This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Monday, October 31, 2022

KISAH PEREMPUAN MISKIN YANG JUJUR BERTEMU DENGAN IMAM AHMAD BIN HANBAL

Suatu hari, Imam Ahmad bin hanbal, pendiri mazhab hambali dikunjungi seorang perempuan yang ingin mengadu.

Ya syaikh, "Saya adalah seorang ibu rumah tangga yang sudah lama ditinggal mati suami. Saya ini sangat miskin, sehingga untuk menghidupi anak-anak saja , saya merajut benang dimalam hari, sementara siang hari saya gunakan untuk mengurus anak-anak dan menyambih sebagai buruh kasar disela waktu yang ada. Karena saya tak mampu membeli lampu, maka pekerja'an merajut itu saya lakukan apabila sedang terang bulan."

Imam ahmad menyimak dengan serius penuturan si ibu tadi. Perasa'annya miris mendengar ceritanya yang memprihatinkan. Imam Ahmad adalah seorang Ulama besar yang kaya raya dan dermawan.

Sebenarnya, hatinya telah tergerak untuk memberi sedekah kepada perempuan itu, namun ia urungkan dahulu karena menunggu perempuan itu melanjutkan pengaduannya.

"Pada suatu hari, ada rombongan pejabat negara berkemah didepan rumah saya. Mereka menyalakan lampu yang jumlahnya amat banyak sehingga sinarnya terang benderang. Tanpa sepengetahuan mereka, saya segera merajut benang dengan memanfa'atkan cahaya lampu-lampu itu," tegas perempuan.

"Tetapi setelah selesai saya sulam, saya bimbang, apakah hasilnya halal atau haram kalau saya jual?

Bolehkah saya makan dari hasil penjualan itu?

Sebab saya melakukan pekerja'an itu dengan diterangi lampu yang minyaknya dibeli dengan uang negara, dan tentu saja itu tidak lain adalah uang rakyat." Perempuan itu kembali menjelaskan.

Imam Ahmad terpesona dengan kemulya'an jiwa perempuan itu. Ia begitu jujur, ditengah masyarakat yang begitu bobrok akhlaknya dan hanya memikirkan kesenangan sendiri, tanpa peduli

Halal haram lagi. Padahal jelas, wanita ini begitu miskin dan papah.

Maka dengan penuh rasa ingin tahu, Imam ahmad bertanya, "Ibu, sebenarnya engkau ini siapa?"

"Saya ini adik perempuan Basyar Al-Hafi."

Perempuan itu mengaku dengan suara serak karena penderita'annya yang berkepanjangan.

Imam Ahmad makin terkejut. Basyar Al-Hafi adalah gubernur yang terkenal sangat adil dan dihormati rakyatnya semasa hidupnya. Rupanya, jabatannya yang tinggi tidak disalahgunakannya untuk kepentingan keluarga dan kerabatnya. Sampai-sampai adik kandungnya pun hidup dalam keada'an miskin.

Dengan menghela nafas berat, "Imam Ahmad berkata pada masa kini, ketika orang-orang sibuk memupuk kekaya'an dengan berbagai cara, bahkan dengan cara menggerogoti uang negara dan menipu serta membebani rakyat yang sudah miskin, ternyata masih ada perempuan terhormat seperti engkau ibu."

"Sungguh, sehelai rambutmu yang terurai dari sela-sela jilbabmu jauh lebih mulia dibanding dengan berlapis-lapis surban yang kupakai dan berlembar-lembar jubah yang dikenakan para ulama."

"Subhanallah, sungguh mulianya engkau, hasil rajutan itu engkau haramkan?, padahal bagi kami itu tidak apa-apa, sebab yang engkau lakukan itu tidak merugikan keuangan negara."

Kemudian Imam Ahmad melanjutkan, "Ibu, izinkan aku memberi penghormatan untukmu. Silahkan engkau meminta apa saja dariku, bahkan sebagian besar hartaku, niscaya akan kuberikan kepada perempuan semulia engkau."

Kisah ini ada dalam kitab shahih at-targhib 2/150, no .1730.


5 HAL YANG HARUS DISEGERAKAN

Ada lima hal yang boleh segera atau tergesa-gesa dilakukan padahal asal tergesa-gesa adalah dari setan. Namun karena ini ada kebaikan, maka boleh tergesa-gesa atau meminta segera untuk dilakukan.


Dalam Hilyatul Auliya’ karya Abu Nu’aim Al Ashbahani disebutkan perkataan berikut ini dari Hatim Al Ashom,


كان يقال العجلة من الشيطان إلا في خمس إطعام الطعام إذا حضر الضيف وتجهيز الميت إذا مات وتزويج البكر إذا أدركت وقضاء الدين إذا وجب والتوبة من الذنب إذا أذنب


“Ketergesa-gesaan biasa dikatakan dari setan kecuali dalam lima perkara:


1- menyajikan makanan ketika ada tamu

2- mengurus mayit ketika ia mati

3- menikahkan seorang gadis jika sudah bertemu jodohnya

4- melunasi utang ketika sudah jatuh tempo

5- segera bertaubat jika berbuat dosa.” (Hilyatul Auliya’, 8: 78).


Menyuguhkan tamu. Kita harus segera menyuguhkan hidangan atau minuman ketika ada tamu menghampiri rumah kita.


Mengurus mayit. Jenazah orang mati harus segera diurus, tidak boleh ditunda-tunda lagi karena itu adalah hak mayit juga untuk segera diurus. Dimandikan, dikafani, dishalati kemudian dikuburkan.


Menikahkan anak perempuan jika sudah berumur dan sudah ketemu jodohnya. Sebagai orangtua memiliki kewajiban untuk segera menikahkan anak-anaknya yang sudah berumur dan ketemu jodohnya.


Membayar hutang kalau sudah jatuh tempo. Kalau sudah jatuh tempo, hutang kita harus segera dibayarkan.


Taubat dari setiap dosa yang telah diperbuat. Kita diperintahkan untuk segera bertaubat atas dosa yang telah kita perbuat. Ketika kita berdosa, kita jangan santai, diam, slow atau apalah bahasanya sehingga kita lupa memohon ampun. Lama kelamaan, kalau dosa itu sudah menumpuk akan susah dihapus. Baca melebur dosa dengan taubat yang tulus dan maksiat menggelapkan hati.


DIPAKSA KAFIR

Tentang masalah tersebut, mari kita perhatikan dalil-dalil berikut ini.


مَن كَفَرَ بِاللَّهِ مِن بَعْدِ إيمَانِهِ إِلاَّ مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالإِيمَانِ وَلَكِن مَّن شَرَحَ بِالْكُفْرِ صَدْرًا فَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ مِّنَ اللَّهِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ


“Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar." (QS. An-Nahl: 106)


Dalam hadits disebutkan bahwa orang-orang musyrik pernah menyiksa 'Ammar bin Yasir. Ia tidaklah dilepas sampai mencela Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan menyanjung dengan kebaikan pada sesembehan orang musyrik. Lalu setelah itu ia pun dilepas. Ketika 'Ammar mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, maka ia pun ditanya oleh Rasul, "Apa yang terjadi padamu?" "Sial, wahai Rasulullah. Aku tidaklah dilepas sampai aku mencelamu dan menyanjung-nyanjung sesembahan mereka.”


قَالَ : « كَيْفَ تَجِدُ قَلْبَكَ ؟ » قَالَ : مُطْمَئِنٌّ بِالإِيْمَانِ قَالَ : « إِنْ عَادُوا فَعُدْ »


Rasul balik bertanya, “Bagaimana hatimu saat itu? Ia menjawab, "Hatiku tetap dalam keadaan tenang dengan iman."  Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kembali mengatakan, "Kalau mereka memaksa (menyiksa) lagi, silakan engkau mengulanginya lagi seperti tadi." (HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, 2: 389; Al-Baihaqi dalam Sunan Al-Kubra, 8: 208. Sanad hadits ini dha'if. Namun ada banyak jalur periwayatan kisah ini. Intinya kisah ini masih memiliki asal. Ibnu Hajar dalam Fath Al-Bari, 12: 312 menyatakan bahwa hadits ini termasuk hadits mursal yang saling menguatkan satu dan lainnya)


Ibnu Hazm juga menyatakan ada klaim ijma' dalam hal ini. Beliau berkata dalam Maratib Al-Ijma', hlm. 61,


اتَّفَقُوْا عَلَى أَنَّ الْمُكْرَهَ عَلَى الْكُفْرِ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالاِيْمَانِ أَنَّهُ لَا يَلْزَمْهُ شَيْءٌ مِنَ الْكُفْرِ عِنْدَ اللهِ تَعَالَى


“Para ulama sepakat bahwa orang yang dipaksa berbuat kufur sedangkan hatinya dalam keadaan tenang di atas iman, ia tidak dihukumi kufur di sisi Allah Ta'ala.”


Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitabnya Al-Istiqamah (2: 210) berkata,


وَلِهَذَا لَمْ يَكُنْ عِنْدَنَا نِزَاعٌ فِي أَنَّ الأَقْوَالَ لاَ يَثْبُتُ حُكْمُهَا فِي حَقِّ المُكْرَهِ بِغَيْرِ حَقٍّ


“Oleh karena itu, kami tidak ada silang pendapat mengenai hukum bagi orang yang dipaksa tanpa jalan yang benar bahwa tidak dikenakan hukum padanya.”


Juga dalam Ensiklopedia Fikih, Al-Mawsu'ah Al-Fiqhiyyah (22: 182) disebutkan,


وَاتَّفَقَ الفُقَهَاءُ عَلَى أَنَّ مَنْ أُكْرِهَ عَلَى الكُفْرِ فَأَتَى بِكَلِمَةِ الكُفْرِ : لَمْ يَصِرْ كَافِراً


“Para fuqaha sepakat bahwa siapa yang dipaksa untuk melakukan suatu kekufuran lantas ia mengucapkan kalimat kufur, maka tidak divonis sebagai orang kafir.”


WaLLAAHUa'lam

LUPA, DIPAKSA, TAK BERDOSA


عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَال: «إِنَّ اللهَ تَجَاوَزَ لِي عَنْ أُمَّتِي: الخَطَأَ وَالنِّسْيَانَ وَمَا اسْتُكْرِهُوا عَلَيْهِ» حَدِيْثٌ حَسَنٌ رَوَاهُ ابْنُ مَاجَهْ وَالبَيْهَقِيُّ وَغَيْرُهُمَا.


Dari Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah memaafkan umatku ketika ia tidak sengaja, lupa, dan dipaksa.” (Hadits hasan, HR. Ibnu Majah no. 2045, Al-Baihaqi VII/356, dan selainnya)


Keterangan hadits

Tajaawaza: memaafkan


'an ummati: ummatil ijabah, ummat yang menerima dakwah.


Faedah hadits

1. Luasnya rahmat Allah pada hamba-Nya.

2. Allah memaafkan hamba ketika keliru, lupa, atau dipaksa.

3. Pemaafan dan kemudahan adalah kekhususan umat ini.

4. Syariat datang untuk mengangkat kesulitan. Maka konsekuensinya, dosa diangkat dari orang yang tidak berniat yaitu saat keliru, lupa, atau dipaksa.

 

Kaedah dari hadits

Segala yang haram yang dikerjakan hamba karena tidak tahu (jahil), lupa, atau dipaksa, maka tidak dikenakan dosa.


Ketika Lupa

Lupa secara bahasa berarti meninggalkan. Seperti dalam ayat,


نَسُوا اللَّهَ فَنَسِيَهُمْۗ


“Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka." (QS. At-Taubah: 67). Maksud nisyan dalam ayat ini adalah meninggalkan.


Secara istilah, Ibnu Nujaim mengatakan tentang nisyan adalah,


عَدَمُ تَذَكَّرُ الشَّيْءِ وَقْتَ حَاجَتِهِ إِلَيْهِ


“Tidak mengingat sesuatu pada waktu ia membutuhkannya.”


Pengaruh Lupa

Ulama Syafi'iyah dan ulama Hambali dalam pendapat sahih menurut mereka, orang yang lupa berarti telah bebas dari mukallaf (pembebanan syariat) ketika ia lupa. Karena mengerjakan suatu perintah harus dengan didasari ilmu.


Adapun pengaruh hukum terhadap yang lupa:


Pertama: Hukum ukhrawi


Sepakat para ulama bahwa orang yang lupa tidak dikenakan dosa sama sekali. Sebagaimana firman Allah,


رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا


“Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah." (QS. Al-Baqarah: 286)


Dalam hadits Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma, ketika turun firman Allah Ta'ala,


لاَ يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلاَّ وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا


“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): “Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah." (QS. Al-Baqarah: 286). Lalu Allah menjawab, aku telah mengabulkannya." (HR. Muslim, no. 125).


Dari Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma secara marfu', Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


إِنَّ اللَّهَ وَضَعَ عَنْ أُمَّتِى الْخَطَأَ وَالنِّسْيَانَ وَمَا اسْتُكْرِهُوا عَلَيْهِ


“Sesungguhnya Allah menghapuskan dari umatku dosa ketika mereka dalam keadaan keliru, lupa dan dipaksa." (HR. Ibnu Majah, no. 2045).


