِيحِهَا فَهِيَ زَانِيَةٌ


“Seorang perempuan yang mengenakan wewangian lalu melalui sekumpulan laki-laki agar mereka mencium bau harum yang dia pakai maka perempuan tersebut adalah seorang pelacur." (HR. An Nasa'i, Abu Daud, Tirmidzi dan Ahmad)


Dari Yahya bin Ja'dah, "Di masa pemerintahan Umar bin Khatab ada seorang perempuan yang keluar rumah dengan memakai wewangian. Di tengah jalan, Umar mencium bau harum dari perempuan tersebut maka Umar pun memukulinya dengan tongkat. Setelah itu beliau berkata,


تخرجن متطيبات فيجد الرجال ريحكن وإنما قلوب الرجال عند أنوفهم اخرجن تفلات


"Kalian, para perempuan keluar rumah dengan memakai wewangian sehingga para laki-laki mencium bau harum kalian?! Sesungguhnya hati laki-laki itu ditentukan oleh bau yang dicium oleh hidungnya. Keluarlah kalian dari rumah dengan tidak memakai wewangian". (HR. Abdurrazaq dalam al Mushannaf no 8107)


Dari Ibrahim, Umar (bin Khatab) memeriksa shaf shalat jamaah perempuan lalu beliau mencium bau harum dari kepala seorang perempuan. Beliau lantas berkata,


لو أعلم أيتكن هي لفعلت ولفعلت لتطيب إحداكن لزوجها فإذا خرجت لبست أطمار وليدتها


“Seandainya aku tahu siapa di antara kalian yang memakai wewangian niscaya aku akan melakukan tindakan demikian dan demikian. Hendaklah kalian memakai wewangian untuk suaminya. Jika keluar rumah hendaknya memakai kain jelek yang biasa dipakai oleh budak perempuan". Ibrahim mengatakan, "Aku mendapatkan kabar bahwa perempuan yang memakai wewangian itu sampai ngompol karena takut (dengan Umar)". (HR. Abdur Razaq no 8118)


WaLLAAHUa'lam

JODOH ITU CERMINAN DIRI

Pada dasarnya Jodoh itu cerminan diri, gak perlu kamu cari contoh “tapi ini kok ini …..”

Fokus ke diri sendiri saja, saat kamu bercermin dan ingin terlihat bagus, maka bersihkan dulu dirimu, mandi, pake skincare, ada komedo atau debu, ya dibersihkan, jika ingin terlihat bagus di cermin itu, jangan paksa cermin itu untuk bagus, karena ia akan memantulkan cahaya darimu juga

Gitu logikanya, artinya coba sekarang introspeksi diri dulu dan sadar diri, saya heran dengan orang orang yang sangat berharap jodohnya baik agama, sedangkan ia (ex) masih memiliki hutang puasa kepada Allah tahun lalu, dan sampai ramadhan tahun ini belum diganti, (tanpa ada udzur seperti hamil atau menyusui)

Allah saja diabaikan, menuntut agar diberi ini dan itu, tapi kewajiban tak ditunaikan, ibarat ada pelayan kerja asal asalan, sering bolos, tapi minta gaji sempurna????

Maknanya perbaiki diri dulu, hijrah itu tak harus nikah dulu, banyak kok yang hijrah setelah jumpa dengan orang orang baik, berguru dengan orang baik, ada di komunitas yang baik, gak harus sama pasangan

Sekalipun memang ada beberapa yang memang baik namun berjodoh dengan yang kurang baik, jika sudah ikhtiar dengan benar, maka itu namanya takdir dan barangkali Allah mengutus yang baik itu untuk memperbaiki yang belum baik

Monday, September 19, 2022

BERLINDUNG DARI HILANGNYA NIKMAT SEHAT

Do'a yang ringkas namun penuh makna dari kitab Riyadhus Sholihin An Nawawi, yaitu do'a berlindung dari hilangnya nikmat dan datangnya penyakit.


Dari 'Abdullah bin 'Umar, dia berkata, "Di antara doa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah:


اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيعِ سَخَطِكَ


“ALLOOHUMMA INNII A'UUDZU BIKA MIN ZAWAALI NI'MATIK, WA TAHAWWULI 'AAFIYATIK, WA FUJAA'ATI NIQMATIK, WA JAMII'I SAKHOTHIK” [Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari hilangnya kenikmatan yang telah Engkau berikan, dari berubahnya kesehatan yang telah Engkau anugerahkan, dari siksa-Mu yang datang secara tiba-tiba, dan dari segala kemurkaan-Mu]. (HR. Muslim no. 2739)


Faedah dari hadits di atas:

Pertama: Yang dimaksud nikmat di sini adalah nikmat Islam, Iman, anugerah ihsan (berbuat baik) dan kebajikan. Jadi dalam do'a ini kita berlindung dari hilangnya nikmat-nikmat tersebut. Makus hilangnya nikmat adalah nikmat tersebut hilang dan tanpa ada penggantinya.


Kedua: Yang dimaksud dengan berubahnya kesehatan ('afiyah) adalah nikmat sehat tersebut berubah menjadi sakit. Yang dimaksud dengan 'afiyah (sehat) di sini adalah berpindahnya nikmat 'afiyah dari pendengaran, penglihatan dan anggota tubuh lainnya. Jadi do'a ini kita maksudkan meminta selalu kesehatan (tidak berubah menjadi penyakit) pada pendengaran, penglihatan dan anggota tubuh lainnya.


Ketiga: Yang dimaksud fuja'ah adalah datang tiba-tiba. Sedangkan "niqmah" adalah siksa dan murka. Dalam do'a ini berarti kita berlindung pada Allah dari datangnya 'adzab, siksa dan murka Allah yang tiba-tiba.


Keempat: Dalam do'a ini, kita juga meminta pada Allah agar terlindung dari murka-Nya yaitu segala hal yang dapat mengantarkan pada murka Allah.


Semoga do'a ini bisa kita amalkan dan mendapatkan berbagai anugerah.


