This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sunday, January 31, 2021

KETIKA MEMDAPAT AMANAH SEBAGAI PEMIMPIN

 Belajar banget dari kisah Umar bin Khattab yang saat itu menjadi khalifah negri.⁣

Beliau melihat ada rakyatnya yang kelaparan & sedang memasak batu.⁣

Seketika umar langsung pergi dan membawakan 1 karung gandum untuk rakyatnya ini..⁣

Asistennya Umar berkata "Biar Saya saja yang membawakan ini ya khalifah"⁣

Umar menjawab⁣

"Nggak usah, biar Saya saja. Apa kau mau bawa bebanku di hari Kiamat nanti?" 😭😭⁣

Memimpin itu harusnya bukan mencari nikmat. Tapi mencari keberkahan karena bisa menjadi wasilah untuk orang-orang yang berada di belakang kita.⁣

Sebuah pengingat untuk kita yang sedang dapat amanah menjadi pemimpin. 

MENUJU JALAN PULANG

Hampir setiap hari saya mendengar orang meninggal. Mulai dari tetangga, keluarga, sahabat, ulama, tokoh, sahabat sosmed dll.

Betapa kematian itu begitu dekat.

Betapa hidup di dunia begitu singkat.

Betapa malu bekal ini masih belum cukup

Banyak cerita orang yang meninggal dengan segala kebaikannya. MasyaAllah.

Semoga kita bisa mengikuti jejak mereka.

Husnul khotimah...

“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu.

Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. 

Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya,”

(QS Ali Imran: 185)

BOSENAN ITU AKHLAK YANG BURUK

Amr bin Ash radhiyallahu'anhu berkata,

"Saya tidak bosan dengan pakaianku selama masih bisa dikenakan, saya tidak bosan dengan

istriku selama ia masih memperlakukanku

dengan baik, dan saya tidak bosan dengan kendaraanku selama ia masih bisa membawaku,

sesungguhnya sifat bosan termasuk akhlak yang buruk."

(Siyar A'lamin Nubala 3/57)

DOA SEORANG MUSLIM UNTUK SAUDARANYA

 وَعَنْهُ : أَنَّ رَسُولَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – كَانَ يَقُوْلُ : (( دَعْوَةُ المَرْءِ المُسْلِمِ لِأَخِيْهِ بِظَهْرِ الغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ ، عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ كُلَّمَا دَعَا لأَخِيهِ بِخَيْرٍ قَالَ المَلَكُ المُوَكَّلُ بِهِ : آمِينَ ، وَلَكَ بِمِثْلٍ )) . رَوَاهُ مُسْلِمٌ .


Dari Abu Darda’ bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Doa seorang muslim untuk saudaranya yang tidak ada di hadapannya pasti dikabulkan. Di dekat kepala orang tersebut ada malaikat yang diberi tugas untuk itu. Setiap kali seorang muslim berdoa kebaikan untuk saudaranya, maka malaikat yang diberi tugas itu berkata, “Aamiin, dan untukmu seperti doa itu.” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 2733]


Faedah ayat dan hadits


Doa bi zhahril ghaib adalah doa ketika yang didoakan tidak hadir atau diam-diam mendoakannya. Hadits ini menunjukkan keutamaannya.

Li akhi-hi dalam hadits yang dimaksud adalah saudaranya seislam yang didoakan. Islam selalu ingin menguatkan persaudaraan di antara sesama orang beriman dalam setiap keadaan dan setiap waktu.

Mustajaabah (terkabul), di situ ada huruf siin, menunjukkan makna mubaalaghoh, artinya doa tersebut benar-benar diijabahi. Berarti doa bi zhahril ghaib tidak tertolak.

Islam menganjurkan untuk mendoakan diri sendiri dan mendoakan saudaranya baik dalam urusan dunia maupun akhirat.

Seseorang yang mendoakan saudaranya akan mendapatkan seperti yang ia doakan.

Ada malaikat yang bertugas hanya untuk mendengar doa bi zhahril ghaib.

Malaikat hanyalah diperintahkan untuk amalan baik.

Doa bi zhahril ghaib dikhususkan dalam hadits karena lebih menunjukkan keikhlasan dan hadirnya hati (besarnya harapan).


baca tulisan lengkapnya di Rumaysho:

https://rumaysho.com/23044-sudah-doakan-saudaramu-di-saat-ia-tidak-di-hadapanmu.html

PESAN K. Dimyati Banten

K. Dimyati Banten


"Jangan meninggalkan ngaji karena sibuk urusan atau karena umur/usia"

(KH. Abuya Dimyati, Banten)


Semoga kita senantiasa mendapat Ridlo dari Allah, Syafaat dari Rasullullah, Karomah para Waliyullah, Barokah para Kiai dan Habaib serta wasilah doa orang tua kita. Alfatihah.

Ridho Allah dari Ridlo Orang Tua.



Abah Guru Sekumpul merupakan contoh teladan dalam berbakti kepada orang tua. Walaupun sangat sibuk dengan proses belajar mengajar di Majelis beliau, serta setiap hari menerima tamu yang datang, namun Abah Guru Sekumpul tidak pernah meninggalkan kewajiban sebagai anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya.


Sejak kecil hingga usia tuanya, Abah Guru Sekumpul selalu berada disamping orang tuanya. Beliau tidak tega untuk berpisah dengan orang tuanya, sehingga sampai wafat kedua orang tuanya selalu tinggal serumah. Setiap hari beliau selalu berkhadam, melayani dan mengabdikan dirinya untuk kedua orang tuanya. Lebih-lebih saat orang tua beliau sakit, sekejappun beliau enggan untuk menjauh dari orang tuanya, kecuali dalam kondisi sangat mendesak.


Itulah akhlak beliau terhadap kedua orang tuanya yang sungguh luar biasa.

Dan meski setiap hari dengan setia selalu melayani orang tuanya, beliau juga tidak lupa memohon keampunan kedua orang tuanya.


Pernah Abah Guru Sekumpul berucap di Majelis beliau, "AKU TIAP HABIS SUBUH MEMINTA AMPUN KEPADA IBUKU , BERSUJUD MENCIUM LUTUT BELIAU". Dalam hal apapun, meski sudah menjadi orang besar dan berpengaruh, Abah Guru Sekumpul tetap meminta pendapat, musyawarah dan minta izin dengan orang tuanya.


Setiap kali akan menghadiri undangan baik dekat maupun jauh, selalu beliau meminta izin dan restu dari orang tua beliau. Dan setiap kali menghadiri undangan itu, selalu mencium tangan orang tuanya, baik saat berangkat maupun saat kembali.


Sungguh merupakan contoh akhlak yang sangat luar biasa terhadap orang tua, di zaman manusia tidak terlalu perduli lagi tentang akhlak terhadap orang tua.


Sehingga tidaklah aneh, jika beliau mendapat penghargaan luar biasa dari Allah SWT, berupa maqom dan kedudukan yang sangat mulia disisi-Nya.


Ibunda beliau Hj. Masliyah sendiri mengakui sikap Guru Sekumpul yang senantiasa memelihara dan menjaga akhlak beliau terhadap kedua orang tuanya, "SI ANANG (SEBUTAN SAYANG UNTUK ABAH GURU DARI IBUNDA BELIAU) INI KADA (TIDAK) PERNAH MENYAKITI HATI UNDA (AKU)".


Masya Allah. Inilah akhlak Rasulullah. Ridho Allah dari Ridlo Orang Tua.

Jualan saja, tawarkan saja

Positif saja.. Tawarkan saja,

Jual terus.. Kalau ada yang bilang

Daganganmu mahal... Anggap saja mereka Bukan pasarmu.

Kalau ada yang sudah Nge FIX lalu hilang Jangan marah karena itu berarti Belum rezekimu, Bukan karena foto-foto atau kata-kata Dicaption atau Harga yang murah Yang menarik pembeli, ALLAH lah yang akan Menggerakkan pembeli-pembeli itu.

DOA AGAR DITERIMA AMAL IBADAH DAN TAUBAT


رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

Robbanaa taqobbal minnaa innaka antas samii’ul ‘aliim, watub ’alainaa innaka intat tawwaa burrokhiim.

“Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”. (QS. Al Baqarah : 127 & 128)


Tiga faktor penyelamat, tiga faktor perusak, tiga faktor derajat, tiga faktor penebus dosa

 Dari abdurahman bin shakh, abi hurairoh dia berkata

Baginda Nabi bersabda:

‎ثلاث منجيات وثلاث مهلكات وثلاث درجات وثلاث كفارة

Tiga faktor penyelamat, tiga faktor perusak, tiga faktor derajat, tiga faktor penebus dosa.

‎اما المنجيات فخشية الله تعالى في السر والعلانية، والقصد في الفقر والغنى، والعدل في الرضى والغضب

Adapon tiga faktor penyelamat adalah, Takwa kepada Allah swt di kesepian dan di depan umum,

Sederhana, baik dalam kefakiran dan kecukupan, dan bersikap adil di waktu senang dan marah.

‎وأما المهلكات فسح شديد وهوى متبع وإعجاب المرء بنفسه

Adapon tiga faktor perusak adalah

Teramat kikir

Menuruti hawa nafsu

Membagakan diri sendiri.

‎وأما الدرجات فافشاء السلام و إطعام الطعام والصلاة بالليل والناس نيام

Adapon tiga faktor derajat adalah

Menyebarkan salam

Memberi makan

Salat malam ketika orang orang sedang tidur.

‎وأما الكفرات فاسباغ الوضوء في السبرات ونقل الأقدام إلى الجماعات وانتظار الصلاة بعد الصلاة

Adapun tiga faktor penebus dosa adalah

Menyempurnakan wudhu dalam keadaan cuaca dingin

Melangkahkan kaki menuju jamaah solat

Menunggu salat berikutnya setelah salat yang di lakukan (Nashaihul 'ibad).

REZEKI ITU MISTERI, MATI ITU PASTI

Karyawan menuggu gaji

Pedagang menunggu pembeli

Bang Ojol menungguhp nya bunyi

Kita sama-sama lunya rezeki

Rezeki, jangankan direbut orang, tertukar pun tidak


Semoga Allah limpahkan rezeki halal yang berkah berlimpah untuk semua sahabat dihari ini dan selamanya..

"Dan tidak ada suatu binatang melatapun dibumi, melainkan Allah yang memberi rezekinya dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat peyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata ”.

(QS. Hud: 6)

Tugas kita terus ikhtiar dan berdoa.

Memantaskan diri dihadapan Nya.

Semoga Allah mudahkan semua urusan kita.

“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menjadikan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya”

(QS. At Thalaq: 2)


KETIKA RUMAH TANGGA SEDANG DIUJI

 Dalam kehidupan berumah tangga apalagi suami dan istri pasti pernah mengalami gesekan ataupun konflik. Tapi apakah kita sebagai suami sudah mulai menyadari, sebetulnya dimana letak kesalahan hingga percekcokan selalu muncul dan seakan tidak ada ujung pangkalnya.

Apabila kondisi tidak kondusif maka carilah orang penengah antara suami dan istri. Orang penengah ini bisa pemimpin rohani ataupun orangtua. Mengapa harus ada orang penengah itu ?? Karena orang penengah atau pemimpin rohani mempunyai pengaruh untuk mendamaikan, menegur, mengarahkan atau bahkan memberikan pendisiplinan dengan tujuan agar rumah tangga yang ada dapat kembali kepada jalan yang benar. Sehingga pemulihan pun terjadi di antara suami dan istri

IJAZAH DOA MEMBUKA PERKARA YANG TERTUTUP

Habib Anis bin Alwi Al-Habsyi Solo dikenal seorang habib yang sangat tawadhu’ dan murah senyum.. Siapa saja yang datang kepadanya, selalu sejuk hatinya sebab senyum Habib yang luar biasa. Belum mendapatkan ilmu dan nasehat saja, hati terasa bahagia apalagi kalau sudah mendapatkan ilmu dari Habib Anis, cucu Habib Ali penyusun Maulid Simtut Duror ini..

Habib Anis memberikan ijazah doa kepada kita agar bisa membuka perkara-perkara yang masih tertutup..