Ibnu Taimiyah berkata tentang masalah ini,


مَنْ فَعَلَ مَحْظُورًا مُخْطِئًا أَوْ نَاسِيًا لَمْ يُؤَاخِذْهُ اللَّهُ بِذَلِكَ وَحِينَئِذٍ يَكُونُ بِمَنْزِلَةِ مَنْ لَمْ يَفْعَلْهُ فَلَا يَكُونُ عَلَيْهِ إثْمٌ وَمَنْ لَا إثْمَ عَلَيْهِ لَمْ يَكُنْ عَاصِيًا وَلَا مُرْتَكِبًا لِمَا نُهِيَ عَنْهُ وَحِينَئِذٍ فَيَكُونُ قَدْ فَعَلَ مَا أُمِرَ بِهِ وَلَمْ يَفْعَلْ مَا نُهِيَ عَنْهُ . وَمِثْلُ هَذَا لَا يُبْطِلُ عِبَادَتَهُ إنَّمَا يُبْطِلُ الْعِبَادَاتِ إذَا لَمْ يَفْعَلْ مَا أُمِرَ بِهِ أَوْ فَعَلَ مَا حُظِرَ عَلَيْهِ


“Siapa saja yang melakukan perkara yang dilarang dalam keadaan keliru atau lupa, Allah tidak akan menyiksanya karena hal itu. Kondisinya seperti tidak pernah berbuat kesalahan tersebut sehingga ia tidak dihukumi berdosa. Jika tidak berdosa, maka tidak disebut ahli maksiat dan tidak dikatakan terjerumus dalam dosa. Jadi ia masih dicatat melakukan yang diperintah dan tidak mengerjakan yang dilarang. Semisal dengan ini tidak membatalkan ibadahnya.


Ibadah itu batal jika tidak melakukan yang Allah perintahkan atau melakukan yang dilarang.”


Kedua: Hukum duniawi


Jika itu berkaitan dengan meninggalkan perintah karena lupa, maka tidaklah gugur, bahkan harus dilakukan ketika ingat.


Jika itu berkaitan dengan melakukan larangan dalam keadaan lupa selama bukan pengrusakan, maka tidak dikenakan apa-apa.


Jika itu berkaitan dengan melakukan larangan dalam keadaan lupa dan ada pengrusakan, maka tetap ada dhaman (ganti rugi).


WaLLAAHUa'lam

HUKUM NADZAR – MADZHAB SYAFI'I

Bagaimana memahami fikih nadzar? Coba tinjau bahasan dalam madzhab Syafii, pelajaran dari Matan Taqrib dan Fath Al-Qarib serta penjelasan lainnya.

 

Nadzar adalah iltizamul qurbah lam tata'ayyan bi shiighoh, melazimkan (mewajibkan) suatu ibadah yang tidak diharuskan, dengan lafaz tertentu.


Dalam Fath Al-Qorib disebutkan, nadzar adalah:

اِلْتِزَامُ قُرْبَةٍ غَيْرِ لاَزِمَةٍ بِأَصْلِ الشَّرْعِ

“Mewajibkan suatu bentuk ketaatan yang berdasarkan syariat asalnya tidaklah wajib.”


Rukun nadzar

1. Naadzir: berakal, baligh, ikhtiyar (atas pilihan sendiri)

2. Mandzur bihi: qurbah lam tata'ayyan

3. Shighah: lafaz yang menyatakan mewajibkan diri


Nadzar ada dua macam

1. Nadzar al-lajaj yaitu nadzar yang melarang diri dari melakukan sesuatu, tetapi tidak dimaksudkan untuk ketaatan (qurbah) dan wajib membayar kafarat sumpah atau yang ia sanggupi dengan melakukan nadzar.

2. Nadzar tabarrur, ada dua bentuk yaitu: (a) nadzar yang tidak dikaitkan pada sesuatu (ghairu mu'allaq) seperti bernadzar "LILLAHI, wajib atas saya berpuasa atau memerdekakan budak"; (b) nadzar yang dikaitkan pada sesuatu yang diharap dan disukai oleh jiwa (mu'allaq), seperti "jika penyakitku disembuhkan oleh Allah, aku mengharuskan diriku untuk shalat, puasa, atau sedekah”, maka ia punya keharusan melaksanakan shalat minimal dua rakaat, puasa minimalnya sehari, sedekah yang minimal dianggap harta yang sedikit untuk bersedekah. Jika bernadzar shalat atau puasa pada waktu tertentu lantas lupus, shalat dan puasa itu wajib diqadha.

Nadzar yang wajib ditunaikan adalah nadzar al-mujazah (nadzar ketaatan) jika dikaitkan dengan suatu yang mubah dan hasil nadzar adalah bentuk ketaatan. Jika nadzar tersebut terwujud, wajib ditunaikan.

 

Tidak boleh bernadzar dalam maksiat

Nadzarnya tidaklah sah dan pelakunya berdosa. Nadzar ini ada dua bentuk:

1. Mengaitkan dengan suatu ketaatan agar mendapatkan hasil berupa perbuatan maksiat. Contoh: jika saya membunuh si fulan, maka saya akan berpuasa selama sehari. Nadzar semacam ini karena dikaitkan dengan maksiat, maka dihukumi maksiat.

2. Bernadzar untuk melakukan maksiat. Contoh: bernadzar mau meminum khamar, membunuh seseorang tanpa kesalahan, bunuh diri, membunuh anak. Nadzar semacam ini tidak sah dan tidak perlu ditunaikan.

Dalam hadits disebutkan,

وَمَنْ نَذَرَ أَنْ يَعْصِيَهُ فَلاَ يَعْصِهِ


"Barangsiapa yang bernadzar untuk bermaksiat kepada Allah, maka janganlah memaksiati-Nya.” (HR. Bukhari, no. 6696)

 

Nadzar dalam hal mubah

1. Meninggalkan yang mubah

2. Melaksanakan yang mubah

Seperti ini tidaklah sah karena nadzar itu harus dalam ketaatan.

Siapa yang bersumpah dalam nadzar mubah, maka tidak wajib ia menunaikan kafarat.

 

Nadzar dalam hal makruh

Tidaklah dianggap, seperti bernadzar "akan menoleh dalam shalat”.

 

Catatan:

> Bernadzar dengan sesuatu yang wajib 'ain seperti shalat lima waktu tidaklah sah. Karena wajib syari lebih didahulukan daripada wajib karena nadzar.

> Bernadzar dengan sesuatu yang wajib kifayah, maka tetap menjadi wajib.

 

Kafarat sumpah

(1) memilih antara tiga hal yaitu:

(a) memerdekakan satu orang budak mukmin yang selamat dari cacat yang mengurangi bekerjanya, atau

(b) memberi makan sepuluh orang miskin setiap miskin satu mud dari makanan pokok di negerinya, atau

(c) memberi pakaian kepada sepuluh orang miskin masing-masing satu pakaian (kemeja, serban, khimar, baju, tidak mesti baru, yang penting kualitasnya tidak hilang);

(2) jika tidak menemukan dari tiga hal tadi, maka berpuasa selama tiga hari, tidak disyaratkan berturut-turut.

Dalil tentang kafarat sumpah adalah firman Allah Ta'ala,


لَا يُؤَاخِذُكُمُ اللَّهُ بِاللَّغْوِ فِي أَيْمَانِكُمْ وَلَٰكِنْ يُؤَاخِذُكُمْ بِمَا عَقَّدْتُمُ الْأَيْمَانَ ۖ فَكَفَّارَتُهُ إِطْعَامُ عَشَرَةِ مَسَاكِينَ مِنْ أَوْسَطِ مَا تُطْعِمُونَ أَهْلِيكُمْ أَوْ كِسْوَتُهُمْ أَوْ تَحْرِيرُ رَقَبَةٍ ۖ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ ۚ ذَٰلِكَ كَفَّارَةُ أَيْمَانِكُمْ إِذَا حَلَفْتُمْ ۚ وَاحْفَظُوا أَيْمَانَكُمْ ۚ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ


“Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja, maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak. Barang siapa tidak sanggup melakukan yang demikian, maka kaffaratnya puasa selama tiga hari. Yang demikian itu adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar). Dan jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur (kepada-Nya)." (QS. Al-Maidah: 89)


WaLLAAHUa'lam

ALLAH AKAN MENJAGA KITA HINGGA WAFAT

Ada suatu nasihat yang pernah disampaikan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pada sahabat junior, Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, berikut potongan hadits tersebut yang penuh makna,

احْفَظِ اللَّهَ يَحْفَظْكَ

“Jagalah hak Allah, niscaya Allah akan menjagamu.” (HR. Tirmidzi, no. 2516 dan Ahmad, 1:293).

Disebutkan dalam Jami' Al-'Ulum wa Al-Hikam (1:462), yang dimaksud menjaga hak Allah di sini adalah menjaga batasan-batasan, hak-hak, perintah, dan larangan-larangan Allah. Yaitu seseorang menjaganya dengan melaksanakan perintah Allah, menjauhi larangan-Nya, dan tidak melampaui batas dari batasan-Nya (berupa perintah maupun larangan Allah). Inilah yang disebutkan dalam firman Allah,

هَذَا مَا تُوعَدُونَ لِكُلِّ أَوَّابٍ حَفِيظٍ ,مَنْ خَشِيَ الرَّحْمَنَ بِالْغَيْبِ وَجَاءَ بِقَلْبٍ مُنِيبٍ

“Inilah yang dijanjikan kepadamu, (yaitu) kepada Setiap hamba yang selalu kembali (kepada Allah) lagi memelihara (semua peraturan-peraturan-Nya), (yaitu) orang yang takut kepada Tuhan yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan (olehnya) dan Dia datang dengan hati yang bertaubat." (QS. Qaaf: 32-33)

Bentuk menjaga hak Allah
1. Menjalankan shalat, bahkan ini adalah bentuk perkara yang paling penting untuk dijaga.
2. Menjaga bersuci, karena bersuci adalah pembuka shalat.
3. Menjaga kepala dan perut. Bentuk menjaga kepala adalah menjaga pendengaran, penglihatan dan lisan dari berbagai keharaman. Sedangkan bentuk menjaga perut adalah menjaga apa yang ada di dalamnya yaitu menjaga hati dari perkara haram, serta menjaga perut dari dimasuki makanan dan minuman yang haram.
4. Menjaga lisan dan kemaluan.
5. Belajar ilmu agama sehingga bisa menjalankan ibadah dan muamalah dengan baik, serta berdakwah dengan ilmu untuk diajarkan pada yang lain.

WaLLAAHUa'lam

LARANGAN SHOLAT SAAT MUNCULNYA WAKTU TANDUK SETAN

Anda perlu memahami bahwa dalam waktu sehari semalam, ada waktu di mana seseorang dilarang untuk mendirikan shalat. Di antara alasan terlarang shalat di waktu terlarang (saat matahari terbit dan tenggelam) adalah karena saat itu muncul tanduk setan.

Bahkan, shalat yang dilakukan ketika matahari akan tenggelam itulah shalat orang munafik. Dari Al-‘Alaa’ bin ‘Abdurrahman, bahwasanya ia pernah menemui Anas bin Malik di rumahnya di Bashroh ketika beliau selesai dari shalat Zuhur. Rumah beliau berada di samping masjid. Ketika Al-Alaa’ bertemu dengan Anas, Anas bertanya, “Apakah kalian sudah shalat Asar?” “Kami baru saja selesai dari shalat Zuhur”, jawab Al-‘Alaa. Anas memerintahkan mereka untuk shalat Asar. Setelah mereka shalat, Anas berkata bahwa ia pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Ini adalah shalat orang munafik. Ia duduk hingga matahari berada antara dua tanduk setan. Lalu ia mengerjakan shalat Asar empat rakaat dengan cepatnya. Ia hanyalah mengingat Allah dalam waktu yang sedikit.” (HR. Muslim, no. 622).

Imam Nawawi rahimahullah menyatakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai menyebut inilah shalat orang munafik sebagai celaan bagi orang yang mengakhirkan shalat Asar tanpa uzur, karena dalam hadis disebutkan bahwa mereka duduk-duduk hingga matahari akan tenggelam.

Dua tanduk setan yang dimaksud adalah secara hakikat seperti itu, menurut sebagian ulama yang memaknakan secara tekstual. Ada juga yang mengatakan bahwa ketika itu ada orang kafir yang sujud pada matahari. Ada juga maksud lainnya sebagaimana disebut dalam Syarh Shahih Muslim karya Imam Nawawi, 5: 110

Thursday, October 27, 2022

KEBIASAAN PENGHAMBAT DATANGNYA RIZKI

 Ini kebiasaan yang sering kita lakukan, ternyata berakibat kurang bagus terutama untuk pintu rezeki


1.Suka menunda waktu sholat hingga akhir waktu

Memang banyak alasan sekali untuk menunda sholat namun biasakan untuk ontime ya #kawanaksi


2. Tidur selepas sholat subuh

selain menghambat rezeki ternyata ini juga tidak baik untuk kesehatan, tau engga ternyata waktu pagi sangat berpengaruh dalam suasana mood seharian penuh


3. Ogah-ogahan di suruh orangtua sampai bilang ah

Kadang ada aa yang bikin kita malas ketika disuruh orangtua, nah mulai sekarang jangan gitu lagi ya, dijamin kalo kita baik sama ortu pasti rezeki kita juga ikutan baik


4 Bermusuhan dengan teman hingga 3 hari lebih

ini yang harus dihindari,memutus silaturahmi sama dengan memutus rezeki


5.Iri dengan kesuksesan orang lain

Memang sering ada rasa iri melihat pencapaian orang lain, namun dibanding iri mengapa kita tidak berdoa kepada Allah untuk memiliki pencapaian seperti dia atau kita bisa berdiskusi dengan dia bagaimana bisa sesukses itu


6. meremehkan utang

ini yang paling bahaya, ingat ya #kawanaksi hutang sekecil apapun wajib dibayar


7.Memiliki jiwa meminta-minta (ingin diberi atau di traktir terus)

Sebagai seorang muslim kita wajib punya mental pemberi bukan diberi


8.Males sholat sunnah apalagi dhuha

Sayang banget, padahal sholat Sunnah itu keutamaannya besar sekali, apalagi sholat Dhuha, bahkan isi doa selepas Dhuaha adalah meminta Rizki

BERMAKSIAT DIKALA SEPI

Ada seseorang yang ketika di hadapan orang banyak terlihat alim dan shalih. Namun kala sendirian, saat sepi, ia menjadi orang yang menerjang larangan Allah.