Aamiin yaa MUJIBBASSAILIIN

BALASAN AKHIRAT LUAR BIASA

Allah Ta'ala berfirman,


مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِئَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ


“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui." (QS. Al Baqarah: 261)


Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya mengatakan, "Ayat ini sangat memotivasi hati untuk gemar berinfak. Ayat ini merupakan isyarat bahwa setiap amal sholih yang dilakukan akan diiming-imingi pahala yang berlimpah bagi pelakunya. Sebagaimana Allah mengiming-imingi tanaman bagi siapa yang menanamnya di tanah yang baik (subur). Terdapat dalam hadits bahwa setiap kebaikan akan dilipatgandakan hingga 700 kali lipat". Inilah permisalan yang Allah gambarkan yang menunjukkan berlipat gandanya pahala orang yang berinfak di jalan Allah dengan selalu selalu mengharap ridho-Nya.


Jangan Lupakan Kewajiban Terhadap Harta


Setelah kita mengetahui keutamaan menginfakkan harta di jalan yang benar, lalu di manakah kita mesti salurkan harta tersebut?


Pertama, tentu saja harta tersebut digunakan untuk memberi nafkah yang wajib kepada keluarga dan ini diberikan sesuai kemampuan serta mencukupi istri dan anak-anaknya. Allah Ta'ala berfirman,


لِيُنْفِقْ ذُو سَعَةٍ مِنْ سَعَتِهِ وَمَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ فَلْيُنْفِقْ مِمَّا آَتَاهُ اللَّهُ لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا مَا آَتَاهَا سَيَجْعَلُ اللَّهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا


"Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan." (QS. Ath Tholaq: 7)


Perlu juga diketahui bahwa mencari nafkah bisa menuai pahala jika si pencari nafkah (suami) mengharap ridho Allah ketika mencarinya. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


إِنَّكَ لَنْ تُنْفِقَ نَفَقَةً تَبْتَغِى بِهَا وَجْهَ اللَّهِ إِلاَّ أُجِرْتَ عَلَيْهَا ، حَتَّى مَا تَجْعَلُ فِى فِى امْرَأَتِكَ


“Tidaklah nafkah yang engkau cari untuk mengharapkan wajah Allah kecuali engkau akan diberi balasan karenanya, sampai apa yang engkau masukkan dalam mulut istrimu." (HR. Bukhari no. 56)


Setelah itu jika ada kelebihan harta jangan lupakan untuk menyalurkan harta tersebut pada sedekah yang wajib yaitu zakat yang diserahkan pada orang yang berhak menerima. Ini dilakukan jika memang telah memenuhi nishob (ukuran minimal zakat) dan telah sampai satu haul (satu tahun). Kewajiban ini jangan sampai dilupakan oleh orang yang punya kelebihan harta. Kewajiban ini tentu saja lebih didahulukan dari infak lainnya yang hukumnya di bawah wajib. Dengan membayar zakat inilah sebab datangnya banyak kebaikan. Sebaliknya, enggan membayar zakat akan datang berbagai musibah dan hilangnya berbagai keberkahan. Salah satu buktinya adalah sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,


لَمْ يَمْنَعْ قَوْمٌ زَكَاةَ أَمْوَالِهِمْ إِلا مُنِعُوا الْقَطْرَ مِنَ السَّمَاءِ , وَلَوْلا الْبَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوا.


“Jika suatu kaum enggan mengeluarkan zakat dari harta-harta mereka, maka mereka akan dicegah dari mendapatkan hujan dari langit. Sekiranya bukan karena binatang-binatang ternak, niscaya mereka tidak diberi hujan." (HR. Thobroni dalam Al Mu'jam Al Kabir - 13619)


Setelah kewajiban di atas, perbanyaklah berinfak dan bersedekah di jalan-jalan kebaikan lainnya.  Dengan ini semua akan membuat harta akan selalu lebih berkah di puncak kesuksesan.


WaLLAAHUa'lam

ENGGAN BERINFAQ BISA MENGHILANGKAN BARAKAH

Dari Asma' binti Abi Bakr, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda padaku,


لاَ تُوكِي فَيُوكى عَلَيْكِ


“Janganlah engkau menyimpan harta (tanpa mensedekahkannya). Jika tidak, maka Allah akan menahan rizki untukmu." Dalam riwayat lain disebutkan,


أنفقي أَوِ انْفَحِي ، أَوْ انْضَحِي ، وَلاَ تُحصي فَيُحْصِي اللهُ عَلَيْكِ ، وَلاَ تُوعي فَيُوعي اللهُ عَلَيْكِ


“Infaqkanlah hartamu. Janganlah engkau menghitung-hitungnya (menyimpan tanpa mau mensedekahkan). Jika tidak, maka Allah akan menghilangkan barokah rizki tersebut. Janganlah menghalangi anugerah Allah untukmu. Jika tidak, maka Allah akan menahan anugerah dan kemurahan untukmu." (HR. Bukhari no. 1433 dan Muslim no. 1029, 88)


Ibnu Baththol rahimahullah mengatakan, "Janganlah engkau menyimpan-nyimpan harta tanpa mensedekahkannya (menzakatkannya). Janganlah engkau enggan bersedekah (membayar zakat) karena takut hartamu berkurang. Jika seperti ini, Allah akan menahan rizki untukmu sebagaimana Allah menahan rizki untuk para peminta-minta."


Dalam kesempatan lain, Ibnu Baththol rahimahullah mengatakan, "Sedekah (zakat) itu dapat mengembangkan harta. Maksudnya adalah sedekah merupakan sebab semakin berkah dan bertambahnya harta. Barangsiapa yang memiliki keluasan harta, namun enggan untuk bersedekah (mengeluarkan zakat), Allah akan menahan rizki darinya. Allah akan menghalangi keberkahan hartanya. Allah pun akan menahan perkembangan hartanya.”


WaLLAAHUa'lam

HARTA TAK BERKURANG KARENA SADAQAH

Jika seseorang mengerti dan pahami, investasi dan infak di jalan Allah sama sekali tidaklah mengurangi harta. Cobalah renungkan baik-baik firman Allah Ta'ala,


وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ


“Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya." (QS. Saba': 39). Lihatlah bagaimanakah penjelasan yang amat menarik dari Ibnu Katsir rahimahullah mengenai ayat ini. Beliau mengatakan, “Selama engkau menginfakkan sebagian hartamu pada jalan yang Allah perintahkan dan jalan yang dibolehkan, maka Allah-lah yang akan memberi ganti pada kalian di dunia, juga akan memberi ganti berupa pahala dan balasan di akhirat kelak."


Dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu juga disebutkan,


مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلاَّ مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا ، وَيَقُولُ الآخَرُ اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا


“Tidak ada suatu hari pun ketika seorang hamba melewati paginya kecuali akan turun (datang) dua malaikat kepadanya lalu salah satunya berkata; "Ya Allah berikanlah pengganti bagi siapa yang menafkahkan hartanya", sedangkan yang satunya lagi berkata; "Ya Allah berikanlah kehancuran (kebinasaan) kepada orang yang menahan hartanya (bakhil).” (HR. Bukhari no. 1442 dan Muslim no. 1010)


Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pun menyemangati sahabat Bilal bin Robbah radhiyallahu 'anhu untuk berinfak dan beliau katakan jangan khawatir miskin. Beliau bersabda,


أَنْفِقْ بِلاَل ! وَ لاَ تَخْشَ مِنْ ذِيْ العَرْشِ إِقْلاَلاً


“Berinfaklah wahai Bilal! Janganlah takut hartamu itu berkurang karena ada Allah yang memiliki 'Arsy (Yang Maha Mencukupi)." (HR. Al Bazzar dan Ath Thobroni dalam Al Kabir)


Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan sendiri bahwa harta tidaklah mungkin berkurang dengan sedekah. Beliau bersabda,


مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ


“Sedekah tidaklah mengurangi harta.” (HR. Muslim no. 2558, dari Abu Hurairah)


Makna hadits di atas sebagaimana dijelaskan oleh Yahya bin Syarf An Nawawi rahimahullah ada dua penafsiran: [1] Harta tersebut akan diberkahi dan akan dihilangkan berbagai dampak bahaya padanya. Kekurangan harta tersebut akan ditutup dengan keberkahannya. Ini bisa dirasakan secara inderawi dan lama-kelamaan terbiasa merasakannya. [2] Walaupun secara bentuk harta tersebut berkurang, namun kekurangan tadi akan ditutup dengan pahala di sisi Allah dan akan terus ditambah dengan kelipatan yang amat banyak.


WaLLAAHUa'lam

HARTA HANYALAH TITIPAN

Kita tahu bahwa harta ini hanyalah titipan ilahi dan kita diperintahkan untuk memanfaatkannya dalam kebaikan dan bukan di jalan yang keliru, maka sudah sepatutnya kita mengetahui manfaat dari berinfak di jalan Allah. Satu kisah yang bisa jadi pelajaran bagi kita semua adalah kisah sahabat Abud Dahdaa radhiyallahu 'anhu.


'Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu menceritakan bahwa tatkala turun firman Allah Ta'ala,


مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ وَلَهُ أَجْرٌ كَرِيمٌ


“Barangsiapa memberi pinjaman kepada Allah dengan pinjaman yang baik, maka Allah akan melipatgandakan balasan pinjaman itu untuknya dan dia akan memperoleh pahala yang banyak" (QS. Al Hadid: 11); Abud Dahdaa Al Anshori mengatakan, "Wahai Rasulullah, apakah Allah menginginkan pinjaman dari kami?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Betul, wahai Abud Dahdaa." Kemudian Abud Dahdaa pun berkata, "Wahai Rasulullah, tunjukkanlah tanganmu.” Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun menyodorkan tangannya. Abud Dahdaa pun mengatakan, "Aku telah memberi pinjaman pada Rabbku kebunku ini. Kebun tersebut memiliki 600 pohon kurma."


Ummud Dahda, istri dari Abud Dahdaa bersama keluarganya ketika itu berada di kebun tersebut, lalu Abud Dahdaa datang dan berkata, "Wahai Ummud Dahdaa!” "Iya," jawab istrinya. Abud Dahdaa mengatakan, “Keluarlah dari kebun ini. Aku baru saja memberi pinjaman kebun ini pada Rabbku.”

Dalam riwayat lain, Ummud Dahdaa menjawab, "Engkau telah beruntung dengan penjualanmu, wahai Abud Dahdaa." Ummu Dahda pun pergi dari kebun tadi, begitu pula anak-anaknya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun terkagum dengan Abud Dahdaa. Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam lantas mengatakan, "Begitu banyak tandan anggur dan harum-haruman untuk Abud Dahdaa di surga." Dalam lafazh yang lain disebutkan, "Begitu banyak pohon kurma untuk Abu Dahdaa di surga. Akar dari tanaman tersebut adalah mutiara dan yaqut (sejenis batu mulia).”(Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim, Ibnu Katsir, Tafsir surat Al Hadiid ayat 11, 13/414-415, Muassasah Qurthubah. Riwayat ini adalah riwayat yang shahih. Dikeluarkan oleh Abdu bin Humaid dalam Muntakhob dan Ibnu Hibban dalam Mawarid Zhoma'an)


Lihatlah saudaraku! Bagaimanakah balasan untuk orang yang menginvestasikan hartanya di jalan Allah. Lihatlah Abud Dahdaa radhiyallahu 'anhu, di saat Allah melimpahkan padanya nikmat harta yang begitu melimpah, ia pun tidak melupakan Sang Pemberi Nikmat. Bagaimanakah dengan kita?


WaLLAAHUa'lam

MENGAPA SETAN TIDAK TERUSIR WALAU KITA BERZIKIR??

Imam Al Ghazali ditanya oleh seseorang


"Bukankah setan dapat terusir oleh zikir ?*

Saya selalu berzikir, tapi mengapa setan tidak pernah terusir ?"


Imam Al Ghazali menjawab,


"Setan itu seperti anjing jika kita hardik, anjing itu akan lari menyingkir. Jika di sekitar kita masih ada makanan, mungkin saja itu akan datang kembali. Bahkan, anjing itu akan selalu mengintai diri kita dan ketika kita lalai, ia akan menghampiri dan memakan makanan itu."*

*Begitu pula halnya dengan zikir, zikir tidak akan bermanfaat bila di dalam hati kita masih kita menyediakan makanan-makanan setan.


Ketika sedang mencari makanan, setan tidak akan takut dihentak dengan zikir apapun.


Pada kenyataannya, bukan setan yang menggoda kita, tapi kitalah yang menggoda setan dengan berbagai penyakit hati yang kita derita,"


Kita harus membersihkan "kotoran" dalam hati yang kita tanam melalui perilaku kita yang tercela, seperti hasad/dengki, dzhalim, benci, marah, ghibah, namimah, ujub, riya, takabur/sombong dsb


Jika tidak segera dibersihkan, kotoran itu suatu saat akan menjadi terlalu tebal untuk kita bersih, Astaghfirullahal 'adzhim, Na'udzu billahi mindzalik.