Berikut ini doanya

يا رب صل علی محمد ، وافتح من الخير کل مغلق

Ya Rabbi Shalli ‘Ala Muhammad Waftah minal Khairi kulla Mughlaq

Wahai Tuhanku, Sampaikanlah shalawat kepada Nabi Muhammad. Dan bukalah setiap yang terkunci dari setiap kebaikan...

Doa ini dibaca 10 kali setelah solat Subuh dan solat Asar..

Kalau istiqamah membacanya In Shaa Allah, Allah swt akan tampakkan baginya apa saja yang tertutup.. Apakah itu berupa rezki, jodoh, kebaikan dan sebagainya..

Membaca Al-Mu’awwidzatain Pagi dan Petang

1. Al-Mu’awwidzatain yang dimaksud dalam hadis adalah surah Al-Falaq dan surah An-Naas karena dua surah tersebut berisi meminta perlindungan kepada Allah dari kejelekan setiap makhluk, dari kejahatan di waktu malam, dari kejelekan tukang sihir, dari kejelekan orang yang hasad, dan dari kejelekan was-was setan.⁣
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ⁣
2. Hadis tersebut menunjukkan keutamaan tiga surah yaitu surah Al-Ikhlash, Al-Falaq, dan An-Naas.⁣
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ⁣
3. Disunnahkan membaca surah Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Naas pada Subuh dan petang hari sebanyak tiga kali.⁣
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ⁣
4. Siapa saja yang membaca tiga surah ini dan meminta perlindungan kepada Allah, maka akan diberikan kecukupan serta penjagaan.⁣
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ⁣
Yuk amalkan, sebarkan, istikamahkan :)⁣
(rumaysho.com)

MENJADI ISTRI YANG MENYENANGKAN HATI SUAMI

Salah satu karakter wanita shalihah adalah mampu menyenangkan hati suami ketika suami melihatnya, baik karena pakaian, dandanan, atau sebab-sebab yang lainnya. Lebih-lebih karena sang istri tersebut senantiasa menaati suami dan merespon perintah suami dengan penuh ketaatan, tanpa diiringi rasa sombong (congkak) atau merasa memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada suami.

Wanita yang paling baik

Marilah kita renungkan sebuah hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya, “Perempuan seperti apa yang paling baik?”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ، وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ، وَلَا تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ

“Yang paling menyenangkan jika dilihat suami, mentaati suami jika suami memerintahkan sesuatu, dan tidak menyelisihi suami dalam diri dan hartanya dengan apa yang dibenci oleh suaminya.” (HR. An-Nasa’i no. 3231, dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani)

Maksud, “tidak menyelisihi suami dalam diri dan hartanya dengan apa yang dibenci oleh suaminya”, misalnya sang suami tidak suka melihat istri memakai baju jenis tertentu, padahal baju tersebut sangat disukai oleh sang istri. Maka seorang istri shalihah akan mendahulukan keinginan suami daripada selera dirinya sendiri.

Inilah karakter wanita (istri) yang terbaik, yaitu dia berusaha memperbagus dan mempercantik dirinya ketika berada di hadapan suaminya atau setiap kali dia bersama dengan suami. Demikian pula, perhatian dan fokus utama seorang istri adalah berkaitan dengan kebutuhan, keinginan, dan perintah sang suami.

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/57646-menjadi-istri-yang-menyenangkan-hati-suami.html

JIKA SUAMI MALAS SHALAT

Shalat adalah sebuah kewajiban yang tidak akan gugur dari seorang manusia selagi dia bernafas dan punya ingatan, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda kepada ‘Imran ibn Husain radhiallahu ‘anhu,

صَلِّ قَائِمًا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِداً، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلىَ جَنْبٍ

“Shalatlah dalam keadaan berdiri, jika anda tidak mampu maka dengan duduk, jika tidak mampu maka dengan (berbaring) di atas lambung.”

 (Al-Bukhari, 1006)

Beberapa hal yang insyaAllah dapat membantu agar suami mau shalat, sebagai berikut:

(1) Menyandarkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, tunduk kepada-Nya demi hidayah kepada suami, dan yang benar adalah kita berdo’a untuk seseorang di waktu malam, dan mendakwahinya di waktu siang.

(2) Mengambil jalan masuk yang baik menasihatinya, mengetengahkan kata-kata yang indah, memilih waktu-waktu yang sesuai, dan sebutkanlah kebaikan-kebaikan serta sifat-sifatnya yang baik.

(3) Mendorong orang-orang shalih dari mahrammu untuk menziarahinya dan mengajaknya shalat.

(4) Membeli kaset-kaset, dan buku-buku kecil yang menjelaskan hukum orang yang meninggalkan shalat, serta hukuman orang yang meremehkan pelaksanaan shalat.

(5) Menjelaskan bahayanya meninggalkan shalat tepat pada waktunya.

(6) Menggunakan sarana-sarana dan "senjata" berpengaruh yg dimiliki oleh seorang wanita untuk memaksanya agar rutin mengerjakan shalat, seperti menolak makan bersamanya, duduk dengannya, serta menolak tidur di pembaringan, dan tdk ada larangan menyampaikan keinginan cerai jika dia tdk menjaga pelaksanaan shalat.

https://konsultasisyariah.com/7929-suami-malas-shalat.html

Semoga keturunanku rajin sholat dan mendapatkan pasangan yang rajin sholat dan saling mengingatkan pentingnya sholat

DOA AGAR DIMUDAHKAN MENDAPAT PASANGAN


رَبَّنَا هَبْ لَـنَا مِنْ اَزْوَا جِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّا جْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَا مًا

"Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa." (QS. Al-Furqan 74))

Namun jangan lupa kita pun harus berikhtiar juga memperbaiki diri kita, lebih mendekatkan diri kepada Allah selaku yang menciptakan bumi dan seisinya, karena jodoh itu adalah cerminan diri kita. jadi jodoh yang datang kelak adalah yang dapat mendekatkan diri kita kepada Allah Subahanahu wa ta'ala, saling mengingatkan dalam ketaatan. karena sejatinya menikah seorang muslim adalah mencari ridho Allah semata, sehingga kelak bahtera rumah tangga selalu dalam naungan dan perlindungan Allah.

SINYAL KEIMANAN

 banyak pesan iman dan kebesaran Allah dan apa apa yang disampaikan oleh Rasulullah ﷺ

Bagaimana Allah menciptakan sesuatu, menumbuhkanNya hingga mematikannya, semua tampak nyata jika manusia mampu melihatnya dengan iman dan ilmu

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Jarak antara kedua tiupan empat puluh.” Abu Hurairah bertanya, “(Apakah) empat puluh hari.” Beliau menjawab, “Aku belum bisa memastikan.” Abu Hurairah bertanya, “(Apakah) empat puluh bulan.” Beliau menjawab, “Aku belum bisa memastikan.” Abu Hurairah bertanya, “(Apakah) empat puluh tahun.” Beliau menjawab, “Aku belum bisa memastikan.”

Beliau bersabda, “Kemudian Allah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mereka pun tumbuh sebagaimana tumbuhnya tanaman.

Tidak ada sesuatu pun dari jasad manusia kecuali telah hancur kecuali satu tulang, yaitu tulang ekornya, dan dari sanalah manusia tersusun kembali pada hari Kiamat.” (HR. Bukhari, no. 4935 dan Muslim, no. 2955)

Maka bisa jadi seseorang akan tersentuh hatinya dan imannya dengan ini semua jika “sinyal” dirinya dengan Robbnya terjaga dan terpelihara

Ibarat smartphone, mau sebagus apapun fiturnya jika tidak ada sinyal maka tidak akan bisa di gunakan fitur fitur tersebut, demikian juga manusia, jika ia tak terhubung kepada Robbnya dalam bentuk “sinyal sinyal” keimanan, mau dibilang ini haram, bertakwalah kepada Allah, takutlah kepada Allah, dan segudang nasehat dari agama ini, takkan bisa masuk kedalam dirinya, disinilah pentingnya hidayah dan diperintahkannya kita meminta hidayah kepada Allah ﷻ

Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur'an itu adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu? QS Fussilat 53

PISANG DALAM AL QURAN, SERTA MANFAATNYA

 Al Quran menyebut pisang sebagai buah surga, "Berada di antara pohon bidara yang tidak berduri, pohon-pohon pisang bersusun-susun buahnya. Lahan yang terbentang luas dan air yang berlimpah membuat pohon selalu berbuah. Tidak berhenti buahnya dan tidak terlarang mengambilnya." (QS al-Waqi'ah: 28-33).

Menurut penelitian, pisang mengandung kadar vitamin A, B1, C, lemak, mineral (kalium, klorin, natrium, magnesium, posfor ), karbohidrat, dextrose, air, sukrosa, levulose, zat putih telur, dan zat tepung. Berikut ini adalah manfaat pisang yang luar biasa

Sumber Energi

Pisang kaya vitamin B6. Buah ini dapat memancing reaksi-reaksi unsur kimia dari protein dan asam amino. Unsur kimiawi ini meningkatkan produksi sel darah merah, menjaga keseimbangan tubuh, membantu produksi energi. Pisang dapat menyembuhkan anemia (kekurangan sel darah merah dalam darah atau dalam kadar hemoglobin penderita

Menyembuhkan Demam

Buah yang sangat bergizi ini terdiri atas air (75 persen), protein (1,3 persen), dan lemak (0,6 persen). Tiap buah pisang juga mengandung karbohidrat dan potasium dalam jumlah cukup. Di samping menolong menyembuhkan banyak penyakit, pisang sangat dianjurkan untuk penyembuhan demam, gangguan sistem kerja pencernaan, kejang-kejang, dan terkilir. Jumlah potasium yang dikandungnya mencapai 0,24 persen. Kandungan ini memfasilitasi pembuangan ampas dari tubuh

Menurunkan Tekanan Darah

Pisang menurunkan tekanan darah. Saat tensi darah naik, biasanya meng akibatkan kepala pusing. Jika dibiarkan meningkat maka akan berdampak pada pecahnya pembuluh darah. Nah, untuk mengurangi tensi darah, seseorang bisa mengonsumsi pisang. Buah ini sangat mung kin diolah untuk beragam sajian, seperti jus yang dicampur dengan buah lainnya. Bisa juga dimakan langsung.

KREDIT AGAR TIDAK RIBA, BEGINI CARANYA

JUAL-BELI SISTEM KREDIT (CICILAN)

• Secara umum, jual beli dgn sistem kredit diperbolehkan oleh syariat. Hal ini berdasarkan pada beberapa dalil, di antaranya adalah:

1. Firman Allah Ta’ala:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا تَدَايَنْتُمْ بِدَيْنٍ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى فَاكْتُبُوهُ .

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yg ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.” (QS. Al Baqarah : 282)

Ayat di atas adalah dalil bolehnya akad hutang-piutang, sedangkan akad kredit merupakan salah satu bentuk hutang, sehingga keumuman ayat di atas bisa menjadi dasar bolehnya akad kredit.

2. Hadis ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan,

اشْتَرَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ يَهُودِيٍّ طَعَامًا بِنَسِيئَةٍ، وَرَهَنَهُ دِرْعَهُ .

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membeli sebagian bahan makanan dari seorang yahudi dengan pembayaran dihutang dan beliau juga menggadaikan perisai kepadanya.”. (HR. Bukhari:2096 dan Muslim: 1603)

Dalam hadis ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membeli bahan makanan dgn sistem pembayaran dihutang, itulah hakikat kredit.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا .

“Dan Allah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba”. [al Baqarah : 275].

Para ulama sepakat menghalakan jual beli dengan sistem kredit, asalkan memenuhi beberapa persyaratan. Sebagai syarat harus dipenuhi ketentuan berikut:

1. Harga harus disepakati di awal transaksi meskipun pelunasannya dilakukan kemudian. Misalnya: harga rumah 100 juta bila dibayar tunai dan 150 juta bila dibayar dalam tempo 5 tahun.

2. Tidak boleh diterapkan sistem perhitungan bunga apabila pelunasannya mengalami keterlambatan sebagaimana yg sering berlaku (tidak boleh ada denda atau penalty)

3. Pembayaran cicilan disepakati kedua belah pihak & tempo pembayaran dibatasi sehingga terhindar dari praktek bai` gharar (penipuan).