Inilah yang dapat dilihat dari para penggiat dunia maya. Ketika di keramaian atau dari komentar ia di dunia maya, ia bisa berlaku sebagai seorang alim dan shalih. Namun bukan berarti ketika dalam kesepian, ia seperti itu pula. Ketika sendirian browsing internet, ia sering bermaksiat. Pandangan dan pendengarannya tidak bisa ia jaga.

Keadaan semacam itu telah disinggung oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam jauh-jauh hari. Dalam hadits dalam salah satu kitab sunan disebutkan,


عَنْ ثَوْبَانَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّهُ قَالَ : « لأَعْلَمَنَّ أَقْوَامًا مِنْ أُمَّتِى يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِحَسَنَاتٍ أَمْثَالِ جِبَالِ تِهَامَةَ بِيضًا فَيَجْعَلُهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَبَاءً مَنْثُورًا ». قَالَ ثَوْبَانُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا جَلِّهِمْ لَنَا أَنْ لاَ نَكُونَ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لاَ نَعْلَمُ. قَالَ : « أَمَا إِنَّهُمْ إِخْوَانُكُمْ وَمِنْ جِلْدَتِكُمْ وَيَأْخُذُونَ مِنَ اللَّيْلِ كَمَا تَأْخُذُونَ وَلَكِنَّهُمْ أَقْوَامٌ إِذَا خَلَوْا بِمَحَارِمِ اللَّهِ انْتَهَكُوهَا »


Dari Tsauban, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, ia berkata, "Sungguh aku mengetahui suatu kaum dari umatku datang pada hari kiamat dengan banyak kebaikan semisal Gunung Tihamah. Namun Allah menjadikan kebaikan tersebut menjadi debu yang bertebaran." Tsauban berkata, "Wahai Rasulullah, coba sebutkan sifat-sifat mereka pada kami supaya kami tidak menjadi seperti mereka sedangkan kami tidak mengetahuinya.”

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Adapun mereka adalah saudara kalian. Kulit mereka sama dengan kulit kalian. Mereka menghidupkan malam (dengan ibadah) seperti kalian. Akan tetapi mereka adalah kaum yang jika bersepian mereka merobek tirai untuk bisa bermaksiat pada Allah." (HR. Ibnu Majah no. 4245). Ibnu Majah membawakan hadits di atas dalam Bab "Mengingat Dosa".


Hadits di atas semakna dengan ayat,


يَسْتَخْفُونَ مِنَ النَّاسِ وَلَا يَسْتَخْفُونَ مِنَ اللَّهِ وَهُوَ مَعَهُمْ إِذْ يُبَيِّتُونَ مَا لَا يَرْضَى مِنَ الْقَوْلِ وَكَانَ اللَّهُ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطًا


“Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak ridhai. Dan adalah Allah Maha Meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan." (QS. An-Nisa': 108). Walaupun dalam ayat tidak disebutkan tentang hancurnya amalan.

Ada beberapa makna dari hadits Tsauban yang kami sebutkan di atas:


Pertama:

Hadits tersebut menunjukkan keadaan orang munafik, walaupun kemunafikan yang ia perbuat adalah kemunafikan dari sisi amal, bukan i'tiqad (keyakinan). Sedangkan hadits Abu Hurairah berikut dimaksudkan pada kaum muslimin.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, beliau mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


كُلُّ أُمَّتِى مُعَافًى إِلاَّ الْمُجَاهِرِينَ ، وَإِنَّ مِنَ الْمَجَانَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ عَمَلاً ، ثُمَّ يُصْبِحَ وَقَدْ سَتَرَهُ اللَّهُ ، فَيَقُولَ يَا فُلاَنُ عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا ، وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللَّهِ عَنْهُ


“Setiap umatku dimaafkan kecuali orang yang terang-terangan dalam bermaksiat. Yaitu seseorang yang telah berbuat dosa di malam hari lantas di pagi harinya ia berkata bahwa ia telah berbuat dosa ini dan itu padahal Allah telah menutupi dosanya. Pada malam harinya, Allah telah menutupi aibnya, namun di pagi harinya ia membuka sendiri aib yang telah Allah tutupi." (HR. Bukhari no. 6069 dan Muslim no. 2990)

Ibnu Hajar Al-Haitami mengatakan "Termasuk dosa besar adalah dosa yang dilakukan oleh orang yang menampakkan keshalihan, lantas ia menerjang larangan Allah. Walau dosa yang diterjang adalah dosa kecil dan dilakukan di kesepian. Ada hadits dari Ibnu Majah dengan sanad berisi perawi tsiqah (kredibel) dari Tsauban radhiyallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Sungguh aku mengetahui suatu kaum dari umatku datang pada hari kiamat dengan banyak kebaikan …” Karena kebiasaan orang shalih adalah menampakkan lahiriyah. Kalau maksiat dilakukan oleh orang shalih walaupun sembunyi-sembunyi, tentu mudharatnya besar dan akan mengelabui kaum muslimin. Maksiat yang orang shalih terjang tersebut adalah tanda hilangnya ketakwaan dan rasa takutnya pada Allah.”


Kedua:

Yang dimaksud dalam hadits Tsauban dengan bersendirian dalam maksiat pada Allah tidak berarti maksiat tersebut dilakukan di rumah seorang diri, tanpa ada yang melihat. Bahkan boleh jadi maksiat tersebut dilakukan dengan jama'ahnya atau orang yang setipe dengannya.

Yang dimaksud dalam hadits bukanlah melakukan maksiat sembunyi-sembunyi. Namun ketika ada kesempatan baginya untuk bermaksiat, ia menerjangnya. 


Ketiga:

Makna hadits Tsauban adalah bagi orang yang menghalalkan dosa atau menganggap remeh dosa tersebut.

Syaikh Muhammad Al-Mukhtar Asy-Syinqithi berkata, ada orang yang melakukan maksiat sembunyi-sembunyi namun penuh penyesalan. Orang tersebut bukanlah orang yang merobek tabir untuk menerjang yang haram. Karena asalnya orang semacam itu mengagungkan syari'at Allah. Namun ia terkalahkan dengan syahwatnya. Adapun yang bermaksiat lainnya, ia melakukan maksiat dalam keadaan berani (menganggap remeh dosa). Itulah yang membuat amalannya terhapus.


WaLLAAHUa'lam

JANGAN MENJADI MUJÀHIR

Wahai saudaraku, salah satu hal yang menunjukkan bahwa agama Islam ini adalah agama yang sempurna, lengkap, dan tidak ada bandingannya adalah bahwa Tuhan kita, Allah Subhanahu wa Ta'ala akan mengampuni seluruh dosa-dosa hamba-Nya, walaupun dosa itu setinggi langit dan sepenuh isi perut bumi. Hal ini sebagaimana yang telah Allah 'Azza wa Jalla firmankan kepada kita dalam sebuah hadis qudsi,


 عن أنس رضي الله عنه قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول – قال الله تعالى : يا بن ادم إنك ما دعوتني ورجوتني غفرت لك على ما كان ولا أبالي , يا بن ادم لو بلغت ذنوبك عنان السماء ثم استغفرتني غفرت لك , يا بن ادم إنك لو أتيتني بقراب الأرض خطايا ثم لقيتني لا تشرك بي شيئاً لأتيتك بقرابها مغفرة – رواه الترمذي وقال حديث حسن صحيح


Dari Anas radhiyallahu 'anhu, ia berkata, saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Allah Ta'ala berfirman, 'Wahai anak Adam, selagi engkau meminta dan berharap kepada-Ku, maka Aku akan mengampuni dosamu dan Aku tidak pedulikan lagi. Wahai anak Adam, walaupun dosamu setinggi langit, bila engkau mohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku memberi ampun kepadamu. Wahai anak Adam, jika engkau menemui Aku dengan membawa dosa sebanyak isi bumi, tetapi engkau tiada menyekutukanku dengan sesuatu pun, niscaya Aku datang kepadamu dengan memberi ampunan sepenuh bumi pula." (HR. Tirmidzi)


Subhanallah, perhatikan dan renungkan, wahai saudaraku! Betapa luasnya ampunan Allah Jalla wa 'Ala kepada para hamba-Nya. Allah Tabaraka wa Ta'ala akan mengampuni dosa-dosa para hamba-Nya selama hamba tersebut menjauhi kesyirikan. Dan luasnya ampunan Allah tersebut juga akan dirasakan oleh para hamba-Nya yang selalu berbuat baik dan berusaha menjauhi dosa-dosa besar. Sebagaimana yang telah Allah janjikan kepada kita dalam firman-Nya,


وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ لِيَجْزِيَ الَّذِينَ أَسَاءُوا بِمَا عَمِلُوا وَيَجْزِيَ الَّذِينَ أَحْسَنُوا بِالْحُسْنَى الَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الإثْمِ وَالْفَوَاحِشَ إِلا اللَّمَمَ إِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ


“Dan hanya kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga). (Yaitu) orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Luas ampunan-Nya." (QS. An Najm: 31-32)


Saudaraku, walaupun setiap muslim akan mendapatkan ampunan dari Allah selama dia menjauhi kesyirikan, tapi ada satu golongan manusia yang dikecualikan dari mendapat ampunan Allah. Siapa mereka? Mereka adalah orang-orang yang dijelaskan oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dalam hadis berikut ini,


عن سالم بن عبد اللّه قال: سمعت أبا هريرة يقول سمعت رسول اللّه صلّى اللّه عليه وسلّم- يقول: كلّ أمّتي معافى إلّا المجاهرين، وإنّ من المجاهرة أن يعمل الرّجل باللّيل عملا، ثمّ يصبح وقد ستره اللّه فيقول: يا فلان عملت البارحة كذا وكذا، وقد بات يستره ربّه، ويصبح يكشف ستر اللّه عنه


Dari Salim bin Abdullah, dia berkata, Aku mendengar Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bercerita bahwa beliau pernah mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, 'Setiap umatku akan mendapat ampunan, kecuali mujahirin (orang-orang yang terang-terangan berbuat dosa). Dan yang termasuk terang-terangan berbuat dosa adalah seseorang berbuat (dosa) pada malam hari, kemudian pada pagi hari dia menceritakannya, padahal Allah telah menutupi perbuatannya tersebut, yang mana dia berkata, 'Hai Fulan, tadi malam aku telah berbuat begini dan begitu.' Sebenarnya pada malam hari Rabb-nya telah menutupi perbuatannya itu, tetapi pada pagi harinya dia menyingkap perbuatannya sendiri yang telah ditutupi oleh Allah tersebut." (HR. Bukhari no. 6069 dan Muslim no. 2990)


Apa maksud dari معافى  yang terdapat dalam hadits?


Syaikh Shalih al-Utsaimin mengatakan bahwa yang dimaksud معافى dalam hadis adalah bahwa setiap umat muslim akan Allah ampuni dosa-dosanya.


Akan tetapi, kata tersebut juga bisa dimaknai dengan apa yang dikatakan oleh Syaikh Salim bin 'Ied al-Hilaly, beliau mengatakan bahwa makna kata tersebut adalah setiap umat muslim akan selamat dari lisan manusia dan gangguan mereka.


Apa saja bentuk terang-terangan dalam berbuat dosa?

1. Orang yang melakukan maksiat secara terang-terangan di hadapan manusia. Seperti apa yang dilakukan para pemain sinetron dan pelawak yang bermain di layar televisi. Jenis orang yang seperti ini telah melakukan dua perbuatan dosa sekaligus, yaitu:

> Menampakkan kemaksiatannya

> Mencampurinya dengan lawakan dan kebohongan. Dan telah kita ketahui bersama bahwasanya kedua hal tersebut adalah perbuatan tercela berdasarkan syariat Islam dan juga pandangan manusia.

2. Orang yang telah menyingkap apa yang telah Allah tutupi dari perbuatan maksiatnya. Seakan-akan, mereka itu menceritakan perbuatan maksiatnya karena bangga dan meremehkan dosa yang telah dia lakukan itu. Mereka ini tidak bisa merasakan nikmatnya ampunan Allah yang Dia berikan kepada para hamba-Nya.

3. Seperti apa yang dilakukan pelaku maksiat yang mengumumkan perbuatan maksiatnya kepada khalayak umum. 


WaLLAAHUa'lam

HARUSNYA MENJAGA RAHASIA

Kenapa kita harus menjaga rahasia? Seberapa pentingnya?

Dalil-dalil berikut akan jadi penjelas, kenapa kita harus menjaga rahasia.

Dalil pertama:

Allah Ta'ala berfirman,


وَأَوْفُوا بِالْعَهْدِ إنَّ الْعَهْدَ كَانَ مَسْؤُولاً


“Dan penuhilah janji, karena sesungguhnya janji itu akan ditanyakan." (QS. Al Isra': 34)


Dalil kedua:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


مِنْ عَلاَمَاتِ الْمُنَافِقِ ثَلاَثَةٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا ائْتُمِنَ خَانَ


“Di antara tanda munafik ada tiga: jika berbicara, berdusta; jika berjanji, tidak menepati; jika diberi amanat, berkhianat." (HR. Muslim, no. 59)


Dalil ketiga: 

Dari Jabir bin 'Abdillah radhiyallahu 'anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


إِذَا حَدَّثَ الرَّجُلُ الحَدِيثَ ثُمَّ التَفَتَ فَهِيَ أَمَانَةٌ


“Jika seseorang menceritakan suatu peristiwa kemudian ia berpaling, maka cerita itu menjadi amanah." (HR. Abu Daud, no. 4868; Tirmidzi, no. 1959; Ahmad, 14514).


