This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Monday, January 14, 2019

SECANGKIR ILMU PAHAM

Tingkat terbawah dalam ilmu itu adalah "paham".
Ini wilayah kejernihan logika berfikir dan kerendahan hati. Ilmu tidak membutakannya, malah menjadikannya kaya.

Tingkat ke dua terbawah adalah "kurang paham".
Orang kurang paham akan terus belajar sampai dia paham ..., dia akan terus bertanya untuk mendapatkan simpul2 pemahaman yang benar ...!

Naik setingkat lagi adalah mereka yang "salah paham". Salah paham itu biasanya karena emosi dikedepankan, sehingga dia tidak sempat berfikir jernih. Dan ketika mereka akhirnya paham, mereka biasanya meminta maaf atas kesalah-pahamannya. Jika tidak, dia akan naik ke tingkat tertinggi dari ilmu.

Nah, tingkat tertinggi dari ilmu itu adalah "gagal paham". Gagal paham ini biasanya lebih karena kesombongan.

Karena merasa berilmu, dia sudah tidak mau lagi menerima ilmu dari orang lain.
Tidak mau lagi menerima masukan dari siapapun (baik itu nasehat dll ), atau pilih-pilih hanya mau menerima ilmu (nasehat) dari yang dia suka saja ..., bukan ilmu yg disampaikan, tapi siapa yang menyampaikan ...?

Tertutup hatinya.
Tertutup akal pikirannya.
Tertutup pendengarannya.
Tertutup logikanya.

Ia selalu merasa cukup dengan pendapatnya sendiri.

Parahnya lagi ...,

Dia tidak menyadari bahwa pemahamannya yang gagal itu, menjadi bahan tertawaan orang yang paham.

Dia tetap dengan dirinya,
dan dia bangga dengan
ke-gagal paham-annya ...

"Kok paham ada di tingkat terbawah dan gagal paham di tingkat yang paling tinggi ? Apa tidak terbalik ?"

"Orang semakin paham akan semakin membumi, menunduk, merendah."

Dia menjadi bijaksana, karena akhirnya dia tahu, bahwa sebenarnya banyak sekali ilmu yang belum dia ketahui, dia merasa se-akan2 dia tidak tahu apa-apa ...

Dia terus mau menerima ilmu, darimana-pun ilmu itu datangnya.

Dia tidak melihat siapa yang bicara, tetapi dia melihat ..., apa yang disampaikan ...!

Dia paham ...,

ilmu itu seperti air, dan air hanya mengalir ke tempat yang lebih rendah.

Semakin dia merendahkan hatinya, semakin tercurah ilmu kepadanya.

Sedangkan gagal paham itu ilmu tingkat tinggi.

dia seperti balon gas yang berada di atas awan.

Dia terbang tinggi dengan kesombongannya ...,
Memandang rendah ke-ilmuan lain yang tak sepaham dengannya,

Dan merasa akulah kebenaran ... !!!

Masalahnya ..., dia tidak mempunyai pijakan yang kuat, sehingga mudah ditiup angin, tanpa mampu menolak.
Sering berubah arah, tanpa kejelasan yang pasti.

Akhirnya dia terbawa ke-mana2 sampai terlupa jalan pulang ..., dia tersesat dengan pemahamannya dan lambat laun akan dibinasakan oleh kesombongannya ...

Dia akan mengakui ke-gagal paham-annya ..., dengan penyesalan yang amat sangat dalam.

"Jadi yang perlu diingat ...,
akal akan berfungsi dengan benar, ketika hatimu merendah ...
Ketika hatimu meninggi.., maka ilmu juga-lah yang akan membutakan si pemilik akal ..."

Ternyata di situlah kuncinya.

"Lidah orang bijaksana, berada didalam hatinya, dan tidak pernah melukai hati siapapun yang mendengarnya ..., tetapi hati orang dungu, berada di belakang lidahnya, selalu hanya ingin perkataannya saja yang paling benar dan harus didengar ... !!!"

"Ilmu itu open ending" Makin digali makin terasa dangkal.
Jadi kalau ada orang yang merasa sudah tahu segalanya, berarti dia tidak tahu apa...!!

Tulisan BAGUS ini kiriman seseorang yang tak ada nama penulisnya ( semoga Allah memuliakan beliau )

Jangan-jangan panutanmu itu ...?

Jika harta kekayaan dan tingginya status sosial adalah tolok ukur kesuksesanmu.