(Catatan : Barang yang akan dijualbelikan harus sah, dimiliki oleh penjual sebelum dijual ke konsumen)

https://m.eramuslim.com/umum/batasan-mengambil-keuntungan-dengan-kredit.html

Saturday, January 30, 2021

JANGAN KAU DIKENDALIKAN PERASAANMU (BAPER)

Ibnu 'Utsaimin rahimahullah berkata,

لا تأخذك العاطفة، فالعاطفة إن لم تكن مبنية على العقل والشرع صارت عاصفة تعصف بك وتُطيح بك في الهاوية

"Janganlah engkau disetir oleh perasaan. Sebab, perasaan itu jika tidak dibangun diatas akal dan syariat, ia akan menjadi badai yang menerbangkanmu dan menghempaskan dirimu ke dalam neraka." (Majmu Fatawa Ibnu Utsaimin 24/532)

Asy-Syaikh Rabi’ bin Hady al-Madkhaly hafizhahullah berkata:

نحن لا نمشي مع العواطف، نمشي مع الحجة والبرهان.

"Kita tidak boleh berjalan mengikuti perasaan, tetapi kita berjalan mengikuti hujjah dan bukti."


Sedekah Harus Dari Harta Yang Halal

Sedekah yang diterima hanyalah dari harta halal. Dengan harta haram, harta riba, dan harta syubhat tidaklah disebut sebagai sedekah. Ketika dikeluarkan untuk maslahat kaum muslimin, tujuannya hanyalah pencucian harta kita dari yang haram. Di antara hadits yang menjelaskan sedekah yang diterima hanyalah dari yang halal diterangkan dalam hadits yang Rumaysho.Com bahas kali ini.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah seseorang bersedekah dengan sebutir kurma dari hasil kerjanya yang halal melainkan Allah akan mengambil sedekah tersebut dengan tangan kanan-Nya lalu Dia membesarkannya sebagaimana ia membesarkan anak kuda atau anak unta betinanya hingga sampai semisal gunung atau lebih besar dari itu”. (HR. Bukhari no. 1410 dan Muslim no. 1014).

Yang dimaksud dengan pekerjaan yang thoyyib adalah pekerjaan yang terlepas dari penipuan dan pengelabuan. Namun lihat saja tindak tanduk kaum muslimin saat ini. Banyak kaum muslimin yang tidak ambil peduli dengan hadits ini. Koruptor dan penipuan malah muncul dari kaum muslimin. Wallahul musta’an, semoga Allah melindungi kita dari kerusakan semacam itu.

https://rumaysho.com/5800-sedekah-dari-harta-halal.html

Mintalah Kepada Allah Sampai Perkara Remeh Sekalipun

Berdoalah kepada Allah, meminta segala sesuatu, dari perkara besar sampai perkara kecil-kecil. Allah Ta’ala berfirman: “Berdoalah kepadaKu, Aku akan kabulkan doa kalian. Sungguh orang-orang yang menyombongkan diri karena enggan beribadah kepada-Ku, akan dimasukkan ke dalam neraka Jahannam dalam keadaan hina dina” (QS. Ghafir: 60). .

Dalam sebuah hadits qudsi, Allah Ta’ala berfirman: “Wahai hamba-Ku, kalian semua kelaparan, kecuali orang yang aku berikan makan. Maka mintalah makan kepadaku, niscaya aku akan berikan. Wahai hamba-Ku, kalian semua tidak berpakaian, kecuali yang aku berikan pakaian, Maka mintalah pakaian kepada-Ku, niscaya akan aku berikan” (HR. Muslim no. 2577).

Perhatikan, urusan makan dan pakaian, Allah perintahkan kita untuk meminta kepada-Nya. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Barangsiapa yang mengangankan sesuatu (kepada Allah), maka perbanyaklah angan-angan tersebut. Karena ia sedang meminta kepada Allah Azza wa Jalla” (HR. Ibnu Hibban no. 889, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami’ no. 437).

Aisyah radhiallahu ta’ala ‘anha juga mengatakan: “Mintalah kepada Allah bahkan meminta tali sendal sekalipun” (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman 2/42, Al Albani berkata: “mauquf jayyid” dalam Silsilah Adh Dha’ifah no. 1363).

Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan: “Dahulu para salaf meminta kepada Allah dalam shalatnya, semua kebutuhannya sampai-sampai garam untuk adonannya dan tali kekang untuk kambingnya” (Jami’ Al Ulum wal Hikam, 1/225). Maka perbanyaklah doa kepada Allah, bahkan perkara yang kecil-kecil karena semakin menunjukkan kefaqiran kita di hadapan Allah Ta’ala.

Wallahu a’lam.

Artikel: Muslim.Or.Id

Kisah Guru Bangil Bertemu 40 Wali Allah

Kisah Guru Bangil Bertemu 40 Wali Allah yang Bersembunyi di Makam Sunan Ampel.

Siapa yang tak kenal dengan Guru Bangil (KH Syarwani Abdan Pasuruan)? Pastinya setiap tahun ketika haul beliau ramai Masyarakat Banjar Kalimantan Selatan yang pergi ke pulau Jawa untuk menghadiri haul beliau.

Beliau adalah Gurunya KH. Muhammad Zaini bin Abdul Ghoni atau yang masyhur dengan panggilan Abah Guru Sekumpul. Guru Bangil adalah salah satu keturunan Syekh Arsyad Al-Banjari yang memilih tinggal di Pasuruan Jawa Timur.

Menurut cerita dari salah satu guru Pengajar di Pondok Pesantren Darussalam Martapura, Guru Bangil memiliki Guru yaitu Syaikh Ja’far Syaikhon/Habib Ja’far bin Syaikhon Assegaf Pasuruan. Beliau adalah seorang Wali Qutub nya Jawa pada zamannya. Suatu ketika beliau pernah berucap kepada Guru Bangil.

“Di tanah Jawa, yang menahan (menjadi penyandang bala) ada 40 orang wali mastur, jika ingin menemui mereka, maka ziarahlah ke Ampel.”

Lalu, pergilah KH Syarwani Abdan ke makam Sunan Ampel, sambil berjalan beliau melihat seseorang yang berjualan es, saat dilewati tiba tiba yang jualan es teriak.

“Anaa wahid min arba’iin (aku salah satu dari yang empat puluh).”

Berjalan terus Guru Bangil, tiba-tiba berjumpa dengan pedagang mainan lalu berteriak pedagang mainan tersebut

“Ana wahid min arba’in (Saya salah satu dari yang empat puluh).”

Sampai seterusnya hingga yang ditemui beliau sampai 40 orang yang berpakaian biasa, tidak bersurban, tidak berselendang dan lain lain.

Inilah para Wali Allah Ta’ala.

Maa syaa Allah, yang namanya Waliyullah tidak dapat ditebak.

Semoga kita senantiasa mendapat Ridlo dari Allah, Syafaat dari Rasullullah, Karomah para Waliyullah, Barokah para Kiai dan Habaib serta wasilah doa orang tua kita. Alfatihah.

Lalu, Guru PP Darussalam yang bercerita tersebut berucap,

لولا المستور لا خلق المشهور

“Jika tiada yang mastur (tersembunyi) pasti tidak ada yang masyhur.”

Ambil i’tibar, janganlah menghina orang lain, janganlah sangka jahat dengan orang lain, siapa tahu yang kita hina, yang kita sangka jahat itu adalah Waliyullah.

Mari bersangka baik antar sesama manusia, jangan ada perbantahan dan perdebatan yang tidak penting, karena hanya membuang-buang waktu dan menyia-nyiakan umurmu.

Allahumma berkat Rasulullah saw dan berkat wali waliyullah mudah mudahan kita dan keluarga kita ya allah …

Mendapat ampunan segala dosa dan terkumpul dalam surga bighoiru hisab..

امین امین امین

Demikianlah kisah Guru Bangil saat bertemu 40 Wali Allah yang bersembunyi di makam Sunan Ampel.

Wallahul muwafiq ilaa aqwamithoriq tsummassalamu alaikum wa rohmatullah wabarakatuh.

Wallahu a’lam

Sumber: https://soffar.com/kisah-guru-bangil-bertemu-40-wali-allah-yang-bersembunyi-di-makam-sunan-ampel/

GHIBAH : BAGI-BAGI PAHALA TANPA SADAR

Seorang syeikh ditanya:

“Ada seseorang yang rajin sholat malam dan melakukan banyak amal ketaatan, tapi sayangnya ia banyak ghibah (menggunjing) orang?"

Syeikh menjawab:

“Mungkin Allah memang menjadikannya beramal untuk diberikan pahalanya kepada orang lain !"

Sungguh kerugian yang nyata. Semoga Allah menyelamatkan kita dari ghibah, meski banyak yang melakukannya dengan polesan agama. Amin...

Ustadz Musyaffa' Ad Dariny

KENAPA WAJAH ORANG YANG RAJIN SHALAT MALAM BERCAHAYA?

Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata :

لم أجد من العبادة شيئا أشد من الصلاة في جوف الليل

“Aku tidak mendapati satu pun (di antara) ibadah yang lebih berat daripada shalat di sepertiga malam yang terakhir.”

Ada yang bertanya kepada beliau :

ما بال المتهجدين أحسن الناس وجوها؟

“Mengapa orang yang bertahajud adalah orang yang terbagus wajahnya?”

Beliau rahimahullah menjawab :

لأنهم خلوا بالرحمن فألبسهم من نوره

“Karena mereka khusyuk menyendiri bersama Allah, maka Allah berikan cahaya untuknya.”

Mukhtasar Minhajul Qashidin hal. 67

TANDA ALLAH MENGHENDAKI KEBAIKAN PADAMU

Muhammad bin Ka'ab Al-Qurthubi rahimahullah berkata,

‎إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدِهِ خَيْرًا، جَعَلَ فِيْهِ ثَلَاثَ خِصَالٍ: فَقِيْهًا فِي الدِّيْنِ وزَاهِدًا فِي الدُّنْيَا وَبَصَرًا بِعُيُوْبِهِ

“Apabila Allah Ta'ala menghendaki seorang hamba menjadi baik, maka Diajadikan pada dirinya tiga perkara: faqih terhadap urusan agama, zuhud terhadap dunia, dan mampu melihat aib-aib dirinya.” 

Shifat Ash-Shafwah: 2/132

BAGI PECINTA KUCING

Bagi mereka pecinta kucing, hewan berbulu ini kerap kali dijadikan mood booster. Apa lagi tingkahnya yang lucu bisa bikin kita gemas saat melihatnya.

Tak hanya nabi, istri nabi sendiri, Aisyah binti Abu Bakar pun amat menyukai kucing

Seorang sahabat yang juga ahli hadits, Abdurrahman bin Shakhr Al-Azdi, yang lebih dikenal dengan panggilan Abu Hurairah, adalah seorang Sahabat Nabi yang terkenal dan merupakan periwayat hadits yang paling banyak disebutkan dalam isnad-nya oleh umat Islam

diberi julukan Abu Hurairah (bapak para kucing kecil), karena kegemarannya dalam merawat dan memelihara berbagai kucing di rumahnya

“Kucing ini tidak najis. Sesungguhnya kucing merupakan hewan yang sering kita jumpai dan berada di sekeliling kita. ” (HR. At Tirmidzi, Abu Daud, An Nasa’i, Ibnu Majah, Ad Darimi, Ahmad, Malik. Syaikh Al Albani dalam Irwa’ul Gholil no. 173 mengatakan bahwa hadits ini shohih)

Hingga saat ini, mulai dari Damaskus, Istanbul, hingga Kairo, masih bisa kita jumpai kucing-kucing yang berkeliaran di pojok-pojok masjid tua dengan berbagai macam makanan yang disediakan oleh penduduk setempat

TANPA SADAR MENJADI WANITA PEZINA

“Seorang perempuan yang mengenakan wewangian lalu melalui sekumpulan laki-laki agar mereka mencium bau harum yang dia pakai maka perempuan tersebut adalah seorang pelacur.” (HR. An-Nasa’i, Abu Daud, Tirmidzi, dan Ahmad. Syaikh Al-Albani dalam Shahihul Jami’ , no. 323 mengatakan bahwa hadits ini shahih)

maksud hadits tersebut adalah parfum untuk keluar rumah dan laki-laki bisa mencium wanginya dan bisa membangkitkan syahwat laki-laki.