Dalil keempat: 

Dari Abu Sa'id Al-Khudri radhiyallahu 'anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ مِنْ أَشَرِّ النَّاسِ عِنْدَ اللَّهِ مَنْزِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ الرَّجُلَ يُفْضِى إِلَى امْرَأَتِهِ وَتُفْضِى إِلَيْهِ ثُمَّ يَنْشُرُ سِرَّهَا


“Sesungguhnya termasuk manusia paling jelek kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat adalah laki-laki yang menggauli istrinya kemudian dia sebarkan rahasia ranjangnya." (HR. Muslim, no. 1437).

Ibnul Jauzi rahimahullah berkata menjelaskan maksud rahasia di sini adalah,


ُمَا يَكُوْنُ مِنْ عُيُوْبِ البَدَنِ البَاطِنَةِ، وَذَاكَ كَالأَمَانَةِ فَلِزَمَ كِتْمَانَه


“Yang dimaksud dengan rahasia dalam hadits ini adalah aib atau cacat yang ada pada badan yang tak terlihat. Ini adalah amanah yang harus dijaga."


Dalil kelima:

Dari Tsabit, dari Anas radhiyallahu 'anhu, beliau berkata,


أتَى عَلَيَّ رسول الله – صلى الله عليه وسلم – وَأنَا ألْعَبُ مَعَ الغِلْمَانِ ، فَسَلمَ عَلَيْنَا ، فَبَعَثَني إِلَى حاجَةٍ ، فَأبْطَأتُ عَلَى أُمِّي . فَلَمَّا جِئْتُ ، قالت : مَا حَبَسَكَ ؟ فقلتُ : بَعَثَني رسولُ الله – صلى الله عليه وسلم – لِحَاجَةٍ ، قالت : مَا حَاجَتُهُ ؟ قُلْتُ : إنَّهاَ سرٌّ . قالت : لا تُخْبِرَنَّ بِسرِّ رسول الله – صلى الله عليه وسلم – أحَداً ، قَالَ أنَسٌ : وَاللهِ لَوْ حَدَّثْتُ بِهِ أحَداً لَحَدَّثْتُكَ بِهِ يَا ثَابِتُ


"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mendatangiku dan di waktu itu aku sedang bermain-main dengan beberapa orang anak. Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam mengucapkan salam kepada kami, kemudian menyuruhku untuk sesuatu keperluannya. Oleh sebab itu aku terlambat mendatangi ibuku. Selanjutnya setelah aku datang, ibu lalu bertanya, 'Apakah yang menahanmu?’”

Aku pun berkata, "Aku diperintah oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam untuk sesuatu keperluannya."

Ibu bertanya, "Apakah hajatnya itu?"

Aku menjawab, "Itu adalah rahasia.”

Ibu berkata, "Kalau begitu jangan sekali-kali engkau memberitahukan rahasia Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tersebut kepada siapa pun juga."

Anas berkata, "Demi Allah, andaikata rahasia itu pernah aku beritahukan kepada seseorang, sesungguhnya aku akan memberitahukan hal itu kepadamu pula, wahai Tsabit." (HR. Muslim, no. 2482)


Dalil keenam:

Dari Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata, "Kami semua, para istri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sedang berada di sisi beliau pada saat itu. Kemudian menghadaplah putri beliau, Fathimah radhiyallahu 'anha dengan berjalan dengan cara jalannya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

Ketika beliau shallallahu 'alaihi wa sallam melihatnya, beliau pun menyambutnya dengan baik dan bersabda, 'Marhaban hai putriku." Fathimah disuruhnya duduk di sebelah kanannya atau -menurut riwayat lain- di sebelah kirinya. Seterusnya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam membisikinya, lalu Fathimah menangis dengan tangisnya yang keras sekali.

Setelah beliau shallallahu 'alaihi wa sallam melihat kegelisahan putrinya lalu dibisikinya sekali lagi. Fathimah pun tertawa.”

Aku berkata kepada Fathimah, "Engkau telah diistimewakan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam di antara sekalian istri-istrinya dengan dibisiki, kemudian engkau menangis." Sesudah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berdiri dari tempatnya, lalu aku bertanya kepada Fathimah, "Apakah yang disabdakan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam padamu itu?" Fathimah menjawab,


مَا كُنْتُ لأُفْشِي عَلَى رسول الله – صلى الله عليه وسلم – سِرَّهُ


“Aku tidak akan menyebarkan apa yang dirahasiakan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam."

Sesudah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam wafat, aku pun berkata kepada Fathimah, "Aku sengaja hendak bertanya kepadamu dengan cara yang sebenarnya, supaya engkau memberitahukan kepadaku apa yang disabdakan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.“

Fathimah menjawab, “Sekarang aku akan memberitahumu. Adapun yang dibisikkan oleh beliau shallallahu 'alaihi wa sallam pada pertama kalinya, yaitu beliau shallallahu 'alaihi wa sallam memberitahukan kepada aku bahwasanya Jibril dahulunya memberikan kepadanya wahyu dari Al-Quran itu dalam setahun sekali, sedang sekarang dalam setahun diberikan dua kali. Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya aku tidak mengetahui tentang datangnya ajalku itu, melainkan tentu sudah dekat. Maka dari itu bertakwalah engkau dan bersabarlah, sesungguhnya saja sebaik-baiknya salaf (pendahulu) bagimu adalah aku." Karena itu lalu aku menangis sebagaimana tangisku yang engkau lihat dulu itu.

Selanjutnya setelah beliau shallallahu 'alaihi wa sallam melihat betapa kegelisahan hatiku, lalu aku dibisikinya untuk kedua kalinya, lalu beliau bersabda, "Wahai Fathimah, tidakkah engkau suka jikalau engkau menjadi penghulu dari seluruh wanita dari kalangan kaum mukminin atau penghulu dari seluruh wanita dari kalangan umat ini?" Oleh karena itu, maka aku pun tertawa sebagaimana yang dulu engkau lihat." (Muttafaqun'alaih, dan Ini adalah lafazh Muslim)


Dalil ketujuh:

Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhu juga pernah menceritakan bahwa ketika saudari perempuannya Hafshah bintu Umar menjanda,  Umar bin Al Khattab radhiyallahu 'anhu lalu menawarkan Hafshah kepada Utsman. Utsman radhiyallahu 'anhu lalu menolak tawaran Umar.

Umar kemudian menawarkan Hafshah kepada sahabat yang lain, yaitu Abu Bakr Ash Shiddiq radhiyallahu 'anhu. Abu Bakr hanya terdiam, tidak memberi jawaban. Umar pun menjadi marah kepada Abu Bakr.

Setelah beberapa hari, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ternyata datang meminang Hafshah. Umar pun lantas menikahkan putrinya itu dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

Setelah itu Abu Bakar menemui Umar dan berkata, "Mungkin engkau marah kepadaku ketika engkau menawarkan Hafshah tetapi aku tidak memberikan jawaban?'

Umar berkata, "Ya."

Abu Bakar lalu berkata,


فإنه لم يَمْنَعْنِي أَنْ أَرْجَعَ إليك فيما عرضْتَ عليَّ إلا أني كنتُ علمْتُ أَنَّ رسولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قد ذكرَها ، فلم أَكُنْ لأُفْشِي سرَّ رسولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم ، ولو تركَها رسولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم قبلْتُهَا.


“Sebenarnya tidak ada yang menghalangi diriku untuk memberi jawaban atas tawaranmu, hanya saja sebelumnya aku telah mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah menyebut-nyebut nama Hafshah. Oleh karena itu aku tidak akan menyebarkan rahasia Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Andaikata beliau shallallahu 'alaihi wa sallam meninggalkannya, sungguh akulah yang akan menikahinya." (HR. Bukhari, no. 5122)

Kesimpulannya: Marilah jaga rahasia orang lain, itu adalah amanah. Jika memang kita tidak bisa menjaga amanah, jangan mau dititipkan suatu rahasia pada kita.


WaLLAAHUa'lam

Wednesday, October 26, 2022

SABAR ADALAH KENIKMATAN

Merealisasikan Iman adalah dengan Bersabar

'Ali bin Abi Tholib mengatakan,


الصَّبْرُ مِنَ الإِيْمَانِ بِمَنْزِلَةِ الرَّأْسِ مِنَ الجَسَدِ، وَلَا إِيْمَانَ لِمَنْ لاَ صَبْرَ لَهُ.


“Sabar dan iman adalah bagaikan kepala pada jasad manusia. Oleh karenanya, tidak beriman (dengan iman yang sempurna), jika seseorang tidak memiliki kesabaran.”


Musibah Awalnya Saja Terasa Sulit, Namun Jika Bersabar akan Semakin Mudah

Hudzaifah ibnul Yaman mengatakan,


إِنَّ اللهَ لَمْ يَخْلُقْ شَيْئاً قَطٌّ إِلاَّ صَغِيْراً ثُمَّ يَكْبَرُ، إِلاَّ المصِيْبَة فَإِنَّهُ خَلَقَهَا كَبِيْرَةً ثُمَّ تَصْغُرُ.


“Sesungguhnya Allah tidaklah menciptakan sesuatu melainkan dari yang kecil hingga yang besar kecuali musibah. Adapun musibah, Allah menciptakannya dari keadaan besar kemudian akan menjadi kecil." Allah menciptakan segala sesuatu, misalkan dalam penciptaan manusia melalui tahapan dari kecil hingga beranjak dewasa (besar) semacam dalam firman Allah,


هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ يُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ ثُمَّ لِتَكُونُوا شُيُوخًا


“Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua." (QS. Ghofir: 67)


Namun untuk musibah tidaklah demikian. Musibah datang dalam keadaan besar, yakni terasa berat. Akan tetapi, lambat laut akan menjadi ringan jika seseorang mau bersabar.


Bersabarlah Sejak Awal Musibah

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


إِنَّمَا الصَّبْرُ عِنْدَ الصَّدْمَةِ الأُولَى


“Yang namanya sabar seharusnya dimulai ketika awal ditimpa musibah.” Itulah sabar yang sebenarnya. Sabar yang sebenarnya bukanlah ketika telah mengeluh lebih dulu di awal musibah.


Pahala Orang yang Mau Bersabar Tanpa Batas

Ingatlah janji Allah,


إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ


“Sesungguhnya orang-orang yang bersabar, ganjaran bagi mereka adalah tanpa hisab (tak terhingga)." (QS. Az Zumar: 10). Al Auza'i mengatakan bahwa  ganjarannya tidak bisa ditakar dan ditimbang. Ibnu Juraij mengatakan bahwa pahala bagi orang yang bersabar tidak bisa dihitung sama sekali, akan tetapi ia akan diberi tambahan dari itu. Maksudnya, pahala mereka tak terhingga. Sedangkan As Sudi mengatakan bahwa balasan bagi orang yang bersabar adalah surga.


WaLLAAHUa'lam

Sunday, October 23, 2022

SABAR ATAS MUSIBAH

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

لِيَعْزِ المسْلِمِيْنَ فِي مَصَائِبِهِمْ المصِيْبَةُ بي


“Musibah yang menimpaku sungguh akan menghibur kaum muslimin.”

Dalam lafazh yang lain disebutkan.


مَنْ عَظَمَتْ مُصِيْبَتُهُ فَلْيَذْكُرْ مُصِيْبَتِي، فَإِنَّهَا سَتَهَوَّنُ عَلَيْهِ مُصِيْبَتُهُ


“Siapa saja yang terasa berat ketika menghapi musibah, maka ingatlah musibah yang menimpaku. Ia akan merasa ringan menghadapi musibah tersebut.” Ternyata, musibah orang yang lebih sholih dari kita memang lebih berat dari yang kita alami. Sudah seharusnya kita tidak terus larut dalam kesedihan.

Semakin Kuat Iman, Memang Akan Semakin Terus Diuji

Dari Mush'ab bin Sa'id -seorang tabi'in- dari ayahnya, ia berkata,


يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً


“Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?" Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab,


« الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ »


“Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka semakin berat pula ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa.”

Di Balik Musibah, Pasti Ada Jalan Keluar

Dalam surat Alam Nasyroh, Allah Ta'ala berfirman,


فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا


“Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan." (QS. An Nasyr: 5)

Ayat ini pun diulang setelah itu,


إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا


“Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan." (QS. An Nasyr: 6)

Syaikh 'Abdurrahman bin Nashir As Sa'di mengatakan, "Kata al 'usr (kesulitan) menggunakan alif-lam dan menunjukkan umum (istigroq) yaitu segala macam kesulitan. Hal ini menunjukkan bahwa bagaimana pun sulitnya, akhir dari setiap kesulitan adalah kemudahan."

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً


“Bersama kesulitan, ada kemudahan.”