Semoga renungan ini bermanfaat dan kita juga selalu bersemangat untuk menggapai kebahagiaan dunia dan akherat

Sunday, September 18, 2022

SUAMIMU

Kerja atau tidak kerja

Dia suamimu

Berilmu atau awwam

Dia imammu

.

Romantis atau cuek

Dia ayah dari anak anakmu

Ramah atau galak/kasar

Dia bekerja menafkahimu

.

Ini bukan tentang

Kenapa anda - wahai para istri - harus patuh

Dan hormat kepada suami

Tapi tentang siapa yang menyuruh

Taat kepada suami !!!

.

Sudah berapa kali suara Anda

Meninggi di hadapannya

Berapa kali Anda merengek

Meminta sesuatu yg membebani pikirannya

.

Berapa kalikah Anda menghargai pendapatnya

Berapa kalikah Anda juga menceritakan keburukannya !!?

.

Mari wahai para istri

Dia suamimu,

syukuri kebaikan suamimu

Sebelum Allah mengambilnya darimu..

Sebelum semuanya terlambat

.

Jika kau mentaati suamimu

Maka Allah janjikan surga untukmu

Jadi kau tidak akan rugi

Meskipun kau mempunyai

Suami bertabiat jelek, kasar

.

Taatilah suamimu

Selagi perintah itu masih dalam hal yang ma'ruf !!

.

Bersabarlah atas tabiat suamimu karena Allah...

Berdoalah kepada Allah Yang Maha mengabulkan doa, untuk suamimu tercinta agar bisa merasakan nikmatnya/manisnya hidayah


وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّـكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

.

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat."

(QS. Ibrahim 14: Ayat 7)

.

📝 ustadz Sulaiman Abu Syeikha, M.pd. Hafizhahullah .

Wednesday, September 14, 2022

DIGELAP MALAM ADA KEJAHATAN

Ingat, setan itu menyebar pada malam hari. Dari Jabir bin 'Abdillah radhiyallahu 'anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


إِذَا كَانَ جُنْحُ اللَّيْلِ – أَوْ أَمْسَيْتُمْ – فَكُفُّوا صِبْيَانَكُمْ ، فَإِنَّ الشَّيَاطِينَ تَنْتَشِرُ حِينَئِذٍ ، فَإِذَا ذَهَبَ سَاعَةٌ مِنَ اللَّيْلِ فَحُلُّوهُمْ ، وَأَغْلِقُوا الأَبْوَابَ ، وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لاَ يَفْتَحُ بَابًا مُغْلَقًا


“Apabila datang gelap malam (sore hari), maka halangilah anak-anakmu dari keluar rumah karena setan ketika itu berkeliaran. Jika telah berlalu sesaat dari waktu malam (waktu Isya), maka lepaskanlah mereka lagi. Hendaklah kalian menutup pintu dan berdzikir kepada Allah karena sesungguhnya setan tidak dapat membuka pintu yang tertutup." (HR. Bukhari, no. 3304 dan Muslim, no. 2012)


Syaikh Musthafa Al-'Adawi hafizhahullah berkata, “Begitu pula binatang pengganggu, hewan buas akan keluar dari tempat tinggalnya pada malam hari. Yang ingin berbuat buruk dan jahat keluar juga ketika datang malam.”


Arti GHOOSIQIN IDZA WAQAB telah dijelaskan oleh Jalaluddin Al-Mahalli dalam Tafsir Al-Jalalain,


{ وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ } أَيْ اللَّيْلُ إِذَا أَظْلَمَ ، أَوِ القَمَرُ إِذَا غَابَ


“(dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita), artinya kejahatan malam hari apabila telah gelap, dan dari kejahatan waktu purnama apabila telah terbenam.”


WaLLAAHUa'lam

KEJAHATAN MAKHLUK

Dalam surat Al-Falaq disebutkan bahwa kita berlindung dari kejahatan makhluk.


Seperti disebutkan sebelumnya oleh Jalaluddin Al-Mahalli,


{ مِن شَرِّ مَا خَلَقَ } مِنْ حَيَوَانٍ مُكَلَّفٍ وَغَيْرِ مُكَلَّفٍ وَجَمَادٍ كَالسَّمِّ وَغَيْرِ ذَلِكَ .


“(dari kejahatan makhluk-Nya), yaitu dari kejahatan makhluk hidup yang berakal dan yang tidak berakal, serta dari kejahatan benda mati seperti racun dan sebagainya.”


Kita dapat menarik kesimpulan bahwa kejahatan makhluk bisa jadi berasal dari: (a) manusia dan jin yang mukallaf (dibebankan syariat), (b) hewan yang tidak dibebankan syariat, (c) benda mati seperti racun yang bisa memberi dampak bahaya.


Secara umum, ayat ini berarti kita meminta perlindungan kepada Allah dari segala keburukan makhluk. Namun, hal ini bukan berarti semua makhluk itu jelek. Ada surga yang tidak ada keburukan di dalamnya sama sekali. Ada para malaikat dan para nabi yang hanya memiliki kebaikan saja.


Kita dapat katakan bahwa meminta perlindungan di sini adalah dari keburukan makhluk yang bisa bertindak buruk. Ini berlaku untuk segala kejelekan di dunia dan akhirat. Misal dari hal ini adalah keburukan manusia dan jin, keburukan hewan buas dan binatang pengganggu, kejelekan api, dan kejelekan dari cuaca.


Khalwah binti Hakim As-Sulamiyyah radhiyallahu 'anha berkata bahwa ia pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


مَنْ نَزَلَ مَنْزِلاً ثُمَّ قَالَ أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ. لَمْ يَضُرَّهُ شَىْءٌ حَتَّى يَرْتَحِلَ مِنْ مَنْزِلِهِ ذَلِكَ


“Barangsiapa yang singgah di suatu tempat lantas ia mengucapkan 'A'UDZU BI KALIMAATILLAHIT TAAMMAATI MIN SYARRI MAA KHOLAQ (artinya: Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang Maha sempurna dari kejahatan setiap makhluk)', maka tidak ada sama sekali yang dapat memudaratkannya sampai ia berpindah dari tempat tersebut." (HR. Muslim no. 2708).