Al-Munawi rahimahullah berkata,

والمرأة إذا استعطرت فمرت بالمجلس فقد هيجت شهوة الرجال بعطرها وحملتهم على النظر إليها، فكل من ينظر ‏إليها فقد زنا بعينه، ويحصل لها إثمٌ لأنها حملته على النظر إليها وشوشت قلبه، فإذن هي سببُ زناه بالعين، فهي أيضاً زانية

“Wanita jika memakai parfum kemudian melewati majelis (sekumpulan) laki-laki maka ia bisa membangkitkan syahwat laki-laki dan mendorong mereka untuk melihat kepadanya. Setiap yang melihat kepadanya maka matanya telah berzina. Wanita tersebut mendapat dosa karena memancing pandangan kepadanya dan membuat hati laki-laki tidak tenang. Jadi, ia adalah penyebab zina mata dan ia termasuk pezina.” (Faidhul Qadir, 5:27, Makatabah At-Tijariyah, cet. 1, 1356 H, Al-Maktabah Asy-Syamilah)

وطيب النساء ما ظهر لونه وخفي ريحه) قالوا: هذا فيمن تخرج من بيتها وإلا فلتطيب بما شاءت

“Maksud dari ‘wewangian perempuan adalah yang warnanya jelas namun baunya tidak begitu nampak’. Ulama berkata, ‘Ini bagi perempuan yang hendak keluar dari rumahnya. Jika tidak, ia bisa memakai parfum sekehendak hatinya.’” (Syarh Asy-Syama’il, 2:5)

Catatan :

Oleh karena itu, jika parfum dengan wangi sedikit/samar atau untuk sekadar menetralkan bau, (misalnya: deodoran), maka boleh. Selain itu, jika untuk suami, silakan berwangi seharum mungkin. Perlu diperhatikan bahwa parfum wanita warnanya jelas.

Semoga bermanfaat

ikhwan.id

LARANGAN BERKHALWAT

Rasulullah bersabda : Jangan sampai seorang lelaki berdua-duaan dengan seorang perempuan. Jika terjadi makhluk ketiganya adalah setan.” (HR. Ahmad 177, Turmudzi 2165, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth)

Para ulama madzhab Syafii mengatakan, apabila seorang lelaki mengimami istrinya atau mahramnya, dan berduaan dengannya, hukumnya boleh . Karena boleh berduaan dengan istri atau mahram di luar shalat. Namun jika dia mengimami wanita yang bukan mahram dan berduaan dengannya, hukumnya haram bagi lelaki itu dan haram pula bagi si wanita. (al-Majmu’ Syarh al-Muhadzab, 4/277)

Apabila seseorang berdua-duaan dengan seorang wanita yang bukan mahram, hukumnya terlarang. Berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ’Jika seorang lelaki berduaan dengan wanita, maka setan yang ketiganya.’ Beliau juga bersabda, ’Janganlah seorang lelaki berduaan dengan seorang wanita.’ Ini larangan. Para ulama mengatakan, berdasarkan hal ini, tidak boleh seorang lelaki mengimami shalat dengan wanita yang bukan mahram, secara berdua-duaan. Karena bisa jadi keluar dari tujuan utama yaitu shalat, menjadi sumber fitnah syahwat. (Syarh Zadul Mustaqni’, 3/149)

Imam Ibnu Utsaimin:

Apabila seorang lelaki berduaan dengan wanita yang bukan mahram, maka haram baginya untuk menjadi imam bagi wanita itu. Karena segala yang bisa mengantarkan kepada yang haram, hukumnya haram. (as-Syarh al-Mumthi’, 4/251).

Ya Allah tetapkanlah hati kami di atas ketaatan dan agamaMu.

Aamiin

Friday, January 29, 2021

MENYIKAPI ORANG YANG MEMBENCI KITA

Ibnu Muflih rahimahullah berkata,⁣

“-Haakim meriwayatkan dalam Taariikh-nya dari Al-Muzanniy, bahwasanya pernah dikatakan kepadanya :⁣

“Fulan membencimu”. Maka ia berkata :⁣

”(Biarlah), dekat dengannya tidak membuat senang, dan jauh darinya pun tidak membuat kesepian.”⁣

(Al-Aadaabusy-Syar'iyyah, 3/547)⁣

@fiqihwanita_

PERBANYAK MENYEBUT NAMA ALLAH DI TELINGA ANAK

Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami pasangan dan keturunan kami yg sholeh sebagai penyejuk mata hati kami, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa." (QS. Al-Furqan 25: 74)⁣

Aamiin ya Rabbal'alamiin 🤲

Perbanyak menyebut nama Allah di telinga anak, baik dgn deskripsi maupun dlm diskusi atau tanya jawab.⁣

Bacakan ayat ayat Allah yg terdapat pada ciptaan-ciptaan Allah di sekitar anak.⁣

Kaitkan semua kejadian sehari hari di sekitar anak dgn kebesaran Allah.⁣

Stay connecting with Allah⁣

Contoh :⁣

Anak sakit, Jangan katakan:⁣

"Ayo minum obatnya supaya sembuh"⁣

Tapi Katakan:⁣

‘Berdoalah kepada Allah supaya sembuh, tapi adek juga harus minum obatnya karena Allah suruh kita untuk berusaha. Kesembuhan hanya dari Allah.⁣

Saat anak bertanya :⁣

Ayah, kok burung bisa terbang?⁣

Jangan hanya katakan :⁣

‘Iya, burung bisa terbang krn pnya sayap’⁣

Tapi Katakan :⁣

‘Iya, Allah yang berkehendak & menggerakkan burung itu.⁣

(selalu tanamkan tauhid)⁣

Allah berikan sayap & beri petunjuk utk terbang (-> tauhid & ilmiah) sehingga burung itu bisa terbang⁣

Saat anak meminta sesuatu :⁣

‘Ayah, belikan aku sepeda baru’⁣

Jangan hanya katakan :⁣

‘Iya, nanti kalau ayah ada rezeki, ayah belikan’⁣

Tapi Katakan :⁣

"iya, kita berdoa ya, agar Allah berikan rezeki kepada kita sehingga adek bisa dpt sepeda baru."⁣

Antar anak tidur dgn nama Allah, doakan anak ketika akan tidur & bangunkan anak dgn penuh syukur dgn nama Allah.⁣

Setelah itu langsung tanamkan ‘Islam adalah agama yg Allah ridhoi’⁣

Tujuan utama menanamkan tauhid kpd anak adalah agar anak taat kepada Allah.⁣

Iman bukan hanya mengakui keberadaan Allah, namun jg taat pada perintah Allah dan menjauhi laranganNya.⁣

Para setan mengakui keberadaan Allah, tapi tidak mau taat pada perintah Allah, maka tidak bisa disebut beriman⁣

Ajarkan Adab dalam islam.⁣

Contoh :⁣

‘ Allah perintahkan kita utk sholat’⁣

‘Sebelum makan kita berdoa’⁣

‘Rosul mengajarkan utk bicara santun’⁣

‘Rosul ajarkan kita untuk sholat di awal waktu’⁣

dsb..⁣

Teman Bergaul yang Baik

Berkata As-Syaikh Al-'Utsaimin rahimahullahu,

"Bersemangatlah engkau untuk mencari, berteman dengan orang-orang yang baik, yang membimbingmu tatkala engkau menyimpang,menuntunmu tatkala engkau tersesat, mengingatkanmu tatkala engkau lupa, mengajarkanmu tatkala engkau belum tahu."

Sumber : Syarah Shahih Bukhari,1/62. Karangan Syaikh Al-'Utsaimin.

Sungguh bersahabat dengan orang-orang yang saleh adalah nikmat yang sangat besar. Umar bin Khattab berkata,

ما أعطي العبد بعد الإسلام نعمة خيراً من أخ صالح فإذا وجد أحدكم وداً من أخيه فليتمسك به

“Tidaklah seseorang diberikan kenikmatan setelah Islam, yang lebih baik daripada kenikmatan memiliki saudara (semuslim) yang saleh. Apabila engkau dapati salah seorang sahabat yang saleh maka pegang lah erat-erat.” [Quutul Qulub 2/17]

Sahabat yang saleh akan selalu membenarkan dan menasehati kita apabila salah. Inilah sahabat yang sesungguhnya, bukan hanya sahabat saat bersenang-senang saja atau sahabat yang memuji karena basa-basi saja.Sebuah ungkapan arab berbunyi:

“Sahabat sejati-mu adalah yang senantiasa jujur (kalau salah diingatkan), bukan yang senantiasa membenarkanmu”.

Sahabat yang saleh juga akan selalu mendoakan shahabatnya karena apabila ia mendoakan sahabatnya, sedangkan sahabatnya tidak mengetahui, maka malaikat juga meng-amin-kan doa tersebut sambil mendoakan bagi yang berdoa tadi, artinya orang yang mendoakan juga mendapatkan apa yang ia doakan kepada saudaranya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Sesungguhnya doa seorang muslim kepada saudaranya di saat saudaranya tidak mengetahuinya adalah doa yang mustajab (terkabulkan). Di sisi orang yang akan mendoakan saudaranya ini ada malaikat yang bertugas mengaminkan doanya. Tatkala dia mendoakan saudaranya dengan kebaikan, malaikat tersebut akan berkata: Aamiin. Engkau akan mendapatkan semisal dengan saudaramu tadi.” (HR. Muslim, no. 2733)


Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/45173-pe

Thursday, January 28, 2021

DOA BAHASA JAWA SYEKH NAWAWI BANTEN GEMPARKAN NEGERI HIJAZ

Dahulu kala di Wilayah Arab dilanda kekeringan yang teramat panjang.untuk Mengatasi masalah ini, Raja Hijaz mengumpulkan dan membawa para ulama Makkah dan Madinah, mereka meminta berdoa di depan Ka'bah agar segera diturunkan hujan.


Setelah semua sarjana dan para ulama berdoa, hujan tidak turun juga, malah menjadi lebih panas selama beberapa bulan. Membuat penduduk di negeri itu semakin susah.


Dalam kekalutanya Raja Hijaz tiba-tiba teringat akan seorang sarjana yang tidak diundang untuk berdoa.


Kemudian Sang Raja memerintahkan bawahanya untuk memanggil Sarjana tersebut.


Sang sarjana diberitahu, setelah bertemu, penampilan cendekiawan itu pendek, kecil dan kulitnya hitam.


Sarjana itu adalah Syekh Nawawi bin Umar Tanara al-Bantani al-Jawi. ia adalah seorang ahli bahasa Arab dan memiliki karya lebih dari 40 judul, semuanya berbahasa Arab.


Kemudian, ulama asal dusun Tanara, Tirtayasa, Banten tersebut berangkat berdoa meminta hujan kepada Allah SWT di depan Ka’bah.


Anehnya, meski Syaikh Nawawi Banten mampu berbahasa Arab dengan fasih, di depan Ka’bah beliau berdoa meminta hujan dengan memakai bahasa Jawa.


Para ulama Makkah dan Madinah yang berdiri di belakangnya menyadongkan tangan sambil berkata “aamiin”.


Mbah Nawawi berdoa:

“Ya Allah, sampun dangu mboten jawah, kawulo nyuwun jawah.”

(Ya Allah, sudah lama tdk turun hujan, hamba minta hujan)

Seketika itu juga mendung datang dan kemudian hujan turun dengan lebat. semua yang menyaksikan kejadian itu pun heran. ada beberapa orang bertanya, bahasa apa yang telah digunakan syaikh Nawawi berdoa, karena mereka tidak pernah mendengar bahasa itu sedangkan sebelumnya para ulama dan sarjana Negeri itu telah berdoa dengan menggunakan bahasa Arab yang fasih namun tidak mujarab, sedangkan dengan bahasa Jawa malah justru ampuh.

Dalam hal ini bisa diambil pelajaran

Yang menentukan Mujarabnya doa adalah kualitas individu seseorang, bukan bahasa yang digunakan.

Karena Allah Maha Mengetahui walau hanya sekedar bahasa Daerah. tak perlu susah payah mencari yang samar keberadaannya..