WaLLAAHUa'lam

KHAWATIR AKAN AZAB

Yang patut direnungkan bisa jadi hujan deras atau lebat yang turun ini adalah teguran dari Allah. Barangkali itu adalah musibah. 'Aisyah radhiyallahu 'anha pernah menceritakan,


وَكَانَ إِذَا رَأَى غَيْمًا أَوْ رِيحًا عُرِفَ فِى وَجْهِهِ . قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ النَّاسَ إِذَا رَأَوُا الْغَيْمَ فَرِحُوا ، رَجَاءَ أَنْ يَكُونَ فِيهِ الْمَطَرُ ، وَأَرَاكَ إِذَا رَأَيْتَهُ عُرِفَ فِى وَجْهِكَ الْكَرَاهِيَةُ . فَقَالَ « يَا عَائِشَةُ مَا يُؤْمِنِّى أَنْ يَكُونَ فِيهِ عَذَابٌ عُذِّبَ قَوْمٌ بِالرِّيحِ ، وَقَدْ رَأَى قَوْمٌ الْعَذَابَ فَقَالُوا ( هَذَا عَارِضٌ مُمْطِرُنَا ) »

“Jika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melihat mendung atau angin, maka raut wajahnya pun berbeda." 'Aisyah berkata, "Wahai Rasululah, jika orang-orang melihat mendung, mereka akan begitu girang. Mereka mengharap-harap agar hujan segera turun. Namun berbeda halnya dengan engkau. Jika melihat mendung, terlihat wajahmu menunjukkan tanda tidak suka." Beliau pun bersabda, "Wahai 'Aisyah, apa yang bisa membuatku merasa aman? Siapa tahu ini adaah azab. Dan pernah suatu kaum diberi azab dengan datangnya angin (setelah itu). Kaum tersebut (yaitu kaum 'Aad) ketika melihat azab, mereka mengatakan, "Ini adalah awan yang akan menurunkan hujan kepada kita." (HR. Bukhari no. 4829 dan Muslim no. 899)

Yang dimaksud oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam di atas adalah siksaan yang menimpa kaum 'Aad sebagaimana disebutkan dalam ayat berikut,


فَلَمَّا رَأَوْهُ عَارِضًا مُسْتَقْبِلَ أَوْدِيَتِهِمْ قَالُوا هَذَا عَارِضٌ مُمْطِرُنَا بَلْ هُوَ مَا اسْتَعْجَلْتُمْ بِهِ رِيحٌ فِيهَا عَذَابٌ أَلِيمٌ (24) تُدَمِّرُ كُلَّ شَيْءٍ بِأَمْرِ رَبِّهَا فَأَصْبَحُوا لَا يُرَى إِلَّا مَسَاكِنُهُمْ كَذَلِكَ نَجْزِي الْقَوْمَ الْمُجْرِمِينَ (25)


“Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka: "Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami". (Bukan!) bahkan itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih, yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya, maka jadilah mereka tidak ada yang kelihatan lagi kecuali (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa." (QS. Al Ahqaf: 24-25)

Jika itu Musibah …

Jika itu musibah, maka patut direnungkan bahwa musibah itu datang bisa jadi karena dosa dan maksiat yang kita lakukan. Allah Ta'ala berfirman,


وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ


“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)." (QS. Asy Syuraa: 30)


'Ali bin Abi Tholib radhiyallahu 'anhu mengatakan,


مَا نُزِّلَ بَلاَءٌ إِلاَّ بِذَنْبٍ وَلاَ رُفِعَ بَلاَءٌ إِلاَّ بِتَوْبَةٍ


“Tidaklah musibah tersebut turun melainkan karena dosa. Oleh karena itu, tidaklah bisa musibah tersebut hilang melainkan dengan taubat.” 

Ibnu Qayyim Al Jauziyah rahimahullah mengatakan, "Di antara akibat dari berbuat dosa adalah menghilangkan nikmat dan akibat dosa adalah mendatangkan bencana (musibah). Oleh karena itu, hilangnya suatu nikmat dari seorang hamba adalah karena dosa. Begitu pula datangnya berbagai musibah juga disebabkan oleh dosa.” 

Semoga Allah menurunkan pada kita hujan yang membawa manfaat, bukan hujan yang membawa musibah. Semoga kita dimudahkan untuk kembali taat pada Allah dan diangkat dari berbagai macam musibah. Duhai ALLAH, ampunilah segala dosa dan kesalahan kami... 

Aamiin yaa MUJIBBASSAILIIN

DO'A UNTUK HUJAN YANG TAK KUNJUNG HENTI

Ketika hujan tidak kunjung berhenti, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memohon pada Allah agar cuaca kembali menjadi cerah. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berdo'a,


اللَّهُمّ حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا,اللَّهُمَّ عَلَى الْآكَامِ وَالْجِبَالِ وَالظِّرَابِ وَبُطُونِ الْأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ


“Allahumma haawalaina wa laa 'alaina. Allahumma 'alal aakami wal jibaali, wazh zhiroobi, wa buthunil awdiyati, wa manaabitisy syajari [Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan untuk merusak kami. Ya Allah, turukanlah hujan ke dataran tinggi, gunung-gunung, bukit-bukit, perut lembah dan tempat tumbuhnya pepohonan]." (HR. Bukhari no. 1014 dan Muslim no. 897)

Ibnul Qayyim mengatakan, ”Ketika hujan semakin lebat, para sahabat meminta pada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam untuk memohon pada Allah agar cuaca kembali menjadi cerah. Akhirnya beliau membaca do'a di atas.”

Syaikh Sholih As Sadlan mengatakan bahwa do'a di atas dibaca ketika hujan semakin lebat atau khawatir hujan akan membawa dampak bahaya.

Berarti dapat kita ambil pelajaran bahwa doa di atas dibaca saat hujan itu deras dan membawa dampak bahaya seperti banjir besar atau banjir bandang. Ini bisa terjadi curah hujan itu kecil namun berlangsung dalam waktu yang cukup lama, 3 atau 4 jam di daerah yang rawan banjir. 


WaLLAAHUa'lam.

CARA MUDAH MENGGUGURKAN DOSA

Ada sunnah yang mulia yang bisa menggugurkan dosa antara dua orang, yaitu sunnah berjabat tangan.

Dari Al Bara' bin 'Azib, ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


مَا مِنْ مُسْلِمَيْنِ يَلْتَقِيَانِ فَيَتَصَافَحَانِ إِلاَّ غُفِرَ لَهُمَا قَبْلَ أَنْ يَفْتَرِقَا


“Tidaklah dua muslim itu bertemu lantas berjabat tangan melainkan akan diampuni dosa di antara keduanya sebelum berpisah." (HR. Abu Daud no. 5212, Ibnu Majah no. 3703, Tirmidzi no. 2727).

Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, ia berkata,


قَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ الرَّجُلُ مِنَّا يَلْقَى أَخَاهُ أَوْ صَدِيقَهُ أَيَنْحَنِى لَهُ قَالَ « لاَ ». قَالَ أَفَيَلْتَزِمُهُ وَيُقَبِّلُهُ قَالَ « لاَ ».قَالَ أَفَيَأْخُذُ بِيَدِهِ وَيُصَافِحُهُ قَالَ « نَعَمْ »


“Ada seseorang bertanya pada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, "Bagaimana jika ada seseorang di antara kami bertemu dengan saudara atau temannya, lalu ia membungkukkan badannya?" "Tidak boleh", jawab Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. "Bagaimana jika memeluk lalu menciumnya?", orang itu balik bertanya. "Tidak boleh", jawab beliau lagi. Orang itu pun bertanya, "Bagaimana jika ia mengambil tangan saudaranya itu lalu ia menjabat tangan tersebut?" "Itu boleh", jawab beliau terakhir. (HR. Tirmidzi no. 2728. Tirmidzi mengatakan hadits ini hasan)

Dari Qatadah, ia berkata pada Anas bin Malik,


أَكَانَتِ الْمُصَافَحَةُ فِى أَصْحَابِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ نَعَمْ


“Apakah berjabat tangan dilakukan di tengah-tengah sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam?" Anas menjawab, "Iya." (HR. Bukhari no. 6263).

Berjabat tangan yang dimaksud di sini adalah bagian dalam tangan seseorang diletakkan pada bagian dalam telapak tangan yang lainnya. Berjabat tangan ini dilakukan ketika bertemu setelah seseorang mengucapkan salam.


WaLLAAHUa'lam

Wednesday, October 19, 2022

AMALAN AHLI SURGA

Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang disebutkan oleh salah seorang sahabat,


لَنْ اً لِلَّهِ لَّ لاَّ لَكَ اللَّهُ ا لَكَ


“Sesungguhnya jika tidak meninggalkan sesuatu karena Allah, Allah akan memberi ganti dengan yang lebih baik.” (HR. Ahmad 5:363)


Bentuk gentian dari meninggalkan sesuatu yang haram disebutkan dalam ayat-ayat dan hadits-hadits berikut ini.


Siapa yang meninggalkan peninggalan dalam jual beli, maka Allah akan berkah pada jual belinya. Dalam hadits disebutkan,


الْبَيِّعَانِ الْخِيَارِ ا لَمْ ا – الَ ا – ا وَبَيَّنَا لَهُمَا ا ا ا بَيْعِهِمَا


“Kedua orang penjual dan pembeli masing-masing memiliki hak pilih (khiyar) selama keduanya belum berpisah. Bila keduanya jujur ​​dan saling terus terang, maka keduanya akan memperoleh kemenangan dalam transaksi tersebut. Sebaliknya, bila mereka berlaku dusta dan saling menutup-nutupi, niscaya akan hilanglah keberkahan bagi mereka pada transaksi itu" (Muttafaqun 'alaih).


Siapa yang meninggalkan sifat pelit, maka ia akan mulia di sisi manusia dan ia akan menjadi orang-orang yang beruntung. Allah Ta'ala berfirman,


لَئِكَ الْمُفْلِحُونَ


“Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. At Taghabun: 16)


Siapa yang meninggalkan sifat sombong dan memilih tawadhu', maka Allah akan meninggikan derajatnya di dunia. Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


ا اضَعَ لِلَّهِ لاَّ اللَّهُ


“Tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu' (rendah diri) karena Allah melainkan Allah akan meninggikannya." (HR. Muslim no. 2588).


Siapa yang meninggalkan rasa dendam dan mudah memaafkan yang lain, maka Allah pun akan menganugerahkan kemuliaan pada dirinya. Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


ا ادَ اللَّهُ ا لاَّ ا


“Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin memuliakan dirinya." (HR. Muslim no. 2588).


Semoga Allah memberi taufik untuk selalu meng'amal 'amalan Ahli SURGA. Aamiin yaa Mujibbassa'iliin

Tuesday, October 18, 2022

Overthingkingnya Cowok Sebelum Menikah

Ada beberapa hal yang sering jadi overthingkingnya cowok sebelum menikah, apa saja ? Yuk kita cek satu - satu :

- Takut ditolak calon dan calon mertua

- Khawatir nanti tidak bisa menafkahi keluarga

- Takut ditolak karena persoalan fisik dan juga keuangan

- Khawatir nanti tidak bisa jadi ayah yang baik

- Khawatir nanti tidak bisa jadi suami yang baik

Lalu bagaimana solusinya ? Syukuri, Pertama syukuri karena adanya kekhawatiran diatas pertanda baik. Kamu bisa memanfaatkan overthingking menjadi alasan untuk mempersiapkan diri, baik dari bekal ilmu maupun juga bekal finansial.

Jadi, overthingking akan membantumu lebih berhati - hati melangkah ke jenjang pernikahan dan tentunya menjadi lebih matang secara pribadi dan juga mental.

SALING CINTA KARENA ALLAH

Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang menerangkan mengenai tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah pada hari yang tiada naungan selain dari-Nya. Di antara golongan tersebut adalah,


وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِى اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ


“Dua orang yang saling mencintai karena Allah. Mereka berkumpul dan berpisah dengan sebab cinta karena Allah." (HR. Bukhari no. 660 dan Muslim no. 1031)

Orang yang mencinta akan dikumpulkan bersama orang yang dicinta di akhirat kelak.

Dari Anas bin Malik, beliau mengatakan bahwa seseorang bertanya pada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, "Kapan terjadi hari kiamat, wahai Rasulullah?”Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam berkata, “Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?" Orang tersebut menjawab, "Aku tidaklah mempersiapkan untuk menghadapi hari tersebut dengan banyak shalat, banyak puasa dan banyak sedekah. Tetapi yang aku persiapkan adalah cinta Allah dan Rasul-Nya." Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam berkata,


أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ


“Kalau begitu engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai." (HR. Bukhari no. 6171 dan Muslim no. 2639)

Yang kami harap, moga persaudaraan kita tidak hanya di dunia, namun berakhir pula di jannah. Di dunia -selama hidup- moga kita saling menghendaki kebaikan satu dan lainnya. Aamiin yaa Mujibbassa'iliin


WaLLAAHUa'lam

Sunday, October 16, 2022

LAGI, TENTANG HISAB

Hisab menurut kaca mata akidah memiliki dua pengertian:

Pertama: Al-'Aradh (penampakan dosa dan pengakuan), mempunyai dua pengertian.

1. Pengertian umum, yaitu seluruh makhluk ditampakkan di hadapan Allah dalam keadaan menampakkan lembaran amalan mereka. Ini mencakup orang yang dimunaqasyah hisabnya dan yang tidak dihisab.

2. Pemaparan amalan maksiat kaum mukminin kepada mereka, penetapannya, merahasiakan (tidak dibuka dihadapan orang lain), dan pengampunan Allah atasnya. Hisab demikian ini dinamakan hisab yang ringan (hisab yasir).

Kedua: Munaqasyah (diperiksa secara sungguh-sungguh) dan inilah yang dinamakan hisab (perhitungan) antara kebaikan dan keburukan.