Setelah menyebutkan kejahatan atau kejelekan secara umum pada ayat “MIN SYARRI MAA KHOLAQ”, kemudian disebutkan rinciannya pada ayat selanjutnya, yaitu:


1. ghasiq (kegelapan malam),

2. an-naffaatsaat (sihir),

3. al-haasid (orang yang hasad).


Karena ketiga hal ini kejelekannya amat berbahaya.


WaLLAAHUa'lam

KEUTAMAAN BERKATA BAIK

Pertama: Sebab Mendapatkan Ampunan dan Sebab Masuk Surga

Dari Abu Syuraih, ia berkata pada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam,


يَا رَسُولَ اللَّهِ، دُلَّنِي عَلَى عَمِلٍ يُدْخِلُنِي الْجَنَّةَ


“Wahai Rasulullah, tunjukkanlah padaku suatu amalan yang dapat memasukkanku ke dalam surga.” Beliau bersabda,


إِنَّ مِنْ مُوجِبَاتِ الْمَغْفِرَةِ بَذْلُ السَّلامِ، وَحُسْنُ الْكَلامِ


“Di antara sebab mendapatkan ampunan Allah adalah menyebarkan salam dan bertutur kata yang baik.”(HR. Thobroni dalam Mu'jam Al Kabir no. 469)

Kedua: Mendapatkan Kamar yang Istimewa di Surga Kelak

Dari 'Ali, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Di surga terdapat kamar-kamar yang bagian luarnya dapat dilihat dari dalam dan bagian dalamnya dapat dilihat dari luar." Kemudian seorang Arab Badui bertanya, "Kamar-kamar tersebut diperuntukkan untuk siapa, wahai Rasulullah?" Beliau pun bersabda,


لِمَنْ أَطَابَ الْكَلاَمَ وَأَطْعَمَ الطَّعَامَ وَأَدَامَ الصِّيَامَ وَصَلَّى لِلَّهِ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ


“Kamar tersebut diperuntukkan untuk siapa saja yang tutur katanya baik, gemar memberikan makan (pada orang yang butuh), rajin berpuasa dan rajin shalat malam karena Allah ketika manusia sedang terlelap tidur.”(HR. Tirmidzi no. 1984 dan Ahmad 1/155)

Ketiga: Bisa menggantikan Sedekah

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


الْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ


“Tutur kata yang baik adalah sedekah.”(HR. Ahmad (2/316) dan disebutkan oleh Al Bukhari dalam kitab shahihnya secara mu'allaq -tanpa sanad)


Dari 'Adi bin Hatim, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ


“Selamatkanlah diri kalian dari siksa neraka, walaupun dengan separuh kurma. Jika kalian tidak mendapatkannya, maka cukup dengan bertutur kata yang baik.” (HR. Bukhari no. 6023 dan Muslim no. 1016)


Ibnul Qayyim mengatakan, "Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menjadikan tutur kata yang baik sebagai pengganti dari sedekah bagi yang tidak mampu untuk bersedekah.”


Ibnu Baththol mengatakan, "Tutur kata yang baik adalah sesuatu yang dianjurkan dan termasuk amalan kebaikan yang utama. Karena Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam (dalam hadits ini) menjadikannya sebagaimana sedekah dengan harta. Antara tutur kata yang baik dan sedekah dengan harta memiliki keserupaan. Sedekah dengan harta dapat menyenangkan orang yang diberi sedekah. Sedangkan tutur kata yang baik juga akan menyenangkan mukmin lainnya dan menyenangkan hatinya. Dari sisi ini, keduanya memiliki kesamaan (yaitu sama-sama menyenangkan orang lain).”(Syarh al Bukhari, Ibnu Baththol, 17/273, Asy Syamilah)


Keempat: Menyelematkan Seseorang dari Siksa Neraka


Dalilnya adalah hadits Adi bin Hatim di atas. Ibnu Baththol mengatakan, "Jika tutur kata yang baik dapat menyelamatkan dari siksa neraka, berarti sebaliknya, tutur kata yang kotor (jelek) dapat diancam dengan siksa neraka.”(Syarh al Bukhari, 4/460)


Kelima: Dapat Menghilangkan Permusuhan


Ibnu Baththol mengatakan, “Ketahuilah bahwa tutur kata yang baik dapat menghilangkan permusuhan dan dendam kesumat. Lihatlah firman Allah Ta'ala,


ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ


“Tolaklah (kejelekan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia." (QS. Fushilat: 34-35). Menolak kejelekan di sini bisa dengan perkataan dan tingkah laku yang baik." (Syarh al Bukhari, 17/273)


Sahabat yang mulia, ibnu 'Abbas –radhiyallahu 'anhuma– mengatakan, "Allah memerintahkan pada orang beriman untuk bersabar ketika ada yang membuat marah, membalas dengan kebaikan jika ada yang buat jahil, dan memaafkan ketika ada yang buat jelek. Jika setiap hamba melakukan semacam ini, Allah akan melindunginya dari gangguan setan dan akan menundukkan musuh-musuhnya. Malah yang semula bermusuhan bisa menjadi teman dekatnya karena tingkah laku baik semacam ini.”


Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Namun yang mampu melakukan seperti ini adalah orang yang memiliki kesabaran. Karena membalas orang yg menyakiti kita dengan kebaikan adalah suatu yang berat bagi setiap jiwa.”


WaLLAAHUa'lam

LEMBUTLAH PADA WANITA

 Saudaraku, ingat yang kau perlakukan adalah gelas-gelas kaca dan tulang rusuk yang bengkok …


Jaga kata-kata, walaupun lagi kesel, capek, sayah, jagalah perasaan istri. Memperlakukan istri beda sekali dengan memperlakukan pria.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

‎اسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ ، فَإِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ ، وَإِنَّ أَعْوَجَ شَىْءٍ فِى الضِّلَعِ أَعْلاَهُ ، فَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهُ كَسَرْتَهُ ، وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ ، فَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ

“Berbuat baiklah pada para wanita. Karena wanita diciptakan dari tulang rusuk. Yang namanya tulang rusuk, bagian atasnya itu bengkok. Jika engkau mencoba untuk meluruskannya (dengan kasar), engkau akan mematahkannya. Jika engkau membiarkannya, tetap saja tulang tersebut bengkok. Berbuat baiklah pada para wanita." (HR. Bukhari, no. 3331 dan Muslim, no. 1468)

Lihatlah ungkapan yang bagus dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,