Mengenai doa dengan bahasa daerah,

KH. IDRIS MARZUQI LIRBOYO pernah menyampaikan :

“Kowe ki nek nompo dungo-dungo Jowo seko kiai sing mantep. Kae kiai-kiai ora ngarang dewe. Kiai-kiai kae nompo dungo-dungo Jowo seko wali-wali jaman mbiyen. Wali ora ngarang dewe kok. Wali nompo ijazah dungo Jowo seko Nabi Khidlir. Nabi Khidlir yen ketemu wali Jowo ngijazahi dungo nganggo boso Jowo. Ketemu wali Meduro nganggo boso Meduro.”

(Kamu jika mendapat doa-doa Jawa dari kiai yang mantap, jangan ragu. Kiai-kiai itu tidak mengarang sendiri. Mereka mendapat doa Jawa dari wali-wali jaman dahulu. Wali itu mendapat ijazah doa dari Nabi Khidlir. Nabi Khidlir jika bertemu wali Jawa memberi ijazah doa memakai bahasa Jawa. Jika bertemu wali Madura menggunakan bahasa Madura) Alfatihah. Sumber Nasehat dan foto ulama Aswaja

IJAZAH SHOLAWAT HARI JUM'AT BA'DA ASHAR

Disunnahkan seseorang membaca sholawat ini setelah sholat ashar dihari Jumaat sebanyak 80 kali.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ النَّبِيِّ اْلأُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّم تَسْلِيْمَا.

“Ya Allah, limpahkan selawat atas Penghulu kami Nabi Muhammad, hamba-Mu, Nabi-Mu dan Rasul-Mu. Nabi yang ummi dan juga kepada keluarga dan para sahabatnya limpahkan pula salam sejahtera padanya.”

Diriwayatkan Imam Thabrani,

“Barangsiapa yang bersholawat setelah Asar hari Jumaat, 80 kali, dosanya akan diampuni selama 80 tahun.”

[Habib Ali Zainal Abidin bin Abdurrahman Al-Jufri]


Wallahu alam Bishowab

Wednesday, January 27, 2021

GANGGUAN PENCERNAAN

Assalamualaikumwrwb.

ALLAH SWT Is The Only Hope.

Banyak Masyarakat Pernah Mengalami Gangguan Pencernaan, Jika Terjadi Sesekali Masih Hal Yang Wajar. Namun Ketika Hal Ini Sering Terjadi Menjadi Penyebab MASALAH SERIUS Hingga Menciptakan Dan Menimbulkan Berbagai PENYAKKT, Termasuk KANKER.

Perubahan Pola Makan Dan Gaya Hidup Dapat Berdampak Baik Atau Buruknya KESEHATAN SESEORAMG.

Banyak Cara Utk Mengembalikan KESEHATAN TUBUH Kita Sebelum Semuanya Terlambat.

1. Mengkonsumsi MAKANAN UTUH /Alami Tanpa Diproses

2. Memperbanyak Konsumsi SERAT ( Buah, Sayuran, Kacangan Dllnya Yang Alami )

3. Mengkonsumsi LEMAK SEHAT

4. Minum Cukup AIR

5. Kelola STRESS

6. Makan Dgn SADAR Dan MENGUNYAH Dgn Baik.

7. OLAHRAGA (Yang Ringan)

8. Tinggalkan KEBIASAAN BURUK ( Termasuk Asupan2 Yang Tidak BAIK , Tidur Yang Cukup )

9. Selalu Tersenyum

Dllnya.

Bgmana Mau Sehat Jika Asupan Makanan Hariannya Sdh MISKIN NUTRISI Dan HILANG ENZIM nya ?

Bgmana Mau Sehat, Jika Camilannya GORENGAN Dan CCAKE Tinggi Gula Dan Bahan Kimia Lainnya ?

Bgnana Mau Sehat, Jika Berjalan Pqgi Saja Susah Utk Melangkah Karena MALAS.

Bgmana Mau Sehat, Jika Setiap Pagi Sarapannya Nasi Uduk, Lontong Sayur, Nugget Dan Olahan Lainnya?

Bgmana Mau Sehat, Jika Punya Uang Saja PELIT Utk Kebutuhan Sehat Tubuhnya?

Yaaaa Itulah KITA, Seolah Olah Sehat Itu hanya Sekedarmya, Padahal Ketika SAKIT, Uang RATUSAN JUTA Pun Tiada Berarti.

SALAM SEHAT Yaaaa Guys


buan_buana

tata cara wudhu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

Tata cara wudhu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai berikut.

Berniat –dalam hati- untuk menghilangkan hadats.Membaca basmalah: ‘bismillah’

Membasuh kedua telapak tangan sebanyak tiga kali.Mengambil air dengan tangan kanan, lalu dimasukkan dalam mulut (berkumur-kumur atau madmadho) dan dimasukkan dalam hidung (istinsyaq) sekaligus –melalui satu cidukan-. Kemudian air tersebut dikeluarkan (istintsar) dengan tangan kiri. Hal ini dilakukan sebanyak tiga kali.Membasuh seluruh wajah sebanyak tiga kali dan menyela-nyela jenggot.Membasuh tangan –kanan kemudian kiri- hingga siku dan sambil menyela-nyela jari-jemari.Membasuh kepala 1 kali dan termasuk di dalamnya telinga. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kedua telinga termasuk bagian dari kepala” (HR Ibnu Majah, disahihkan oleh Al Albani)

Tatacara membasuh kepala ini adalah sebagai berikut, kedua telapak tangan dibasahi dengan air. Kemudian kepala bagian depan dibasahi lalu menarik tangan hingga kepala bagian belakang, kemudian menarik tangan kembali hingga kepala bagian depan. Setelah itu langsung dilanjutkan dengan memasukkan jari telunjuk ke lubang telinga, sedangkan ibu jari menggosok telinga bagian luar.Membasuh kaki 3 kali hingga ke mata kaki dengan mendahulukan kaki kanan sambil membersihkan sela-sela jemari kaki.

HARUSKAH ADIL ANTARA MERTUA DAN ORANG TUA

 Berdasarkan firman Allah subhanahu wa ta’ala (yang artinya):

“….Dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.” [QS.al Isro’ : 23]

Allah subhanahu wa ta’ala mewajibkan kita agar berbuat baik kepada orang tua, karena mereka berdua adalah orang yang pertama kali banyak berbuat baik kepada kita, dan sebagai penyebab lahirnya kita di dunia. Berbuat baik kepada kedua orang tua beraneka ragam bentuknya. Bisa dengan membantu kebutuhan mereka berdua, terutama saat usia lanjut, terlebih lagi bila mereka tergolong orang yang sangat miskin. Dalam hal ini, tentu anaklah yang lebih tahu kebutuhan orang tuanya. Sebab selain kepada Allah, kepada siapa lagi orang tua mengharapkan bantuan, bila tidak kepada anaknya?!

Adapun istri, ia TIDAK BOLEH menuntut haknya yang berupa harta kepada suami, kecuali yang berhubungan dengan kebutuhan diri dan anak-anaknya sehari-hari. Perhatikanlah firman Allah subhanahu wa ta’ala berikut ini (yang artinya):

“Hendaklah orang yang mampu, ia memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya, hendaklah memberi nafkah dari harta yang Allah berikan kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekadar) apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” [QS.ath Tholaq: 7]

UNTUK PECINTA RASULULLAH


اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد

---

بالشفاعة من المختار - في يوم لقياه

Beruntung mendapatkan syafaat dari Nabi Muhammad SAW pada hari bertemu dengan beliau nanti.


يورد الحوض بيسقي - بالكأس من ماه

Beliau duduk di samping telaga kautsar untuk memberi minum pada para pencinta beliau.

.

YANG DILAKUKAN KETIKA RAGU

Jika kita temukan masih banyak pelanggaran syari, maka sebaiknya kita tinggalkan. .

Jika masih ragu ragu, maka wara’ itu jauh lebih baik..

(Bukankah masih banyak pekerjaan lain yang Insya Allah jauh lebih nyata halalnya..)


Di antara maksud wara’ adalah memilih yang yakin dan meninggalkan yang ragu-ragu.


Para ulama menyatakan bahwa wara’ adalah bagian dari ushul dan pokok agama kita. Di antara bentuk wara’ adalah meninggalkan hal yang meragukan. Sebagaimana ada hadits dari Abu Muhammad Al-Hasan bin ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa ia menghafalkan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam perkataan berikut,


دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لَا يَرِيبُكَ ، فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ ، وَإِنَّ الْكَذِبَ رِيبَةٌ


“Tinggalkanlah segala yang meragukanmu dan ambillah yang tidak meragukanmu. Kejujuran akan mendatangkan ketenangan. Kedustaan akan mendatangkan kegelisahan.” (HR. Tirmidzi, no. 2518. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)


Al-Munawi dalam Faidh Al-Qadir (3: 529) menyatakan bahwa yang dimaksud, tinggalkanlah yang meragukan, ragu apakah itu baik ataukah jelek, ragu apakah itu halal atau haram, pilihlah yang tidak meragukan yaitu yang diyakini baik dan halalnya.

Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam Fath Al-Bari (4: 343) menyatakan makna hadits yaitu jika engkau ragu pada sesuatu, maka tinggalkanlah. Meninggalkan perkara yang masih ragu seperti ini termasuk dalam masalah wara’ yang cukup penting.

Selengkapnya di Rumaysho:

https://rumaysho.com/14358-wara-meninggalkan-yang-meragukan.html

BAB SAFAR / BEPERGIAN

Bagaimana safar, travelling atau touring Anda bisa bernilai ibadah? Lihat penjelasan berikut.

Kita tahu safar itu ada beberapa macam.

1. Safar yang wajib, yaitu menempuh perjalanan untuk menunaikan kewajiban, misalnya bepergian untuk menunaikan ibadah haji yang wajib, umrah yang wajib, menuntut ilmu agama yang wajib atau kewajiban berjihad.

2. Safar yang sunnah, yaitu menempuh perjalanan yang dianjurkan (disunnahkan), misalnya bepergian untuk melaksanakan umrah yang sunnah, haji yang sunnah, dan jihad yang sunnah.

3. Safar yang boleh, yaitu bepergian untuk melakukan hal-hal yang diperbolehkan dalam agama, misalnya bepergian untuk berdagang barang-barang yang halal.

4. Safar yang haram, yaitu menempuh perjalanan untuk melakukan perkara yang diharamkan, misalnya menempuh perjalanan untuk berdagang khamr (minuman keras).

5. Safar yang makruh, misalnya bepergian seorang diri tanpa ada yang menemani. Bepergian seperti itu dimakruhkan, kecuali untuk melakukan hal-hal yang sangat penting.

Sebisa mungkin kita melakukan safar yang wajib, sunnah, atau yang boleh; tidak melakukan safar yang makruh, apalagi yang haram.

Adapun …

Safar mubah, sekedar jalan-jalan atau liburan bisa bernilai ibadah. Bagaimana caranya?

Ada dua syarat yang mesti dipenuhi kalau hal mubah bisa bernilai ibadah:


1. Dilakukan dengan niat yang benar.

2. Sebagai wasilah (perantara) dalam rangka menyupport amalan shalih.

Dalil yang mendukung syarat pertama adalah hadits,


إِنَّكَ لَنْ تُنْفِقَ نَفَقَةً تَبْتَغِى بِهَا وَجْهَ اللَّهِ إِلاَّ أُجِرْتَ عَلَيْهَا ، حَتَّى مَا تَجْعَلُ فِى فِى امْرَأَتِكَ


“Sesungguhnya engkau tidaklah menafkahkan suatu nafkah dalam rangka mengharap wajah Allah melainkan akan diganjar dengan usaha itu sampai pun sesuap makanan yang engkau masukkan dalam mulut istrimu.” (HR. Bukhari, no. 6373 dan Muslim, no. 1628). Di sini, disebutkan dengan niat ikhlas mengharap pahala di sisi Allah, barulah perbuatan yang asalnya bukan ibadah bernilai ibadah dan berpahala.