Untuk itulah Syaikhul Islam menyatakan bahwa hisab dapat dimaksudkan sebagai perhitungan antara amal kebajikan dan amal keburukan, dan di dalamnya terkandung pengertian munaqasyah. Juga dimaksukan dengan pengertian pemaparan dan pemberitahuan amalan terhadap pelakunya.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyatakan di dalam sabdanya,


مَنْ حُوسِبَ عُذِّبَ قَالَتْ عَائِشَةُ فَقُلْتُ أَوَلَيْسَ يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا قَالَتْ فَقَالَ إِنَّمَا ذَلِكِ الْعَرْضُ وَلَكِنْ مَنْ نُوقِشَ الْحِسَابَ يَهْلِكْ


“Barangsiapa yang dihisab, maka ia tersiksa". Aisyah bertanya, "Bukankah Allah telah berfirman 'maka ia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah' (QS. Al-Insyiqaq: 8)” Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Itu baru al-'aradh (penampakan amal). Namun barangsiapa yang diteliti hisabnya, maka ia akan binasa." (HR. Bukhari, no. 103 dan Muslim, no. 2876)

Dalam ayat lain tentang hisab disebutkan,


الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَى أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ


“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.” (QS. Yasin: 65)


وَوُضِعَ الْكِتَابُ فَتَرَى الْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَا وَيْلَتَنَا مَالِ هَٰذَا الْكِتَابِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّا أَحْصَاهَا ۚ وَوَجَدُوا مَا عَمِلُوا حَاضِرًا ۗ وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا


“Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: “Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang juapu".” (QS. Al-Kahfi: 49)


WaLLAAHUa'lam

Menuntut Ilmu Jalan Mudah Menuju Syurga

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ


“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga." (HR. Muslim, no. 2699)


Makna Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga, ada empat makna sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Rajab Al-Hambali:


Pertama: Dengan menempuh jalan mencari ilmu, Allah akan memudahkannya masuk surga.


Kedua: Menuntut ilmu adalah sebab seseorang mendapatkan hidayah. Hidayah inilah yang mengantarkan seseorang pada surga.


Ketiga: Menuntut suatu ilmu akan mengantarkan pada ilmu lainnya yang dengan ilmu tersebut akan mengantarkan pada surga.


Sebagaimana kata sebagian ulama kala suatu ilmu diamalkan,


مَنْ عَمِلَ بِمَا عَلِمَ أَوْرَثَهُ اللهُ عِلْمَ مَا لَمْ يَعْلَمْ


“Siapa yang mengamalkan suatu ilmu yang telah ia ilmui, maka Allah akan mewarisinya ilmu yang tidak ia ketahui.”


Sebagaimana kata ulama lainnya,


ثَوَابُ الحَسَنَةِ الحَسَنَةُ بَعْدَهَا


“Balasan dari kebaikan adalah kebaikan selanjutnya.”


Begitu juga dalam ayat disebutkan,


وَيَزِيدُ اللَّهُ الَّذِينَ اهْتَدَوْا هُدًى


“Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk." (QS. Maryam: 76)


Juga pada firman Allah,


وَالَّذِينَ اهْتَدَوْا زَادَهُمْ هُدًى وَآَتَاهُمْ تَقْوَاهُمْ


“Dan orang-orang yang mau menerima petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan balasan ketaqwaannya." (QS. Muhammad: 17)


Keempat: Dengan ilmu, Allah akan memudahkan jalan yang nyata menuju surga yaitu saat melewati shirath (sesuatu yang terbentang di atas neraka menuju surga.


WaLLAAHUa'lam

PENCIPTAAN NABI MUHAMMAD JAUH SEBELUM KELAHIRANNYA

 Keistimewaan Nabi Muhammad SAW tidak hanya ada saat ia diangkat menjadi utusan Allah SWT, melainkan jauh sebelum hari kelahirannya.


Dijelaskan dalam kitab an-Nimah al-Kubra 'Ala al-Alam karya Ibnu Hajar al Haitami, menejelang hari kelahiran Rasulullah SAW para malaikat sibuk mempersiapkan diri untuk menyambut kehadirannya.


Allah memerintahkan malaikat Jibril menyeru malaikat Malik untuk menutup pintu-pintu neraka dan malaikat Ridwan membuka seluruh pintu surga.

Malaikat Jibril juga diperintahkan untuk memanggil seluruh arwah suci para nabi dan rasul terdahulu serta para wali berkumpul menyambut kelahiran kekasih-Nya.


Selain itu, malaikat Jibril pun diminta mengumandangkan seruan di seluruh penjuru semesta alam.


Seketika itu pula semua malaikat turun ke bumi, kehadiran mereka memenuhi gunung-gunung yang ada di Mekah berbaris rapi di sana menyelimuti seluruh tanah suci.


Sayap para malaikat tersebut bahkan terlihat bagaikan awan yang berkilauan, menakjubkan pandangan.


Tak hanya itu, malaikat Ridwan juga mengajak beribu-ribu bidadari turun ke dunia sebagai bentuk penghormatan atas kelahiran sang nabi akhir zaman.

Friday, October 14, 2022

Meniru Semangat Ulama

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ


“Semangatlah dalam hal yang bermanfaat untukmu, minta tolonglah pada Allah, dan jangan malas (patah semangat)." (HR. Muslim no. 2664).


Imam Nawawi mengatakan tentang hadits di atas, "Bersemangatlah dalam melakukan ketaatan pada Allah, selalu berharaplah pada Allah dan carilah dengan meminta tolong pada-Nya. Jangan patah semangat, yaitu jangan malas dalam melakukan ketaatan dan jangan lemah dari mencari pertolongan." (Syarh Shahih Muslim, 16: 194).


Guru kami, Syaikh Sholeh Al 'Ushoimi hafizhohullah menyebutkan ada tiga cara agar tidak kendor semangat dalam belajar yang beliau simpulkan dari hadits di atas:


1- Semangat untuk meraih ilmu yang bermanfaat. Ketika seseorang mendapatkan hal yang bermanfaat tersebut, hendaklah ia terus semangat untuk meraihnya.


2- Meminta tolong pada Allah untuk meraih ilmu tersebut.


3- Tidak patah semangat untuk meraih tujuan.


Mari kita lihat beberapa perkataan ulama salaf yang menunjukkan semangat mereka dalam belajar.


Al Junaid rahimahullah,


ما طلب أحد شيئا بجد وصدق إلا ناله فإن لم ينله كله ناله بعضه


"Tidaklah seseorang mencari sesuatu dengan sungguh-sungguh dan penuh kejujuran, melainkan ia akan meraihnya. Jika ia tidak seluruhnya, ia pasti meraih sebagiannya.”


Lihat saja bagaimana semangat para ulama. Ketika Imam Ahmad bin Hambal masih usia beliau, terkadang ia sudah keluar menuju halaqoh para ulama sebelum Shubuh. Ibunya saat itu mengambil bajunya dan mengatakan -sebagai tanda sayang pada Imam Ahmad-, "Tunggu saja sampai suara adzan dikumandangkan atau tiba waktu Shubuh.”


Coba perhatikan, Imam Ahmad sebelum Shubuh saja sudah bersiap-siap untuk belajar, sedangkan mata kita saat itu masih sulit untuk bangkit dari tidur yang nyenyak!


WaLLAAHUa'lam

Thursday, October 13, 2022

TAK PERLU KHAWATIR DENGAN REZEKI

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ


"Allah telah mencatat takdir setiap makhluk sebelum 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi." (HR. Muslim no. 2653, dari 'Abdullah bin 'Amr bin Al 'Ash)


Dalam hadits lainnya disebutkan,


إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللَّهُ الْقَلَمَ فَقَالَ اكْتُبْ. فَقَالَ مَا أَكْتُبُ قَالَ اكْتُبِ الْقَدَرَ مَا كَانَ وَمَا هُوَ كَائِنٌ إِلَى الأَبَدِ


“Sesungguhnya awal yang Allah ciptakan (setelah 'arsy, air dan angin) adalah qalam (pena), kemudian Allah berfirman, "Tulislah". Pena berkata, "Apa yang harus aku tulis". Allah berfirman, "Tulislah takdir berbagai kejadian dan yang terjadi selamanya." (HR. Tirmidzi no. 2155)


Ibnul Qayyim berkata,


“Fokuskanlah pikiranmu untuk memikirkan apapun yang diperintahkan Allah kepadamu. Jangan menyibukkannya dengan rezeki yang sudah dijamin untukmu. Karena rezeki dan ajal adalah dua hal yang sudah dijamin, selama masih ada sisa ajal, rezeki pasti datang. Jika Allah -dengan hikmahNya- berkehendak menutup salah satu jalan rezekimu, Dia pasti –dengan rahmatNya- membukan jalan lain yang lebih bermanfaat bagimu.


Renungkanlah keadaan janin, makanan datang kepadanya, berupa darah dari satu jalan, yaitu pusar.


Lalu ketika dia keluar dari perut ibunya dan terputus jalan rezeki itu, Allah membuka untuknya DUA JALAN REZEKI yang lain [yakni dua puting susu ibunya], dan Allah mengalirkan untuknya di dua jalan itu; rezeki yang lebih baik dan lebih lezat dari rezeki yang pertama, itulah rezeki susu murni yang lezat.


Lalu ketika masa menyusui habis, dan terputus dua jalan rezeki itu dengan sapihan, Allah membuka EMPAT JALAN REZEKI lain yang lebih sempurna dari yang sebelumnya; yaitu dua makanan dan dua minuman. Dua makanan = dari hewan dan tumbuhan. Dan dua minuman = dari air dan susu serta segala manfaat dan kelezatan yang ditambahkan kepadanya.


Lalu ketika dia meninggal, terputuslah empat jalan rezeki ini, Namun Allah –Ta'ala- membuka baginya -jika dia hamba yang beruntung- DELAPAN JALAN REZEKI, itulah pintu-pintu surga yang berjumlah delapan, dia boleh masuk surga dari mana saja dia kehendaki.


Dan begitulah Allah Ta'ala, Dia tidak menghalangi hamba-Nya untuk mendapatkan sesuatu, kecuali Dia berikan sesuatu yang lebih afdhol dan lebih bermanfaat baginya. Dan itu tidak diberikan kepada selain orang mukmin, karenanya Dia menghalanginya dari bagian yang rendahan dan murah, dan Dia tidak rela hal tersebut untuknya, untuk memberinya bagian yang mulia dan berharga.”


WaLLAAHUa'lam

5 TAHUN PERTAMA PERNIKAHAN ITU…

Seperti memanaskan mesin kapal pertama kali. Ada yang berhasil melaju, ada pula yang berhenti mencoba.

Setelah melaju ke tengah lautan, badai menanti di hadapan. Siapa yang kencang layarnya, dialah siap menghadapi badai selanjutnya.

Karena mustahil berlayar tanpa ditemani badai. Layar pun tak kan kuat berkembang jika hanya seorang diri. Butuh kerja sama.

Menikah di 5 tahun pertama itu bukan meminta keharmonisan. Menikah di 5 tahun pertama itu perkara mematangkan kedewasaan, menghidupkan konsep diri, dan berlomba mendekatkan diri kepada Allah.

Karena keharmonisan adalah anugerah dari Allah. Kita hanya mengusahakan, bukan tentang menuntut kebahagiaan dari pasangan.

Mendidik anak juga bukan hanya tentang mencari metode parenting termodern, terstruktur, dan terjamin.

Tapi mendidik anak itu perkara mengencangkan doa, membersihkan jiwa, dan mendekatkan diri kepada Allah Al Hafidz Sebaik-baik Penjaga anak kita.

Bukan karena metode parentinglah yang membuat anak kita berhasil tapi karena ada di doa tulus dibalik Ayah Bunda yang mengharap ridha Allah, Ananda menjadi generasi shalihin


Wallahu’alam bis shawab

Wednesday, October 12, 2022

KAYA YANG SESUNGGUHNYA

Coba kita perhatikan nasehat suri tauladan kita. Dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ


“Kaya bukanlah diukur dengan banyaknya kemewahan dunia. Namun kaya (ghina') adalah hati yang selalu merasa cukup." (HR. Bukhari no. 6446 dan Muslim no. 1051)


Dalam riwayat Ibnu Hibban, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memberi nasehat berharga kepada sahabat Abu Dzar. Abu Dzar radhiyallahu 'anhu berkata,


قَالَ لِي رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : يَا أَبَا ذَرّ أَتَرَى كَثْرَة الْمَال هُوَ الْغِنَى ؟ قُلْت : نَعَمْ . قَالَ : وَتَرَى قِلَّة الْمَال هُوَ الْفَقْر ؟ قُلْت : نَعَمْ يَا رَسُول اللَّه . قَالَ : إِنَّمَا الْغِنَى غِنَى الْقَلْب ، وَالْفَقْر فَقْر الْقَلْب


"Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata padaku, "Wahai Abu Dzar, apakah engkau memandang bahwa banyaknya harta itulah yang disebut kaya (ghoni)?" "Betul," jawab Abu Dzar. Beliau bertanya lagi, "Apakah engkau memandang bahwa sedikitnya harta itu berarti fakir?" "Betul," Abu Dzar menjawab dengan jawaban serupa. Lantas beliau pun bersabda, "Sesungguhnya yang namanya kaya (ghoni) adalah kayanya hati (hati yang selalu merasa cukup). Sedangkan fakir adalah fakirnya hati (hati yang selalu merasa tidak puas)." (HR. Ibnu Hibban. sanad hadits ini shahih sesuai syarat Muslim)


Inilah nasehat dari suri tauladan kita. Nasehat ini sungguh berharga. Dari sini seorang insan bisa menerungkan bahwa banyaknya harta dan kemewahan dunia bukanlah jalan untuk meraih kebahagiaan senyatanya. Orang kaya selalu merasa kurang puas. Jika diberi selembah gunung berupa emas, ia pun masih mencari lembah yang kedua, ketiga dan seterusnya. Oleh karena itu, kekayaan senyatanya adalah hati yang selalu merasa cukup dengan apa yang Allah beri. Itulah yang namanya qona'ah. Itulah yang disebut dengan ghoni (kaya) yang sebenarnya.