‎اِرْفَقْ بِالْقَوارِيْرِ

“Lembutlah kepada gelas-gelas kaca (maksudnya para wanita)." (HR. Bukhari, no. 5856; Muslim, no. 2323)

Ingat sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,

‎إِنَّ الرِّفْقَ لاَ يَكُوْنَ فِي شَيْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ يُنْزَعُ مِنْ شَيْءٍ إِلاَّ شَانَهُ

“Sesungguhnya kelembutan itu tidaklah ada pada sesuatu melainkan ia akan menghiasinya (menjadikan sesuatu itu indah). Tidaklah dihilangkan kelembutan itu dari sesuatu melainkan akan memperjeleknya." (HR. Muslim, no. 2594)

Dalam hadits lainnya disebutkan,


‎وَيُعْطِي عَلَى الرِّفْقِ مَا لاَ يُعْطِي عَلَى الْعُنْفِ وَمَا لاَ يُعْطِي عَلَى سِوَاهُ


“Dan Allah memberikan kepada sikap lembut itu dengan apa yang tidak Dia berikan kepada sikap kaku/ kasar dan dengan apa yang tidak Dia berikan kepada selainnya." (HR. Muslim, no. 2593)


WaLLAAHUa'lam

KATA KATA KASAR

Kalau dalam keadaan emosi, marah, dan tak sabar, sebagian ada orang yang tak tahan sehingga mengumpat dengan kata-kata kasar seperti tai, anjing dan kata jorok (kotor) lainnya.

Yang jelas suka mengumpang bukanlah sifat orang beriman. Karena orang beriman selalu menjaga lisannya dan diperintahkan berkata yang baik. Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا، أَوْ لِيَصْمُتْ


“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik dan jika tidak maka diamlah.” (HR. Bukhari no. 6018 dan Muslim no. 47)

Sifat orang beriman pula tidaklah mengumpat dengan perkataan dan tingkah laku. Ancaman bagi mereka yang mencela seperti itu jelas sekali dalam ayat berikut,

وَيْلٌ لِكُلِّ هُمَزَةٍ لُمَزَةٍ

“Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela” (QS. Al Humazah: 1)

Ayat ini adalah ancaman bagi orang yang mencela yang lain dengan perbuatan dan mengumpat dengan ucapan. Hamaz adalah mencela dan mengumpat orang lain dengan isyarat dan perbuatan. Sedangkan lamaz adalah mencela orang lain dengan ucapan.

Ancaman wail dalam ayat di atas adalah ancaman berat. Salah satu tafsiran menyatakan wail adalah lembah di neraka.

Juga di antara orang yang tidak boleh diikuti adalah orang yang banyak mengumpang dengan kata-kata kotor seperti 'tai' dan 'anjing' sebagaimana disebutkan dalam ayat,

“Yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah.” (QS. Al Qalam: 11).

Yang dimaksud dengan hammaz dalam ayat di atas adalah banyak mengumpat atau menjelekkan orang lain yaitu dengan mengghibahi atau merendahkannya dengan candaan, atau semisal itu. 

Kalau kita muslim, maka haruslah menjaga lisan agar keluar kata-kata yang bersih.

Kalau orang kafir wajar saja keluar kata kotor berupa umpatan jelek karena mereka tak diajarkan sopan santun dalam ajaran mereka. Jadi bedakan dengan baik mana muslim dan mana bukan. Yang membuat orang mulia adalah dengan iman dan akhlak luhurnya.


WaLLAAHUa'lam

SHAF

Imam Nawawi rahimahullah dalam Riyadhus Sholihin membicarakan lima belas hadits dalam judul bab “Keutamaan Shaf Pertama dan Perintah untuk Menyempurnakan Shaf Pertama, Meluruskan, dan Merapatkannya”.

Dalil-dalil yang dibawakan oleh Imam Nawawi dalam bab di atas yang terkait dengan bahasan ini ada delapan dalil.

Hadits pertama 

وَعَنْ أَبِي مَسْعُوْدٍ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – ، قَالَ : كَانَ رَسُوْلُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، يَمْسَحُ مَنَاكِبَنَا فِي الصَّلاَةِ ، وَيَقُولُ : (( اِسْتَوُوْا وَلاَ تَخْتَلِفُوا فَتَخْتَلِفَ قُلُوبُكُمْ ، لِيَلِيَنِي مِنْكُمْ أُولُو الأَحْلاَمِ وَالنُّهَى ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ )) رَوَاهُ مُسلِمٌ

Abu Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam biasa mengusap pundak-pundak kami ketika shalat dan berkata, “Luruskanlah dan janganlah berselisih, sehingga berselisihlah pula hati kalian. Hendaklah orang-orang yang dewasa dan berakal (yang punya keutamaan) dekat denganku (dekat dengan imam), lalu diikuti orang-orang setelah mereka, lalu orang-orang setelah mereka." (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 432].

Hadits kedua

وَعَنْ أَنَسٍ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – : (( سَوُّوا صُفُوفَكُمْ ؛ فَإنَّ تَسْوِيَةَ الصَّفِّ مِنْ تَمَامِ الصَّلاَةِ )) مُتَّفَقٌ عَلَيهِ .


وَفِي رِوَايَةٍ لِلْبُخَارِي : (( فَإنَّ تَسْوِيَةَ الصُّفُوفِ مِنْ إقَامَةِ الصَّلاَةِ )) .


Anas radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Luruskanlah shaf-shaf kalian karena lurusnya shaf termasuk kesempurnaan shalat." (Muttafaqun 'alaih) [HR. Bukhari, no. 723 dan Muslim, no. 433].

Dalam riwayat Al-Bukhari disebutkan, "Karena lurusnya shaf termasuk mendirikan shalat.

Hadits ketiga

وَعَنْهُ ، قَالَ : أُقِيمَتِ الصَّلاَةُ فَأقْبَلَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – بِوَجْهِهِ ، فَقَالَ : (( أَقِيمُوا صُفُوفَكُمْ وَتَرَاصُّوا ؛ فَإنِّي أرَاكُمْ مِنْ وَرَاءِ ظَهْرِي )) رَوَاهُ البُخَارِيُّ بِلَفْظِهِ ، وَمُسْلِمٌ بِمَعْنَاهُ .