Dalil bahwasanya perbuatan non-ibadah jika sebagai wasilah (perantara) pada ketaatan atau ibadah dapat bernilai pahala dapat disimpulkan dari firman Allah Ta’ala,

لَا خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِنْ نَجْوَاهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ مَرْضَاةِ اللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا

“Yang demikian itu ialah karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan dan kelaparan pada jalan Allah, dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal shalih.” (QS. At Taubah: 120). Ayat ini menunjukkan bahwa wasilah (perantara) yang mendukung terwujudnya ibadah dianggap sebagai ibadah pula dan berpahala di sisi Allah.

Contoh safar yang mubah yang bisa bernilai ibadah:

1. Safar yang diisi dengan amalan shalih seperti zikir dan do’a.

2. Jalan-jalan ke luar kota dan dituju adalah Pondok Pesantren Sunnah, di sana bisa menggali ilmu agama walau nantinya punya tujuan untuk berekreasi ke pantai atau lainnya.

3. Safar sambil bakti sosial pada masyarakat miskin. Walau ada liburannya, namun bisa raih pahala.

4. Mengambil waktu rehat setelah beraktivitas panjang agar setelah mengambil rehat lebih semangat beraktivitas untuk memperdalam ilmu agama, giat ibadah dan berdakwah. Ini yang ditemukan pada sebagian ulama atau ustadz. Ada waktu luang mereka yang mereka gunakan untuk berekreasi biar lebih semangat lagi dalam aktivitas dakwah.


Jarak Yang Disebut Safar

Pendapat Pertama: Jarak disebut safar jika telah mencapai 48 mil atau 85 km.

Inilah pendapat dari mayoritas ulama dari kalangan Syafi’i, Hambali dan Maliki. Dalil mereka adalah hadits, sehingga diperbolehkan sholat qashar.

وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ وَابْنُ عَبَّاسٍ – رضى الله عنهم – يَقْصُرَانِ وَيُفْطِرَانِ فِى أَرْبَعَةِ بُرُدٍ وَهْىَ سِتَّةَ عَشَرَ فَرْسَخًا

“Dahulu Ibnu ‘Umar dan Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhum mengqashar shalat dan tidak berpuasa ketika bersafar menempuh jarak 4 burud (yaitu: 16 farsakh).” (HR. Bukhari secara mu’allaq –tanpa sanad-)

Pendapat Kedua: Tidak ada batasan untuk jarak safar, selama sudah disebut safar, maka sudah boleh mengqashar shalat.

Inilah pendapat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Ibnul Qayyim dan madzhab Zhahiri.

Ada hadits yang menyebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menempuh jarak kurang dari yang tadi disebutkan. Namun ketika itu beliau sudah mengqashar shalat.


عَنْ يَحْيَى بْنِ يَزِيدَ الْهُنَائِىِّ قَالَ سَأَلْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ عَنْ قَصْرِ الصَّلاَةِ فَقَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا خَرَجَ مَسِيرَةَ ثَلاَثَةِ أَمْيَالٍ أَوْ ثَلاَثَةِ فَرَاسِخَ – شُعْبَةُ الشَّاكُّ – صَلَّى رَكْعَتَيْنِ


“Dari Yahya bin Yazid Al Huna-i, ia berkata, “Aku pernah bertanya pada Anas bin Malik mengenai qashar shalat. Anas menyebutkan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menempuh jarak 3 mil atau 3 farsakh –Syu’bah ragu akan penyebutan hal ini-, lalu beliau melaksanakan shalat dua raka’at (qashar shalat).” (HR. Muslim no. 691).

Ibnu Hajar Al Asqolani menyatakan,

وَهُوَ أَصَحّ حَدِيث وَرَدَ فِي بَيَان ذَلِكَ وَأَصْرَحه

“Itulah hadits yang paling shahih yang menerangkan masalah jarak safar untuk bisa mengqashar shalat. Itulah hadits yang paling tegas.”

Jumhur ulama (mayoritas ulama) yang menyelisihi pendapat di atas, mereka menyanggah bahwa jarak yang dimaksud dalam hadits adalah jarak saat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mulai qashar, bukan jarak tujuan yang ingin dicapai.

Dalil lain yang mendukung pendapat ketiga ini adalah hadits dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ – رضى الله عنه – قَالَ صَلَّى النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – بِالْمَدِينَةِ أَرْبَعًا ، وَبِذِى الْحُلَيْفَةِ رَكْعَتَيْنِ

“Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat di Madinah empat raka’at, dan di Dzul Hulaifah (saat ini disebut dengan: Bir Ali) shalat sebanyak dua raka’at.” (HR. Bukhari no. 1089 dan Muslim no. 690). Padahal jarak antara Madinah dan Bir Ali hanya sekitar tiga mil.

Ibnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri tidak memberikan batasan untuk jarak safar, tidak juga memberikan batasan waktu atau pun tempat. Berbagai pendapat yang diutarakan dalam masalah ini saling kontradiksi. Dalil yang menyebutkan adanya batasan tidak bisa dijadikan alasan karena saling kontradiksi.

Untuk menentukan batasan disebut safar amatlah sulit karena bumi sendiri sulit untuk diukur dengan ukuran jarak tertentu dalam mayoritas safar. Pergerakan musafir pun berbeda-beda. Hendaklah kita tetap membawa makna mutlak sebagaimana disebutkan oleh syari’at. Begitu pula jika syari’at mengaitkan dengan sesuatu, kita juga harus menetapkan demikian pula.

Initnya, setiap musafir boleh mengqashar shalat di setiap keadaan yang disebut safar. Begitu pula tetap berlaku berbagai hukum safar seperti mengqashar shalat, shalat di atas kendaraan dan mengusap khuf.”

Sholat Sunnah sebelum berangkat

Disunnahkan melakukan shalat dua raka’at ketika hendak berpergian. Sebagaimana terdapat dalam hadits dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


إِذَا خَرَجْتَ مِنْ مَنْزِلِكَ فَصَلِّ رَكْعَتَيْنِ يَمْنَعَانِكَ مِنْ مَخْرَجِ السُّوْءِ وَإِذَا دَخَلْتَ إِلَى مَنْزِلِكَ فَصَلِّ رَكْعَتَيْنِ يَمْنَعَانِكَ مِنْ مَدْخَلِ السُّوْءِ

“ Jika engkau keluar dari rumahmu, maka lakukanlah shalat dua raka’at yang dengan ini akan menghalangimu dari kejelekan yang berada di luar rumah. Jika engkau memasuki rumahmu, maka lakukanlah shalat dua raka’at yang akan menghalangimu dari kejelekan yang masuk ke dalam rumah .” (HR. Al Bazzar, hadits ini shahih. Lihat As Silsilah Ash Shohihah no. 1323)


Apakah Asalnya Shalat itu Diqashar Apakah Sempurna?

Ulama Malikiyah, Syafi’iyah dan Hambali menyatakan bahwa asalnya shalat itu dikerjakan sempurna, bukan diqashar. Karena qashar adalah rukhsoh atau keringanan, mereka berdalil dengan hadits,

صَدَقَةٌ تَصَدَّقَ اللَّهُ بِهَا عَلَيْكُمْ فَاقْبَلُوا صَدَقَتَهُ

“Qashar shalat itu sedekah yang Allah berikan kepada kalian. Maka terimalah sedekah tersebut.” (HR. Muslim no. 686)

Sedangkan pendapat yang masyhur dalam madzhab Syafi’i, qashar shalat saat safar lebih afdhal daripada shalat sempurna jika telah mencapai safar selama tiga hari. Hal ini karena mencontoh shalat Rasulullah shallalalhu ‘alaihi wa sallam.

Apakah Hukum Mengqashar Shalat Saat Safar itu Wajib?

Mayoritas ulama berpendapat qashar shalat itu boleh, bagian dari rukhsah. Inilah pendapat jumhur ulama dari Malikiyyah, Syafi’iyyah, dan Hambali. Kemudian mereka berselisih pendapat manakah yang lebih afdhal apakah qashar shalat ataukah itmam (dikerjakan sempurna).

Sedangkan ulama Hanafiyah, salah satu pendapat dari Malikiyyah dan ulama Zhahiriyah berpandangan bahwa qashar shalat itu bagian dari kewajiban. Namun yang berpendapat seperti ini berselisih pendapat apakah shalatnya batal ataukah tidak jika dikerjakan secara sempurna (itmam).

Di antara pendalilan jumhur atau mayoritas ulama adalah dari praktek ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu. Dari ‘Abdurrahman bin Yazid, ia berkata,


صَلَّى بِنَا عُثْمَانُ بِمِنًى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ فَقِيلَ ذَلِكَ لِعَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ فَاسْتَرْجَعَ ثُمَّ قَالَ صَلَّيْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بِمِنًى رَكْعَتَيْنِ وَصَلَّيْتُ مَعَ أَبِى بَكْرٍ الصِّدِّيقِ بِمِنًى رَكْعَتَيْنِ وَصَلَّيْتُ مَعَ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ بِمِنًى رَكْعَتَيْنِ فَلَيْتَ حَظِّى مِنْ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ رَكْعَتَانِ مُتَقَبَّلَتَانِ

“Utsman pernah shalat bersama kami di Mina sebanyak empat raka’at. Hal itu lantas diceritakan pada ‘Abdullah bin Mas’ud, kemudian Ibnu Mas’ud beristirja’ (mengucapan: inna lillahi wa inna ilaihi raji’un). Kemudia Ibnu Mas’ud berkata, “Aku pernah shalat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di Mina sebanyak dua raka’at, bersama Abu Bakar Ash Shiddiq di Mina sebanyak dua raka’at, bersama ‘Umar bin Al Khattab di Mina sebanyak dua raka’at. Andai saja ‘Utsman mengganti empat raka’at menjadi dua raka’at yang diterima.” (HR. Bukhari no. 1084 dan Muslim no. 695)

Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata,

عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ صَلَّى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بِمِنًى رَكْعَتَيْنِ وَأَبُو بَكْرٍ بَعْدَهُ وَعُمَرُ بَعْدَ أَبِى بَكْرٍ وَعُثْمَانُ صَدْرًا مِنْ خِلاَفَتِهِ ثُمَّ إِنَّ عُثْمَانَ صَلَّى بَعْدُ أَرْبَعًا. فَكَانَ ابْنُ عُمَرَ إِذَا صَلَّى مَعَ الإِمَامِ صَلَّى أَرْبَعًا وَإِذَا صَلاَّهَا وَحْدَهُ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ.


“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan shalat di Mina dua raka’at, begitu pula Abu Bakr setelah itu dan juga ‘Umar setelahnya. Adapun ‘Utsman di masa-masa awal khilafahnya melaksanakan qashar shalat. Namun setelah itu ia melaksanakan shalat empat raka’at.” Jika Ibnu ‘Umar shalat di belakang imam, ia shalat sempurna empat raka’at (tanpa qashar). Sedangkan jika shalat sendiri, ia shalat dua raka’at. (HR. Muslim no. 694)

Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan, “Maksud Ibnu Mas’ud bahwa seandainya ‘Utsman mau mengerjakan dua raka’at, bukan empat raka’at seperti yang ia lakukan. Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, begitu pula Abu Bakr, ‘Umar dan ‘Utsman di masa-masa awal khilafahnya melakukan qashar shalat. Maksud Ibnu Mas’ud sendiri, apa yang dilakukan ‘Utsman itu menyelisihi amalan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, begitu pula menyelisihi praktek dari Abu Bakr dan ‘Umar. Oleh karenanya, Ibnu Mas’ud masih membolehkan shalat dengan sempurna (tanpa qashar). Ibnu Mas’ud juga pernah shalat di belakang ‘Utsman radhiyallahu ‘anhu dengan sempurna tanpa qashar. Seandainya qashar shalat menurut Ibnu Mas’ud itu wajib, tentu ia tidak membolehkan untuk meninggalkannya ketika berada di belakang siapa pun.”

Alasan jumhur atau mayoritas ulama, semata-mata amalan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang terus menerus tidak menunjukkan wajibnya. Sehingga qashar shalat, kesimpulannya tidak wajib, namun bagian dari rukhsoh atau keringanan.

Intinya, saat safar lebih afdhal mengqashar shalat daripada mengerjakannya secara sempurna jika seseorang berada di belakang imam musafir atau shalat sendirian, bukan di belakang imam mukim yang mengerjakan shalat sempurna.