WaLLAAHUa'lam

HIDUP BAGAI HEWAN TERNAK


Allah Ta'ala berfirman,


وَالَّذِينَ كَفَرُوا يَتَمَتَّعُونَ وَيَأْكُلُونَ كَمَا تَأْكُلُ الْأَنْعَامُ وَالنَّارُ مَثْوًى لَهُمْ


“Dan orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang. Dan jahannam adalah tempat tinggal mereka." (QS. Muhammad: 12)


Ibnu Katsir rahimahullah berkata, "Di dunia, mereka bersenang-senang dengan makan sebagaimana hewan ternak bersenang-senang dengan makan pula dalam keadaan khadmaa (makan sepenuh mulut) dan qadhmaa (makan dengan mematahkan menggunakan ujung gigi). Semangat hewan ternak hanyalah seperti itu. Oleh karena itu dalam hadits disebutkan,


الْمُؤْمِنُ يَأْكُلُ فِى مِعًى وَاحِدٍ وَالْكَافِرُ يَأْكُلُ فِى سَبْعَةِ أَمْعَاءٍ


“Orang mukmin itu makan dengan satu usus, sedangkan orang kafir itu makan dengan tujuh usus." (HR. Bukhari, no. 5393 dan Muslim, no. 2061)." Makanya dilanjutkan bagi orang yang berpikir di dunia hanya hidup seperti hewan ternak maka neraka itu sebagai balasan untuk mereka.


Sebab yang Membuat Lalai


Pertama: Ingin terus rehat atau beristirahat. Padahal rehat yang hakiki nanti di akhirat sedangkan dunia adalah masa kita untuk beramal.


Kedua: Semangat dalam mencari kelezatan dunia. Akibatnya nanti adalah melalaikan kewajiban dan menerjang yang haram demi dunia.


Ketiga: Karena sudah mati rasa terhadap dosa. Bahkan ada yang merasa bahwa dosa yang diterjang adalah suatu kebaikan.


Keempat: Mengikuti hawa nafsu.


Kelima: Sibuk dengan kerja dan mencari nafkah.


Mukmin yang terpuji adalah jika bisnis dan pekerjaan dunia yang ia jalani tidak melalaikannya dari mengingat Allah sebagaimana disebut dalam ayat,


فِي بُيُوتٍ أَذِنَ اللَّهُ أَنْ تُرْفَعَ وَيُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ يُسَبِّحُ لَهُ فِيهَا بِالْغُدُوِّ وَالْآَصَالِ ,رِجَالٌ لَا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ


“Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang, laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang." (QS. An-Nuur: 36-37)


Keenam: Waktu dihabiskan dengan permainan dan games.


Ketujuh: Banyak bersenang-senang dengan pakaian, makanan dan kelezatan dunia.


Kedelapan: Cinta dunia dan merasa hidup lama.


Kesembilan: Berteman dengan orang-orang yang lalai (ghaflah).


Disebutkan dalam ayat,


وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ


“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik." (QS. Al-Hasyr: 19)


Kesepuluh: Banyak sibuk dengan hal mubah.


WaLLAAHUa'lam

Monday, October 10, 2022

cara menolak laki-laki yang melamar kamu dengan halus lembut

Menjadi dilema tersendiri saat kamu diajak ta’aruf atau dilamar laki-laki, tetapi kamu sebenarnya tak menyukainya.

Jika kamu mengalaminya hal ini, maka pahamilah bahwa menolak ajakan ta’aruf atau lamaran laki-laki adalah hal yang diperbolehkan selama alasannya sesuai syari’at islam.

Jadi tak perlu khawatir ya fren dan tak usah percaya dengan mitos-mitos yang bertebaran saat ini.

Lalu bagaimana cara menolaknya?


✅ Sampaikan dengan jelas dan tegas

Jika kamu akan menolak laki-laki maka sampaikan dengan jelas dan tegas kalau kamu tidak bisa menerimanya.


✅ Hindari mengulur waktu dan memberi banyak kiasan

Karena bingung cara menolak, terkadang Wanita malah mengulur waktu atau memberi banyak kiasan dan kode. Yang mana, terkadang hal ini tidak dipahami oleh laki-laki, sehingga laki-laki masih terus berharap.


✅ Sampaikan melalui pihak ketiga

Jika kamu bingung atau tidak berani menyampaikan penolakan secara langsung, maka kamu bisa menyampaikan melalui pihak ketiga.


KEHARUSAN SHOLAT BERJAMA'AH


وَعَنْ أَبِي الدَّرْدَاء – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – ، قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، يَقُوْلُ : ( مَا مِنْ ثَلاثَةٍ فِي قَرْيةٍ ، وَلاَ بَدْوٍ ، لا تُقَامُ فِيهِمُ الصَّلاَةُ إلاَّ قَد اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِم الشَّيْطَانُ . فَعَلَيْكُمْ بِالجَمَاعَةِ ، فَإنَّمَا يَأْكُلُ الذِّئْبُ مِنَ الغَنَمِ القَاصِيَة) رَوَاهُ أبُو دَاوُدَ بِإِسْنَادٍ حَسَنٍ


Abu Darda' radhiyallahu 'anhu berkata, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Tidaklah terdapat tiga orang di satu desa atau kampung yang tidak ditegakkan shalat di sana kecuali mereka telah dikalahkan oleh setan. Maka haruslah bagi kalian untuk berjamaah, sebab serigala hanya akan memakan domba yang jauh dari kawannya.'" (Diriwayatkan oleh Abu Daud dengan sanad hasan) [HR. Abu Daud, no. 547 dan An-Nasa'i, no. 848.]


Kesimpulan Mutiara Hadits

1. Wajibnya azan dan iqamah untuk shalat berjamaah.

2. Setan akan menguasai orang-orang yang lalai dari ketaatan dan ibadah.

3. Dorongan untuk shalat berjamaah karena berjamaah menolong untuk melakukan ketaatan.

4. Perintah untuk berjamaah (bersatu) karena berjamaah akan menyelamatkan iman dan agama.

5. Setan tidak mampu mengganggu mereka yang berjamaah. Setan mengganggu mereka yang sendirian dan terpisah dari saudara mereka.


WaLLAAHUa'lam

Saturday, October 8, 2022

TELAT SHOLAT TELAT SEGALA URUSANNYA

 Salat itu bukan urusan remeh, ini urusan berat, berhubungan dengan nasib kita di dunia dan akhirat,

Dalam penjelasan hadis, telat disini memiliki dua maksud, pertama telat yang artinya mengakhirkan salat. Kedua, terlambat datang saat salat jamaah dan tidak mengisi barisan saf yang pertama.

"Telat salat ini bisa telat sama sekali atau nggak ngisi saf yang pertama,"

Pada zaman Rasulullah, beliau selalu menegur para sahabat yang terlambat datang ke mesjid untuk mengisi saf yang kosong, dan meminta mereka untuk datang lebih awal ke mesjid menjelang waktu salat.

Selain itu Rasulullah juga mengingatkan bahwa barang siapa yang terbiasa menunda-nunda salat maka Allah pun akan menunda urusannya.

"Dari Abu Sa'id Al-Khudri RA, Rasulullah bersabda, "Suatu kaum masih saja bersikap lambat (dalam ketaatan kepada Allah) sehingga Allah akan memperlambat mereka (dari rahmat-Nya)," HR Muslim.

Dari hadis ini menjelaskan bahwa Rasulullah tidak menjelaskan lebih lanjut perkara apa yang akan ditelatkan oleh Allah karena seseorang menelatkan atau mengakhirkan salatnya. 

dari hadis tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa Allah juga akan mengakhirkan semua urusan mereka, ketika mereka menunda salatnya.

"Siapa yang biasa menunda-nunda waktu salat maka Allah tunda seluruh urusannya,"

Maka tidak heran jika banyak perkara-perkara hidup yang selalu datang terlambat, ketika seseorang terbiasa mengakhirkan salat. Seperti terlambat dalam urusan pernikahan, pekerjaan, rejeki dan lain sebagainya. 

"Banyak orang merasa urusannya selalu sulit, serba telat. Rejeki telat, jodoh telat, gaji telat, semuanya serba telat, ternyata pemicunya seringkali adalah perilaku kita sendiri," .

Dan ditingkatan yang lebih tinggi perkara telat salat ini juga bisa mengakibatkan seseorang diakhirkan oleh Allah keluar dari neraka. 

"Cepatnya kita berangkat ke mesjid itu akan berefek kepada cepatnya kita masuk surga. Dan telatnya kita berangkat salat akan berefek pada telatnya kita masuk surga,"

Friday, October 7, 2022

RAGU INGIN MEMBATALKAN SHALAT

Jika anak nangis ketika kita sedang shalat, lalu ada keinginan untuk membatalkan shalat, tapi gak jadi, dan tetap melanjutkan shalat sampai selesai.. apakah shalat kami sdh batal?


Jawab:


Bismillah was shalatu was salamu 'ala Rasulillah, wa ba'du,


Syaikhul Islam menyebutkan bahwa ulama berbeda pendapat mengenai kasus orang yang punya keinginan untuk membatalkan shalat atau muncul keraguan untuk melanjutkan shalat, apapun latar belakangnya.


Pendapat pertama, shalatnya batal. ini adalah pendapat al-Qadhi Abu ya'la – ulama hambali – dan Imam as-Syafii. Dalam al-Mughni dinyatakan,


وَقَالَ الْقَاضِي: يَحْتَمِلُ أَنْ تَبْطُلَ, وَهُوَ مَذْهَبُ الشَّافِعِيِّ، لِأَنَّ اسْتِدَامَةَ النِّيَّةِ شَرْطٌ مَعَ التَّرَدُّدِ لَا يَكُونُ مُسْتَدِيمًا لَهَا، فَأَشْبَهَ مَا لَوْ نَوَى قَطْعَهَا


Al-Qadhi mengatakan, 'Bisa jadi batal', dan ini pendapat Imam as-Syafi'i. Karena mempertahankan niat merupakan syarat sah. Sementara keraguan, berarti niatnya tidak bertahan. Sehingga mirip seperti orang yang shalat lalu berniat untuk membatalkannya. 


Pendapat kedua, shalatnya batal jika ada keinginan kuat untuk membatalkannya, bukan sebatas ragu. Karena sebatas ragu tidak membatalkan niat yang pasti, berbeda dengan keinginan kuat.


Pendapat ketiga, shalat tidak batal. Ini merupakan  pendapat Ibnu Hamid al-Warraq – ulama hambali –.


Ibnu Qudamah mengatakan,


فَأَمَّا إنْ تَرَدَّدَ فِي قَطْعِهَا، فَقَالَ ابْنُ حَامِدٍ: لَا تَبْطُلُ، لِأَنَّهُ دَخَلَ فِيهَا بِنِيَّةٍ مُتَيَقَّنَةٍ فَلَا تَزُولُ بِالشَّكِّ وَالتَّرَدُّدِ، كَسَائِرِ الْعِبَادَاتِ


Untuk kasus ragu ingin membatalkan shalat, menurut Ibnu Hamid, 'Shalat tidak batal. karena keraguan ini masuk setelah niat yang yakin, sehingga keyakinan ini tidak hilang dengan keraguan, sebagaimana ibadah lainnya.” 


Dan insyaaAllah pendapat ketiga ini lebih kuat, didukung dengan banyak dalil. Diantaranya,


[1] Keterangan dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu yang bercerita pengalaman beliau,


صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ لَيْلَةٍ، فَلَمْ يَزَلْ قَائِمًا، حَتَّى هَمَمْتُ بِأَمْرٍ سُوءٍ، قُلْنَا: وَمَا هَمَمْتَ بِهِ؟ قَالَ: هَمَمْتُ أَنْ أَجْلِسَ وَأَدَعَهُ


Aku pernah shalat tahajud bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam di suatu malam. Beliau berdirinya sangat lama, sampai saya punya keinginan buruk. Kami bertanya: "Apa yang kamu inginkan?". Jawab Ibnu Mas'ud, "Saya berkeinginan untuk duduk, dan meninggalkan beliau." (HR. Ahmad 3646).


Ketika itu, Ibnu Mas'ud punya keinginan untuk membatalkan shalat, tapi tidak jadi. Dan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidak menghukumi shalat beiau batal.


[2] Keterangan dari Anas bin Malik yang menceritakan peristiwa menjelang wafatnya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.


Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sakit, beliau tidak bisa keluar. Hingga ketika subuh hari senin, beliau membuka korden melihat ke para sahabat ketika mereka sedang shalat.


Anas bercerita,


أَنَّ أَبَا بَكْرٍ كَانَ يُصَلِّى لَهُمْ فِى وَجَعِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – الَّذِى تُوُفِّىَ فِيهِ ، حَتَّى إِذَا كَانَ يَوْمُ الاِثْنَيْنِ وَهُمْ صُفُوفٌ فِى الصَّلاَةِ ، فَكَشَفَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – سِتْرَ الْحُجْرَةِ يَنْظُرُ إِلَيْنَا ، وَهْوَ قَائِمٌ كَأَنَّ وَجْهَهُ وَرَقَةُ مُصْحَفٍ ، ثُمَّ تَبَسَّمَ يَضْحَكُ ، فَهَمَمْنَا أَنْ نَفْتَتِنَ مِنَ الْفَرَحِ بِرُؤْيَةِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم –


Bahwa Abu Bakr radhiyallahu 'anhu pernah mengimami ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sedang sakit menjelang wafat beliau. Hingga pada hari Senin, para sahabat bersiap di shaf shalat, tiba-tiba Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam membuka korden, dan melihat kami. Beliau berdiri seolah wajah beliau lembaran mushaf. Beliau tersenyum lebar. Kami berkeinginan untuk membatalkan shalat kami karena bahagia melihat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam… (HR. Bukhari 680).


Yang menjadi dalil dari hadis di atas adalah pernyataan Anas, bahwa para sahabat hendak membatalkan shalat, ketika melihat wajah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.  Namun mereka tetap melanjutkan shalatnya.


Hadis di atas menunjukkan  bahwa sebatas keinginan untuk membatalkan shalat tidak membatalkan shalat.