وَفِي رِوَايَةٍ لِلْبُخَارِي: وَكَانَ أَحَدُنَا يُلْزِقُ مَنْكِبَهُ بِمَنْكِبِ صَاحِبِهِ وَقَدَمَهُ بِقَدَمِهِ.


Anas radhiyallahu 'anhu berkata, “Iqamah shalat telah dikumandangkan, lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menghadap kami kemudian berkata, 'Luruskanlah dan rapatkanlah shaf-shaf kalian karena aku dapat melihat kalian dari belakang punggungku.'" (HR. Bukhari dengan lafazhnya, sedangkan diriwayatkan oleh Imam Muslim secara makna) [HR. Bukhari, no. 719 dan Muslim, no. 434].

Dalam riwayat Al-Bukhari disebutkan, "Salah seorang dari kami menempelkan bahunya dengan bahu rekannya dan telapak kakinya dengan telapak kaki rekannya.”


Hadits keempat 

وَعَنِ النُّعْمَانَ بْنِ بَشِيْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا ، قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، يَقُوْلُ : (( لَتُسَوُّنَّ صُفُوفَكُمْ ، أَوْ لَيُخَالِفَنَّ اللَّهُ بَيْنَ وُجُوهِكُمْ )) مُتَّفَقٌ عَلَيهِ .


وَفِي رِوَايَةٍ لِمُسْلِمٍ : أَنَّ رَسُولَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – كَانَ يُسَوِّي صُفُوفَنَا ، حَتَّى كَأنَّمَا يُسَوِّي بِهَا القِدَاحَ حَتَّى رَأَى أَنَّا قَدْ عَقَلْنَا عَنْهُ ، ثُمَّ خَرَجَ يَوماً فَقَامَ حَتَّى كَادَ يُكَبِّرُ ، فَرَأَى رَجُلاً بَادِياً صَدْرُهُ مِنَ الصَّفِّ ، فَقَالَ : (( عِبَادَ اللهِ ، لَتُسَوُّنَّ صُفُوفَكُمْ ، أو لَيُخَالِفَنَّ اللهُ بَيْنَ وُجُوهِكُمْ ))


An-Nu'man bin Basyir radhiyallahu 'anhuma berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallambersabda, 'Hendaklah kalian meluruskan shaf-shaf kalian atau Allah akan menyelisihkan di antara wajah-wajah kalian.'" (Muttafaqun 'alaih) [HR. Bukhari, 717 dan Muslim, no. 436].

Dalam riwayat Muslim disebutkan, “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam biasa meluruskan shaf-shaf kami sampai seolah-olah beliau sedang meluruskan gelas sehingga beliau melihat bahwa kami telah mengerti. Kemudian pada suatu hari, beliau keluar. Lantas beliau berdiri. Lalu saat hampir bertakbir, beliau melihat seseorang pada dadanya maju dari shaf, maka beliau berkata, 'Wahai hamba-hamba Allah, luruskanlah shaf kalian atau Allah akan menyelisihkan di antara wajah-wajah kalian.’”

Hadits kelima

وَعَنِ البَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا ، قَالَ : كَانَ رَسُولُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – يَتَخَلَّلُ الصَّفَّ مِنْ نَاحِيَةٍ إِلَى نَاحِيَةٍ ، يَمْسَحُ صُدُورَنَا وَمَنَاكِبَنَا ، وَيَقُولُ : (( لاَ تَخْتَلِفُوا فَتَخْتَلِفَ قُلُوبُكُمْ )) وَكَانَ يَقُولُ : (( إِنَّ اللهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى الصُّفُوفِ الأَوَّلِ )) رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ بِإِسْنَادٍ حَسَنٍ

Al-Bara' bin 'Azib radhiyallahu 'anhuma berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam biasa memeriksa shaf dari satu sisi ke sisi yang lain. Beliau mengusap dada dan pundak kami seraya berkata, 'Janganlah kalian berselisih sehingga berselisihlah pula hati kalian.' Beliau biasa mengatakan, 'Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya (memberikan rahmat dan memintakan ampun) atas shaf-shaf yang pertama.” (HR. Abu Daud, sanadnya hasan) [HR. Abu Daud, no. 664; An-Nasa'i, no. 812].

Hadits keenam

وَعَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنهُمَا : أَنَّ رَسُولَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ : (( أَقِيْمُوا الصُّفُوفَ ، وَحَاذُوا بَيْنَ المَنَاكِبِ ، وَسُدُّوا الخَلَلَ ، وَلِيَنُوا بِأيْدِي إِخْوَانِكُمْ ، وَلاَ تَذَرُوا فُرُجَاتٍ لِلشَّيْطَانِ ، وَمَنْ وَصَلَ صَفّاً وَصَلَهُ اللهُ ، وَمَنْ قَطَعَ صَفّاً قَطَعَهُ اللهُ )) رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ بِإِسْنَادٍ صَحِيْحٍ

Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhuma berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Luruskanlah shaf-shaf kalian, ratakanlah pundak-pundak kalian, isilah shaf yang kosong, bersikap lemah lembutlah terhadap tangan-tangan saudara kalian, dan janganlah kalian biarkan shaf kosong untuk diisi setan. Barangsiapa yang menyambungkan shaf, Allah pasti akan menyambungkannya dan barangsiapa yang memutuskan shaf, Allah pasti akan memutuskannya.' (HR. Abu Daud, sanadnya hasan) [HR. Abu Daud, no. 666; An-Nasa,'i, no. 820].

Hadits ketujuh

وَعَنْ أَنَسٍ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – : أَنَّ رَسُولَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ : (( رُصُّوا صُفُوفَكُمْ ، وَقَارِبُوا بَيْنَهَا ، وَحَاذُوا بِالأعْنَاقِ؛ فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إنِّي لأَرَى الشَّيْطَانَ يَدْخُلُ مِنْ خَلَلِ الصَّفِّ ، كَأَنَّهَا الحَذَفُ )) حَدِيْثٌ صَحِيْحٌ رَوَاهُ أبُو دَاوُدَ بِإِسْنَادٍ عَلَى شَرْطِ مُسْلِمٍ .


(( الحَذَفُ )) بِحَاءِ مُهْمَلَةٍ وَذَالٍ مُعْجَمَةٍ مَفْتُوْحَتَيْنِ ثُمَّ فَاء وَهِيَ : غَنَمٌ سُودٌ صِغَارٌ تَكُونُ بِاليَمَنِ .