Doa-doa berhubungan dengan safar (Perjalanan) 

[1] Doa orang mukim kepada orang yang hendak bersafar

أَسْتَوْدِعُ اللَّهَ دِينَكَ وَأَمَانَتَكَ وَخَوَاتِيمَ عَمَلِكَ

ASTAWDI’ULLOHA DIINAKA, WA AMAANATAKA, WA KHOWAATIIMA ‘AMALIK.

Artinya: Aku menitipkan agamamu, amanahmu, dan amal terakhirmu kepada Allah.

[2] Doa bekal takwa dari orang mukim kepada yang hendak bersafar

زَوَّدَكَ اللَّهُ التَّقْوَى وَغَفَرَ ذَنْبَكَ  وَيَسَّرَ لَكَ الْخَيْرَ حَيْثُمَا كُنْتَ

ZAWWADAKALLOHUT TAQWAA, WA GHOFARO DZANBAKA, WA YASSARO LAKAL KHOIRO HAITSUMAA KUNTA.

Artinya: Semoga Allah membekalimu ketakwaan, mengampuni dosamu, dan memudahkan kebaikan untukmu di mana pun kamu berada.

[3] Doa musafir kepada orang mukim yang ditinggalkan


أَسْتَوْدِعُكَ اللَّهَ الَّذِى لاَ تَضِيعُ وَدَائِعُهُ

ASTAWDI’UKALLOHALLADZII LAA TADHII’U WA DAA-I’UHU.

Artinya: Aku menitipkan kalian kepada Allah yang tidak mungkin menyia-nyiakan titipan [yang dititipkan kepadanya.


[4] Doa ketika keluar rumah


بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ

BISMILLAAHI TAWAKKALTU ‘ALALLOH, LAA HAWLA WA LAA QUWWATA ILLAA BILLAAH.

Artinya: Dengan nama Allah, aku bertawakal kepada-Nya; tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan-Nya.

[5] Doa ketika naik kendaraan

بِسْمِ اللَّهِ  (3x)

الحَمْدُ للِه

سُبْحَانَ الَّذِى سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ

سُبْحَانَكَ إِنِّى قَدْ ظَلَمْتُ نَفْسِى فَاغْفِرْ لِى فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ


BISMILLAH (3X), ALHAMDULILLAH

SUBHAANALLADZII SAKH-KHORO LANAA HAADZAA WA MAA KUNNAA LAHUU MUQRINIIN. WA INNAA ILAA ROBBINAA LAMUN-QOLIBUUN.

ALHAMDULILLAH, ALHAMDULILLAH, ALHAMDULILLAH.

ALLOHU AKBAR, ALLOHU AKBAR, ALLOHU AKBAR.

SUBHAANAKA INNII QOD ZHOLAMTU NAFSII, FAGHFIRLII FA-INNAHUU LAA YAGHFIRUDZ DZUNUUBA ILLAA ANTA.

Artinya: Dengan menyebut nama Allah (3x). Segala puji bagi Allah.

Mahasuci Allah yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Rabb kami.

Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku telah menzalimi diriku sendiri maka ampunilah aku, karena tidak ada yang mengampuni dosa-dosa selain Engkau.

[6] Doa saat safar ketika sudah berada di atas kendaraan

الله أَكْبَرُ (3x)

سُبْحَانَ الَّذِى سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِى سَفَرِنَا هَذَا الْبِرَّ وَالتَّقْوَى وَمِنَ الْعَمَلِ مَا تَرْضَى اللَّهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هَذَا وَاطْوِ عَنَّا بُعْدَهُ اللَّهُمَّ أَنْتَ الصَّاحِبُ فِى السَّفَرِ وَالْخَلِيفَةُ فِى الأَهْلِ اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ وَكَآبَةِ الْمَنْظَرِ وَسُوءِ الْمُنْقَلَبِ فِى الْمَالِ وَالأَهْلِ


ALLOHU AKBAR, ALLOHU AKBAR, ALLOHU AKBAR.

SUBHAANALLADZII SAKH-KHORO LANAA HAADZAA WA MAA KUNNAA LAHUU MUQRINIIN. WA INNAA ILAA ROBBINAA LAMUN-QOLIBUUN. ALLOHUMMA INNAA NAS-ALUKA FII SAFARINAA HAADZAA AL-BIRRO WAT TAQWAA WA MINAL ‘AMALI MAA TARDHOO. ALLOHUMMA HAWWIN ‘ALAINAA SAFARONAA HAADZAA, WATHWI ‘ANNAA BU’DAHUU. ALLOHUMMA ANTASH SHOOHIBU FIS SAFAR, WAL KHOLIIFATU FIL AHLI. ALLOHUMMA INNII A’UUDZUBIKA MIN WA’TSAA-IS SAFARI WA KA-AABATIL MANZHORI WA SUU-IL MUNQOLABI FIL MAALI WAL AHLI.

Artinya:

Allah Mahabesar, Allah Mahabesar, Allah Mahabesar.

Mahasuci Allah yang telah menundukkan untuk kami kendaraan ini, padahal kami sebelumnya tidak mempunyai kemampuan untuk melakukannya, dan sesungguhnya hanya kepada Rabb kami, kami akan kembali. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu kebaikan, ketakwaan, dan amal yang Engkau ridhai dalam perjalanan kami ini. Ya Allah, mudahkanlah perjalanan kami ini, dekatkanlah bagi kami jarak yang jauh. Ya Allah, Engkau adalah rekan dalam perjalanan dan pengganti di tengah keluarga. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kesukaran perjalanan, tempat kembali yang menyedihkan, dan pemandangan yang buruk pada harta dan keluarga.

[7[ Membaca “SUBHANALLAH” ketika melewati jalan menurun, membaca “ALLAHU AKBAR” ketika melewati jalan mendaki.

[8] Mendoakan untuk kebaikan diri, keluarga, orang terdekat, dan kaum muslimin secara umum ketika bersafar.

Dalam hadits disebutkan,

ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لَا شَكَّ فِيهِنَّ: دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ، وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ، وَدَعْوَةُ الْوَالِدِ عَلَى وَلَدِهِ

“Tiga waktu diijabahi (dikabulkan) doa yang tidak diragukan lagi yaitu: (1) doa orang yang terzalimi, (2) doa seorang musafir, (3) doa orang tua pada anaknya.” (HR. Ahmad, 12:479; Tirmidzi, no. 1905; Ibnu Majah, no. 3862)


Berdzikir dalam perjalanan

Ketika keluar rumah, hendaklah setiap muslim merutinkan dzikir: Bismillahi tawakkaltu ‘alallah laa hawla wa laa quwwata illa billah (Dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan-Nya).

Dari Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا خَرَجَ الرَّجُلُ مِنْ بَيْتِهِ فَقَالَ بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ قَالَ « يُقَالُ حِينَئِذٍ هُدِيتَ وَكُفِيتَ وَوُقِيتَ فَتَتَنَحَّى لَهُ الشَّيَاطِينُ فَيَقُولُ لَهُ شَيْطَانٌ آخَرُ كَيْفَ لَكَ بِرَجُلٍ قَدْ هُدِىَ وَكُفِىَ وَوُقِىَ ».


“Jika seseorang keluar rumah, lalu dia mengucapkan “Bismillahi tawakkaltu ‘alallah, laa hawla wa laa quwwata illa billah” (Dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan-Nya), maka dikatakan ketika itu: “Engkau akan diberi petunjuk, dicukupkan dan dijaga”. Setan pun akan menyingkir darinya. Setan yang lain akan mengatakan: “Bagaimana mungkin engkau bisa mengganggu seseorang yang telah mendapatkan petunjuk, kecukupan dan penjagaan?!” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)

Dzikir ini adalah dzikir yang penuh keberkahan dan penuh kemanfaatan bagi seorang muslim. Hendaknya setiap muslim selalu merutinkan dzikir ini setiap kali dia keluar rumah untuk menunaikan hajat baik yang berkaitan dengan maslahat agama maupun dunianya. Dengan membaca dzikir ini, seseorang akan terjaga dalam perjalanannya, juga akan ditolong ketika menunaikan hajat dunia maupun agamanya. Seorang hamba hendaklah selalu merasa butuh dengan Rabbnya dan janganlah dia lepas dari-Nya walaupun hanya sekejap mata. Allah-lah sebaik-baik penjaga, penolong dan pemberi petunjuk. Seorang hamba tidaklah mungkin dapat menyelesaikan hajatnya hingga usai selain dengan meyerahkan segalanya pada Allah. Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kita dzikir ini ketika kita keluar rumah agar kita senantiasa mendapat petunjuk di perjalanan, diberi kecukupan dalam menunaikan hajat dan terlindung dari gangguan setan.

Keutamaan Dzikir Ini

1. Akan senantiasa mendapat petunjuk ke jalan yang benar. Allah akan senantiasa memberi petunjuk disebabkan seseorang meminta pertolongan pada Allah melalui dzikir ini. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, tidak mungkin ada yang dapat menyesatkannya.

2. Akan diberi kecukupan dalam setiap hajat yang ingin dilakukan baik dalam perkara duniawi maupun ukhrowi.

3. Akan terlindungi dari gangguan musuh yaitu setan dan lainnya.

4. Setan akan menyingkir (menjauh) dari orang yang membaca dan meyakini dzikir ini karena dia telah memiliki benteng atau pelindung dari gangguan setan yang terkutuk.

5. Jika ada setan lain yang akan mengganggunya atau menyakitinya, setan yang lain akan mengatakan pada setan tersebut: Bagaimana mungkin engkau bisa mengganggu orang yang telah mendapat petunjuk, kifayah (kecukupan) dan wiqoyah (perlindungan).


WaLLAAHU'alaam




Sifat Bangga pada Leluhur, Mencela Keturunan

Orang Jahiliyah Punya Sifat Bangga pada Leluhur, Mencela Keturunan, Mengaitkan Turunnya Hujan Bukan pada Allah, dan Meratapi Mayit

Dari Abu Malik Al-Asy’ari radhiyallahu ’anhu bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

أَرْبَعٌ فِى أُمَّتِى مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ لاَ يَتْرُكُونَهُنَّ الْفَخْرُ فِى الأَحْسَابِ وَالطَّعْنُ فِى الأَنْسَابِ وَالاِسْتِسْقَاءُ بِالنُّجُومِ وَالنِّيَاحَةُ ». وَقَالَ النَّائِحَةُ إِذَا لَمْ تَتُبْ قَبْلَ مَوْتِهَا تُقَامُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَعَلَيْهَا سِرْبَالٌ مِنْ قَطِرَانٍ وَدِرْعٌ مِنْ جَرَبٍ

“Empat hal yang terdapat pada umatku yang termasuk perbuatan jahiliyah yang susah untuk ditinggalkan: (1) membangga-banggakan kebesaran leluhur, (2) mencela keturunan, (3) mengaitkan turunnya hujan kepada bintang tertentu, dan (4) meratapi mayit (niyahah)”. Lalu beliau bersabda, “Orang yang melakukan niyahah bila mati sebelum ia bertaubat, maka ia akan dibangkitkan pada hari kiamat dan ia dikenakan pakaian yang berlumuran dengan cairan tembaga, serta mantel yang bercampur dengan penyakit gatal.” (HR. Muslim, no. 934)



romantisme dan hubungan yang baik dalam rumah tangga

Islam mengajarkan romantisme dan hubungan yang baik dalam rumah tangga

Dari hadits yang diriwayatkan oleh seorang sahabat, ia berkata,

نَهَى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَنْ تَغْتَسِلَ الْمَرْأَةُ بِفَضْلِ الرَّجُلِ أَوْ يَغْتَسِلَ الرَّجُلُ بِفَضْلِ الْمَرْأَةِ وَلْيَغْتَرِفَا جَمِيعًا

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang seorang perempuan mandi dari sisa laki-laki atau seorang laki-laki mandi dari sisa perempuan. Namun hendaklah mereka mandi berbarengan.” (HR. Abu Daud no. 81 dan An Nasai no. 239). 

Hadits ini menunjukkan didikan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sangat bagus karena seorang suami atau istri tidak baik jika mandi sendiri ketika junub, lalu datang pasangannya setelah itu. Namun yang lebih bagus ketika mereka mandi junub bisa berbarengan. Dan hadits ini menunjukkan pula bahwa Islam mengajarkan romantisme antara pasangan suami-istri.