Coba periksa kembali, mungkin panutanmu bukanlah Rasulullah shallallahu alaihi wa salam ...

Tapi Fir'aun & Qarun.

Love Is

Love is not requested, but the love that comes naturally to every heart, without asking for a reply.

Kita Adalah Sengkun ??i!!!

Sengkuni ?? ... Siapa tidak kenal dengan tokoh satu ini??? Dalam epos Mahabaratha, Sengkuni digambarkan sebagai tokoh yang penuh kelicikan dan kejahatan... Dia adalah seorang antagonis sejati... Meskipun begitu, Sengkuni adalah sosok yang pintar, pandai bicara, dan akalnya banyak... Tapi, semua kelebihan yang dimilikinya, dia gunakan untuk berjalan di jalan yang salah... Dia adalah raja nya hasut, fitnah, memutar balikkan fakta, dan pandai men-siasati aturan... "Karya besar" dari Sengkuni adalah, perang Barathayuda...

Apakah kita mau jika kita disamakan dengan Sengkuni??? Apakah kita mau mempunya sifat seperti Sengkuni??? Tentu jawaban yang masuk akal, adalah tidak...
Tapi benarkah kita sudah bebas dari watak ala Sengkuni??? Mari kita jawab beberapa pertanyaan berikut...

1. Apakah kita, baik secara diam-diam atau bahkan terang-terangnya, sering merasa dengki, tidak senang, apabila ada rekan kita yang memperoleh kebahagiaan, atau kesuksesan???

2. Apakah kita, sering berusaha tampil baik, meski aslinya tidak baik di hadapan manusia lain??? Terlebih di depan atasan atau orang yang kita hormati???

3. Apakah kita sering menghalalkan segala cara, demi ambisi pribadi kita, tujuan kita, bahkan jika perlu menyakiti orang lain pun tidak apa-apa???

4. Apakah kita senang mencari keburukan orang lain dengan berbagai motif dan tujuan yang menguntungkan kita sendiri???

Semoga jawaban nya tidak... Jika jawaban dari semua pertanyaan di atas adalah "ya", mungkin anda-anda dekat dengan sifat dan sikap seorang Sengkuni...

Dahsyatnya berdo'a

Suatu kali seorang Ayah ditanya oleh anaknya:

"Mengapa Ayah selalu rajin berdo'a padahal keadaan ekonomi kita tetap biasa saja? Apa yang Ayah dapatkan dgn seringnya Ayah berdo'a secara teratur kepada Allah ?".

Sang Ayah menjawab:

"Tidak ada yang Ayah dapat, malah Ayah banyak kehilangan; tetapi ....... Ayah akan beritahu kepadamu Nak, apa-apa saja yang hilang itu ...".

Ternyata yang hilang adalah:
- Kekuatiran.
- Kemarahan.
- Depresi.
- Kekecewaan.
- Sakit Hati.
- Kerakusan.
- Ketamakan.
- Kebencian.
- Kesombongan.

"Setiap kali setelah berdo'a Ayah selalu kembali menjadi tenang.".

Kadangkala, jawaban atas do'a kita tidak selalu tentang "apa yang kita dapat" tetapi justru "apa yang hilang" dari kehidupan kita.

Janganlah selalu mengukur kebaikan Allah dari "apa yang kita dapat" karena terkadang Allah bekerja lewat "apa yang hilang" dari kehidupan kita...

Belajar jadi Manusia

Belajarlah jadi manusia
Sebelum belajar agama

Biar kelak setelah mengerti agama
tidak menjadikan diri sebagai tuhan

Jangan memaksakan orang lain untuk selalu mengikuti isi kepalamu
Hanya karena kau merasa dirimu benar, bukan berarti yang lain salah.

Cobalah untuk menghargai lebih
Sebelum ingin dihargai lebih

Kalau aku SALAH ... !
apakah KAMU benar?

Falaa tuzakkuu anfusakum…

Demikianlah bunyi salah satu potongan ayat al-Qur’an. Sebagaimana di dalam surat an-Najm ayat 32. Maknanya kurang lebih ialah: “oleh karena itu, janganlah kalian menilai sucinya diri-diri kalian”. Yaitu janganlah kalian merasa terbebas dari kelemahan, kekurangan, kesalahan dan dosa. Sikap menilai baiknya diri seperti ini disebut tazkiyah dan Alloh azza wajalla melarang setiap kita dari mentazkiyah diri-diri masing-masing.

sejatinya yang salah itu di benarkan, bukan disalahkan.