Dari Anas radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Rapatkanlah shaf kalian, dekatkanlah di antara shaf-shaf, dan sejajarkanlah tengkuk-tengkuk kalian. Demi Allah yang diriku ada pada tangan-Nya, sesungguhnya aku melihat setan masuk ke sela-sela shaf, seperti domba kecil.” (HR. Abu Daud, shahih dengan sanad sesuai syarat Muslim). Al-Hadzaf adalah domba hitam kecil yang hidup di Yaman. [HR. Abu Daud, no. 667 dan An-Nasa'i, no. 816]

 Hadits kedelapan 

وَعَنْهُ : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ : (( أتِمُّوا الصَّفَّ المُقَدَّمَ ، ثُمَّ الَّذِي يَلِيهِ ، فَمَا كَانَ مِنْ نَقْصٍ فَلْيَكُنْ في الصَّفِّ المُؤَخَّرِ )) رواه أبُو دَاوُدَ بإسناد حسن


Anas radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sempurnakanlah shaf depan, kemudian yang selanjutnya. Jika masih ada yang kurang, jadikanlah di shaf belakang.” (HR. Abu Daud dengan sanad sahih) [HR. Abu Daud, no. 671 dan An-Nasa'i, no. 819].


Hukum meluruskan dan merapatkan shaf

Imam Nawawi rahimahullah berkata, "Tidak lurusnya shaf akan menimbulkan permusuhan dan kebencian, serta perselisihan antar hati orang yang shalat.”

Dalam Ensiklopedia Fikih disebutkan, “Mayoritas ulama berpandangan bahwa dianjurkan meluruskan shalat dalam shalat berjamaah, maksudnya adalah tidak boleh satu jamaah lebih di depan dari jamaah lainnya. Orang yang akan melaksanakan shalat membuat shaf jadi lurus dalam satu baris dengan shaf dirapatkan. Rapatnya shaf adalah dengan mendekatkan pundak yang satu dan lainnya, telapak kaki yang satu dan lainnya, mata kaki yang satu dan lainnya, sampai-sampai dalam shaf tidak dibuat ada celah. Imam disunnahkan memerintahkan pada jamaah sebagaimana perintah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, 'Luruskanlah dan rapatkanlah shaf, karena lurusnya shaf termasuk kesempurnaan shalat'."

Masih dalam kitab yang sama, Ibnu Hajar Al-'Asqalani rahimahullah menyebutkan bahwa hukum shaf yang lurus adalah wajib. Namun shaf yang tidak lurus dihukumi sah. Shalat yang telah dilakukan dalam keadaan seperti itu tidak perlu diulangi. 


Cara meluruskan shaf

Syaikh Prof. Dr. Muhammad Az-Zuhaily menerangkan, “Imam disarankan untuk meluruskan shaf-shaf yang ada sebelum melakukan takbiratul ihram. Imam hendaklah menyuruh makmum di belakangnya untuk meluruskan shaf sebelum masuk takbiratul ihram. Jika masjid berukuran besar, imam dianjurkan menyuruh orang lain untuk meluruskan shaf dengan cara mengelilingi shaf-shaf yang ada atau orang yang diperintah tadi menghimbau yang lainnya untuk meluruskan shaf. Setiap yang hadir shalat berjamaah hendaklah mengajak yang lain meluruskan shaf. Perbuatan seperti ini termasuk amar makruf nahi mungkar, juga termasuk saling tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan. Sebagaimana diketahui, shaf yang lurus merupakan kesempurnaan shalat.”

Az-Zuhaily, semoga Allah menjaga beliau, melanjutkan, "Yang dimaksud meluruskan shaf adalah menyempurnakan shaf yang pertama lalu shaf yang berikutnya. Termasuk juga meluruskan shaf adalah menutup shaf yang masih kosong. Shaf yang lurus akan terlihat rata dan posisi badan yang satu tidak maju dari yang lainnya. Shaf kedua barulah diisi ketika shaf pertama terisi penuh. Jamaah tidak boleh berdiri pada shaf yang baru sebelum shaf pertama diisi.”


WaLLAAHUa'lam

LAA TAHZAN

Wahai saudaraku …

Mungkin saat ini kau dirundung duka

Tetapi seharusnya tidak membuat engkau berlarut lama

Wahai saudaraku …

Ingatlah, kondisi kita tidak selamanya harus dalam suka

Kadang akan merasakan duka

Suka dan duka akan terus berganti dalam hidup kita

Wahai saudaraku …

Takdir ALLAH itu begitu baik

Jika kita pandang dari satu sisi mungkin terasa tidak enak

Namun coba kita pandang dari sisi lain, ALLAH punya maksud lain yang terbaik

Wahai saudaraku …

Bukankah Nabimu –shallallahu 'alaihi wa sallam- bersabda,

مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حُزْنٍ وَلاَ أَذًى وَلاَ غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا ، إِلاَّ كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ

Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu keletihan dan penyakit (yang terus menimpa), kehawatiran dan kesedihan, dan tidak juga gangguan dan kesusahan bahkan duri yang melukainya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya. (HR. Bukhari no. 5641)

Perhatikanlah bagaimana janji Rabbmu

Dosa-dosamu akan berguguran satu demi satu

Jadi tidak perlu bersedih …

 LAA TAHZAN 

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 5)

Di balik kesulitan ada kemudahan yang begitu banyak

Karena satu kesulitan mustahil mengalahkan dua kemudahan

Jadi tidak perlu bersedih …

LAA TAHZAN 

وَأَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ

“Sesungguhnya pertolongan akan datang bersama kesabaran" (HR. Ahmad 1/307, shahih)

Jalan keluar begitu dekat bagi orang yang bertakwa

Pertolongan mudah datang jika seseorang bersabar

Jadi tidak perlu bersedih …

LAA TAHZAN 

Jagalah hati, lisan dan anggota badan dari berkeluh kesah

Ridholah dengan takdir ilahi

Jadikan sabar sebagai jalan meraih pertolongan.

Musibah semakin mendewasakan diri

Musibah semakin meninggikan derajat di sisi ALLAH 

Musibah semakin menguji iman seseorang

Moga ALLAH menjadikan badai cepat berlalu

Moga ALLAH menjadikan diri menjadi orang yang bersabar

Moga ALLAH membalas orang yang bersabar dengan JANNAH.... Aamiin yaa MUJIBBASSAILIIN