WaLLAAHUa'lam

Thursday, October 6, 2022

BUKTI CINTA KEPADA NABI SAW

Pertama: Mendahulukan dan mengutamakan beliau dari siapa pun


Hal ini dikarenakan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam adalah makhluk pilihan dari Allah Ta'ala. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى كِنَانَةَ مِنْ وَلَدِ إِسْمَاعِيلَ وَاصْطَفَى قُرَيْشًا مِنْ كِنَانَةَ وَاصْطَفَى مِنْ قُرَيْشٍ بَنِى هَاشِمٍ وَاصْطَفَانِى مِنْ بَنِى هَاشِمٍ


“Sesungguhnya Allah telah memilih Kinanah yang terbaik dari keturunan Isma'il. Lalu Allah pilih Quraisy yang terbaik dari Kinanah. Allah pun memilih Bani Hasyim yang terbaik dari Quraisy. Lalu Allah pilih aku sebagai yang terbaik dari Bani Hasyim." (HR. Muslim no. 2276)


Di antara bentuk mendahulukan dan mengutamakan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dari siapa pun yaitu apabila pendapat ulama, kyai atau ustadz yang menjadi rujukannya bertentangan dengan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka yang didahulukan adalah pendapat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam Asy Syafi'i rahimahullah, “Kaum muslimin telah sepakat bahwa siapa saja yang telah jelas baginya ajaran Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, maka tidak halal baginya untuk meninggalkannya karena perkataan yang lainnya.”


Kedua: Membenarkan segala yang disampaikan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam


Termasuk prinsip keimanan dan pilarnya yang utama ialah mengimani kemaksuman Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dari dusta atau buhtan (fitnah) dan membenarkan segala yang dikabarkan beliau tentang perkara yang telah berlalu, sekarang, dan akan datang. Karena Allah Ta'ala berfirman,


وَالنَّجْمِ إِذَا هَوَى (1) مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمْ وَمَا غَوَى (2) وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى (3) إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى (4)


”Demi bintang ketika terbenam. Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru. Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)." (QS. An Najm: 1-4)


Ketiga: Beradab di sisi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam


Di antara bentuk adab kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam adalah memuji beliau dengan pujian yang layak baginya. Pujian yang paling mendalam ialah pujian yang diberikan oleh Rabb-nya dan pujian beliau terhadap dirinya sendiri, dan yang paling utama adalah shalawat dan salam kepada beliau. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


الْبَخِيلُ الَّذِي مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ


“Orang yang bakhil (pelit) adalah orang yang apabila namaku disebut di sisinya, dia tidak bershalawat kepadaku." (HR. Tirmidzi no. 3546 dan Ahmad (1/201). At Tirmidzi mengatakan hadits ini hasan shohih ghorib)


Keempat: Ittiba' (mencontoh) Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam serta berpegang pada petunjuknya.


Allah Ta'ala berfirman,


قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ


“Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu"." (QS. Ali Imron: 31)


Kelima: Berhakim kepada ajaran Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam


Sesungguhnya berhukum dengan ajaran Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam adalah salah satu prinsip mahabbah (cinta) dan ittiba' (mengikuti Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam). Tidak ada iman bagi orang yang tidak berhukum dan menerima dengan sepenuhnya syari'atnya. Allah Ta'ala berfirman,


فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا


“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya." (QS. An-Nisa': 65)


Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, "Setiap orang yang keluar dari ajaran dan syariat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam maka Allah telah bersumpah dengan diri-Nya yang disucikan, bahwa dia tidak beriman sehingga ridha dengan hukum Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam segala yang diperselisihkan di antara mereka dari perkara-perkara agama dan dunia serta tidak ada dalam hati mereka rasa keberatan terhadap hukumnya.”


Keenam: Membela Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam


Membela dan menolong Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah salah satu tanda kecintaan dan pengagungan. Allah Ta'ala berfirman,


لِلْفُقَرَاءِ الْمُهَاجِرِينَ الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَأَمْوَالِهِمْ يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا وَيَنْصُرُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ


“(Juga) bagi orang fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya dan mereka menolong Allah dan RasulNya. Mereka itulah orang-orang yang benar." (QS. Al Hasyr: 8)


Di antara contoh pembelaaan terhadap Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam seperti diceritakan dalam kisah berikut. Ketika umat Islam mengalami kekalahan, Anas bin Nadhr pada perang Uhud mengatakan, "Ya Allah, aku memohon ampun kepadamu terhadap perbuatan para sahabat dan aku berlepas diri dari-Mu dari perbuatan kaum musyrik."  Kemudian ia maju lalu Sa'ad menemuinya. Anas lalu berkata, "Wahai Sa'ad bin Mu'adz, surga. Demi Rabbnya Nadhr, sesungguhnya aku mencium bau surga dari Uhud." "Wahai Rasulullah, aku tidak mampu berbuat sebagaimana yang diperbuatnya," ujar Sa'ad. Anas bin Malik berkata, "Kemudian kami dapati padanya 87 sabetan pedang, tikaman tombak, atau lemparan panah. Kami mendapatinya telah gugur dan kaum musyrikin telah mencincang-cincangnya. Tidak ada seorang pun yang mengenalinya kecuali saudara perempuannya yang mengenalinya dari jari telunjuknya." (HR. Bukhari no. 2805, 4048 dan Muslim no. 1903)


Ketujuh: Membela ajaran (sunnah) Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam


Termasuk membela ajaran beliau shallallahu 'alaihi wa sallam ialah memelihara dan menyebarkannya, menjaganya dari ulah kaum batil, penyimpangan kaum yang berlebih-lebihan dan ta'wil (penyimpangan) kaum yang bodoh, begitu pula dengan membantah syubhat kaum zindiq  dan pengecam sunnahnya, serta menjelaskan kedustaan-kedustaan mereka. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah mendo'akan keceriaan wajah bagi siapa yang membela panji sunnah ini dengan sabdanya,


نَضَّرَ اللَّهُ امْرَأً سَمِعَ مِنَّا شَيْئًا فَبَلَّغَهُ كَمَا سَمِعَهُ فَرُبَّ مُبَلِّغٍ أَوْعَى مِنْ سَامِعٍ


“Semoga Allah memberikan kenikmatan pada seseorang yang mendengar sabda kami lalu ia menyampaikannya sebagaimana ia mendengarnya. Betapa banyak orang yang diberi berita lebih paham daripada orang yang mendengar." (HR. Abu Daud no. 3660, At Tirmidz no. 2656, Ibnu Majah no. 232 dan Ahmad 5/183)


WaLLAAHUa'lam

Wednesday, October 5, 2022

CINTA RASULULLAAH SAW

'Abdullah bin Hisyam berkata, “Kami pernah bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan beliau memegang tangan Umar bin Khaththab –radiyallahu 'anhu-. Lalu Umar –radhiyallahu 'anhu- berkata,


 لأنت أحب إلي من كل شيء إلا من نفسي 


"Ya Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali terhadap diriku sendiri.” Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata,


 لا والذي نفسي بيده حتى أكون أحب إليك من نفسك 


"Tidak, demi yang jiwaku berada di tangan-Nya (imanmu belum sempurna). Tetapi aku harus lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri." Kemudian 'Umar berkata, فإنه الآن والله لأنت أحب إلي من نفسي 


Sekarang, demi Allah. Engkau (Rasulullah) lebih aku cintai daripada diriku sendiri." Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata, الآن يا عمر ”Saat ini pula wahai Umar, (imanmu telah sempurna)." (HR. Bukhari) [Bukhari: 86-Kitabul Iman wan Nudzur, 2-Bab Bagaimana Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersumpah]

Al Bukhari membawakan dalam kitabnya: Bab Mencintai Rasul shallallahu ’alaihi wa sallam adalah bagian dari iman. An Nawawi membawakan dalam Shahih Muslim: Bab-Wajibnya Mencintai Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam lebih dari kecintaan pada keluarga, anak, orang tua, dan manusia seluruhnya. 

Dalam bab tersebut, Anas bin Malik mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ 


Salah seorang di antara kalian tidak akan beriman sampai aku lebih dia cintai daripada anaknya, orang tuanya bahkan seluruh manusia." (HR. Bukhari dan Muslim)

Semua Cinta Butuh Bukti Cinta bukanlah hanya klaim semata. Semua cinta harus dengan bukti. Di antara bentuk cinta pada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam adalah ittiba' (mengikuti), taat dan berpegang teguh pada petunjuknya. 

Karena ingatlah, ketaatan pada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam adalah buah dari kecintaan. Penyair Arab mengatakan:


لَوْ كَانَ حُبُّكَ صَادِقاً لَأَطَعْتَهُ إِنَّ المُحِبَّ لِمَنْ يُحِبُّ مُطِيْعٌ 


Sekiranyba cintamu itu benar niscaya engkau akan mentaatinya Karena orang yang mencintai tentu akan mentaati orang yang dicintainya


WaLLAAHUa'lam

MENGAPRESIASI BANTUAN ORANG LAIN

 #InspirasiHariIni (copas) 

Seorang anak muda mendaftar untuk posisi manajer di sebuah perusahaan besar. Dia lulus interview awal, dan sekarang akan bertemu dengan direktur untuk interview terakhir.

Direktur mengetahui bahwa dari CV-nya, si pemuda memiliki akademik yg baik. Kemudian dia bertanya" apakah kamu mendapatkan beasiswa dari sekolah ?" Kemudian si pemuda menjawab tidak.

"Apakah ayahmu yg membayar uang sekolah ?"

"Ayah saya meninggal ketika saya berumur 1 tahun, ibu saya yang membayarkannya"

"Dimana ibumu bekerja ?"

"Ibuku bekerja sebagai tukang cuci."

Si direktur meminta si pemuda untuk menunjukkan tangannya. Si pemuda menunjukkan tangannya yg lembut dan halus.

"Apakah kamu pernah membantu ibumu mencuci baju ?"

"Tidak pernah, ibuku selalu ingin aku untuk belajar dan membaca banyak buku. Selain itu, ibuku dapat mencuci baju lebih cepat dariku."

Si direktur mengatakan "aku memiliki permintaan. Ketika kamu pulang ke rumah hari ini, pergi dan cuci tangan ibumu. Kemudian temui aku esok hari."

Si pemuda merasa kemungkinannya mendapatkan pekerjaan ini sangat tinggi. Ketika pulang, dia meminta ibunya untuk membiarkan dirinya membersihkan tangan ibunya. Ibunya merasa heran, senang tetapi dengan perasaan campur aduk, dia menunjukkan tangannya ke anaknya.

Si pemuda membersihkan tangan ibunya perlahan. Airmatanya tumpah. Ini pertama kalinya dia menyadari tangan ibunya sangat berkerut dan banyak luka.Beberapa luka cukup menyakitkan ketika ibunya merintih ketika dia menyentuhnya.

Ini pertama kalinya si pemuda menyadari bahwa sepasang tangan inilah yg setiap hari mencuci baju agar dirinya bisa sekolah. Luka di tangan ibunya merupakan harga yg harus dibayar ibunya untuk pendidikannya, sekolahnya, dan masa depannya.

Setelah membersihkan tangan ibunya, si pemuda diam2 mencuci semua pakaian tersisa untuk ibunya,

Malam itu, ibu dan anak itu berbicara panjang lebar.

Pagi berikutnya, si pemuda pergi ke kantor direktur.

Si direktur menyadari ada air mata di mata sang pemuda.

Kemudian dia bertanya, " dapatkah kamu ceritakan apa yg kamu lakukan dan kamu pelajari tadi malam di rumahmu ?"

Si pemuda menjawab," saya membersihkan tangan ibu saya dan juga menyelesaikan cuciannya"

"Saya sekarang mengetahui apa itu apresiasi.

Tanpa ibu saya, saya tidak akan menjadi diri saya seperti sekarang. Dengan membantu ibu saya, baru sekarang saya mengetahui betapa sukar dan sulitnya melakukan sesuatu dengan sendirinya.

Dan saya mulai mengapresiasi betapa pentingnya dan berharganya bantuan dari keluarga"

Si direktur menjawab,"inilah yg saya cari di dalam diri seorang manajer. Saya ingin merekrut seseorang yg dapat mengapresiasi bantuan dari orng lain, seseorang yg mengetahui penderitaan orang lain ketika mengerjakan sesuatu, dan seseorang yg tidak menempatkan uang sebagai tujuan utama dari hidupnya"

"Kamu diterima"

Seorang anak yang selalu dilindungi dan dibiasakan diberikan apapun yg mereka inginkan akan mengembangkan " mental ke'aku'an" dan selalu menempatkan dirinya sebagai prioritas.

Dia akan tidak peduli dengan jerih payah orangtuanya. Apabila kita tipe orang tua seperti ini, apakah kita menunjukkan rasa cinta kita atau menghancurkan anak2 kita ?

Kamu dapat membiarkan anak2mu tinggal di rumah besar, makan makanan enak, les piano, menonton dari TV layar besar. Tetapi ketika kamu memotong rumput, biarkan mereka mengalaminya juga. Setelah makan, biarkan mereka mencuci piring mereka dengan saudara2 mereka. Ini bukan masalah apakah kamu dapat memperkerjakan pembantu, tetapi ini karena kamu ingin mencintai mereka dengan benar. Kamu ingin mereka mengerti, tidak peduli seberapa kayanya orangtua mereka, suatu hari nanti mereka akan menua, seperti ibu si pemuda.

Yang terpenting, anak2mu mempelajari bagaimana mengapresiasi usaha dan pengalaman mengalami kesulitan dan belajar kemampuan untuk bekerja dengan orang lain agar se gala sesuatu terselesaikan.

#Note

Coba untuk melanjutkan cerita ini ke orang-orang yang anda kenal. Ini mungkin dapat mengubah kehidupan seseorang.

@ kursi tunggu Dekan Fakultas Hukum Unissula