Inilah yang dicontohkan oleh Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana yang diceritakan oleh istri beliau, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha,

أَنَّهَا كَانَتْ مَعَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فِى سَفَرٍ قَالَتْ فَسَابَقْتُهُ فَسَبَقْتُهُ عَلَى رِجْلَىَّ فَلَمَّا حَمَلْتُ اللَّحْمَ سَابَقْتُهُ فَسَبَقَنِى فَقَالَ « هَذِهِ بِتِلْكَ السَّبْقَةِ ».

Ia pernah bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam safar. ‘Aisyah lantas berlomba lari bersama beliau dan ia mengalahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tatkala ‘Aisyah sudah bertambah gemuk, ia berlomba lari lagi bersama Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun kala itu ia kalah. Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ini balasan untuk kekalahanku dahulu.” (HR. Abu Daud no. 2578 dan Ahmad 6: 264). 

Contoh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bermain dan bersenda gurau dengan istrinya tercinta.

WaLLAAHU'alaam




Hari Senin

Dari Abu Qotadah Al Anshori radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya mengenai puasa pada hari Senin, lantas beliau menjawab,

ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أَوْ أُنْزِلَ عَلَىَّ فِيهِ

“Hari tersebut adalah hari aku dilahirkan, hari aku diutus atau diturunkannya wahyu untukku.” (HR. Muslim no.1162)



Puasa Daud

Cara melakukan puasa Daud adalah sehari berpuasa dan sehari tidak. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أحَبُّ الصِّيَامِ إلى اللهِ صِيَامُ دَاوُدَ، وَأحَبُّ الصَّلاةِ إِلَى اللهِ صَلاةُ دَاوُدَ: كَانَ يَنَامُ نِصْفَ الليل، وَيَقُومُ ثُلُثَهُ وَيَنَامُ سُدُسَهُ، وَكَانَ يُفْطِرُ يَوْمًا وَيَصُوْمُ يَوْمًا

“Puasa yang paling disukai oleh Allah adalah puasa Nabi Daud. Shalat yang paling disukai Allah adalah Shalat Nabi Daud. Beliau biasa tidur separuh malam, dan bangun pada sepertiganya, dan tidur pada seperenamnya. Beliau biasa berbuka sehari dan berpuasa sehari.” (HR. Bukhari no. 3420 dan Muslim no. 1159)

Dari ‘Abdullah bin ‘Amru radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,

أُخْبِرَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – أَنِّى أَقُولُ وَاللَّهِ لأَصُومَنَّ النَّهَارَ وَلأَقُومَنَّ اللَّيْلَ مَا عِشْتُ . فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « أَنْتَ الَّذِى تَقُولُ وَاللَّهِ لأَصُومَنَّ النَّهَارَ وَلأَقُومَنَّ اللَّيْلَ مَا عِشْتُ » قُلْتُ قَدْ قُلْتُهُ . قَالَ « إِنَّكَ لاَ تَسْتَطِيعُ ذَلِكَ ، فَصُمْ وَأَفْطِرْ ، وَقُمْ وَنَمْ ، وَصُمْ مِنَ الشَّهْرِ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ ، فَإِنَّ الْحَسَنَةَ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا ، وَذَلِكَ مِثْلُ صِيَامِ الدَّهْرِ » . فَقُلْتُ إِنِّى أُطِيقُ أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ . قَالَ « فَصُمْ يَوْمًا وَأَفْطِرْ يَوْمَيْنِ » . قَالَ قُلْتُ إِنِّى أُطِيقُ أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ . قَالَ « فَصُمْ يَوْمًا وَأَفْطِرْ يَوْمًا ، وَذَلِكَ صِيَامُ دَاوُدَ ، وَهْوَ عَدْلُ الصِّيَامِ » . قُلْتُ إِنِّى أُطِيقُ أَفْضَلَ مِنْهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ . قَالَ « لاَ أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ » .

Disampaikan kabar kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa aku berkata; “Demi Allah, sungguh aku akan berpuasa sepanjang hari dan sungguh aku akan shalat malam sepanjang hidupku.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepadanya (‘Abdullah bin ‘Amru): “Benarkah kamu yang berkata; “Sungguh aku akan berpuasa sepanjang hari dan sungguh aku pasti akan shalat malam sepanjang hidupku?“. Kujawab; “Demi bapak dan ibuku sebagai tebusannya, sungguh aku memang telah mengatakannya“. Maka Beliau berkata: “Sungguh kamu pasti tidak akan sanggup melaksanakannya. Akan tetapi berpuasalah dan berbukalah, shalat malam dan tidurlah dan berpuasalah selama tiga hari dalam setiap bulan karena setiap kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kebaikan yang serupa dan itu seperti puasa sepanjang tahun.” Aku katakan; “Sungguh aku mampu lebih dari itu, wahai Rasulullah“. Beliau berkata: “Kalau begitu puasalah sehari dan berbukalah selama dua hari”. Aku katakan lagi: “Sungguh aku mampu yang lebih dari itu“. Beliau berkata: “Kalau begitu puasalah sehari dan berbukalah sehari, yang demikian itu adalah puasa Nabi Allah Daud ‘alaihi salam yang merupakan puasa yang paling utama“. Aku katakan lagi: “Sungguh aku mampu yang lebih dari itu“. Maka beliau bersabda: “Tidak ada puasa yang lebih utama dari itu“. (HR. Bukhari no. 3418 dan Muslim no. 1159)

Ibnu Hazm mengatakan, “Hadits di atas menunjukkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang dari melakukan puasa lebih dari puasa Daud yaitu sehari puasa sehari tidak.”

Ibnul Qayyim Al Jauziyah mengatakan, “Puasa seperti puasa Daud, sehari berpuasa sehari tidak adalah lebih afdhol dari puasa yang dilakukan terus menerus (setiap harinya)."

Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Puasa Daud sebaiknya hanya dilakukan oleh orang yang mampu dan tidak merasa sulit ketika melakukannya. Jangan sampai ia melakukan puasa ini sampai membuatnya meninggalkan amalan yang disyari’atkan lainnya. Begitu pula jangan sampai puasa ini membuatnya terhalangi untuk belajar ilmu agama. Karena ingat, di samping puasa ini masih ada ibadah lainnya yang mesti dilakukan. Jika banyak melakukan puasa malah membuat jadi lemas, maka sudah sepantasnya tidak memperbanyak puasa.

WaLLAAHU'alaam




jadikanlah cinta kepada-Mu melebihi cintaku terhadap diriku sendiri


وَ عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:


كَانَ مِنْ دُعَاءِ دَاوُدَ يَقُوْلُ : اللَّهُمَّ ! إِنِّي أَسْألُكَ حُبَّكَ وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ ، وَالعَمَلَ الَّذِي يُبَلِّغُنِي حُبَّكَ . اللَّهُمَّ ! اِجْعَلْ حُبَّكَ أَحَبَّ إِليَّ مِنْ نَفْسِيْ وَأَهْلِي ، وَمِنَ المَاءِ البَارِدِ


رَوَاهُ التِّرْمِذِي وَقاَلَ : حَدِيْثٌ حَسَنٌ


Dari Abu Ad-Darda’ radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “ Di antara doa Nabi Daud adalah ‘ALLOHUMMA INNI AS-ALUKA HUBBAK, WA HUBBA MAYYUHIBBUK, WAL ‘AMALA ALLADZI YUBALLIGHUNII HUBBAK. ALLOHUMMAJ’AL HUBBAKA AHABBA ILAYYA MIN NAFSII WA AHLII WA MINAL MAA-IL BAARID’ (artinya: Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu untuk selalu cinta kepada-Mu, mencintai orang yang selalu mencintai-Mu, dan amal yang dapat menyampaikanku untuk mencintai-Mu. Ya Allah, jadikanlah cinta kepada-Mu melebihi cintaku terhadap diriku sendiri, keluarga, dan air yang dingin).” (HR. Tirmidzi, ia mengatakan bahwa hadits ini hasan)

Hadits ini dikeluarkan oleh Tirmidzi (3556), Al-Hakim (2:433), Ibnu ‘Asakir (5/352/2). Tirmidzi menilai hadits ini hasan gharib. Al-Hakim menilai hadits ini sahih secara sanad.


MEMBERI HADIAH KEPADA PEGAWAI DAN PEJABAT

Telah menceritakan kepada kami Ali bin Abdullah telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Az Zuhri, ia mendengar ‘Urwah telah mengabarkan kepada kami, Abu Humaid As Sa’idi mengatakan,

Pernah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mempekerjakan seseorang dari bani Asad yang namanya Ibnul Lutbiyyah untuk mengurus zakat. Orang itu datang sambil mengatakan, “Ini bagimu, dan ini hadiah bagiku.” Secara spontan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri di atas mimbar -sedang Sufyan mengatakan dengan redaksi ‘naik minbar’-, beliau memuja dan memuji Allah kemudian bersabda,

مَا بَالُ الْعَامِلِ نَبْعَثُهُ ، فَيَأْتِى يَقُولُ هَذَا لَكَ وَهَذَا لِى . فَهَلاَّ جَلَسَ فِى بَيْتِ أَبِيهِ وَأُمِّهِ فَيَنْظُرُ أَيُهْدَى لَهُ أَمْ لاَ ، وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لاَ يَأْتِى بِشَىْءٍ إِلاَّ جَاءَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَحْمِلُهُ عَلَى رَقَبَتِهِ ، إِنْ كَانَ بَعِيرًا لَهُ رُغَاءٌ ، أَوْ بَقَرَةً لَهَا خُوَارٌ ، أَوْ شَاةً تَيْعَرُ

“Ada apa dengan seorang pengurus zakat yang kami utus, lalu ia datang dengan mengatakan, “Ini untukmu dan ini hadiah untukku!” Cobalah ia duduk saja di rumah ayahnya atau rumah ibunya, dan cermatilah, apakah ia menerima hadiah ataukah tidak? Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah seseorang datang dengan mengambil hadiah seperti pekerja tadi melainkan ia akan datang dengannya pada hari kiamat, lalu dia akan memikul hadiah tadi di lehernya. Jika hadiah yang ia ambil adalah unta, maka akan keluar suara unta. Jika hadiah yang ia ambil adalah sapi betina, maka akan keluar suara sapi. Jika yang dipikulnya adalah kambing, maka akan keluar suara kambing.“

ثُمَّ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى رَأَيْنَا عُفْرَتَىْ إِبْطَيْهِ « أَلاَ هَلْ بَلَّغْتُ » ثَلاَثًا

Kemudian beliau mengangkat kedua tangannya sehingga kami melihat putih kedua ketiaknya seraya mengatakan, ” Ketahuilah, bukankah telah kusampaikan?” (beliau mengulang-ulanginya tiga kali). (HR. Bukhari no. 7174 dan Muslim no. 1832)

Ada hadits pula dari Abu Humaid As Sa’idiy. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

هَدَايَا الْعُمَّالِ غُلُولٌ

“Hadiah bagi pejabat (pekerja) adalah ghulul (khianat).”(HR. Ahmad 5/424.)

Keterangan Ulama

Dalam Al Mawsu’ah Al Fiqhiyyah disebutkan, “Para ulama tidak berselisih pendapat mengenai terlarangnya hadiah bagi pejabat.”

Ibnu Habib menjelaskan, “Para ulama tidaklah berselisih pendapat tentang terlarangnya hadiah yang diberikan kepada penguasa, hakim, pekerja (bawahan) dan penarik pajak.” Demikianlah pendapat Imam Malik dan ulama Ahlus Sunnah sebelumnya.

Dari sini menunjukkan bahwa hadiah yang terlarang tadi tidak khusus bagi hakim saja, tetapi bagi pejabat dan yang menjadi bawahan pun demikian.

WaLLAAHU'alaam




AMANAH SEBAGAI PEMIMPIN

Menjadi seorang pemimpin, benar-benar harus memegang amanat karena banyak pemimpin yang hanya mengingkari janji-janjinya. Dari Abu Dzarr pula, ia berkata, “Wahai Rasulullah, mengapa engkau tidak memberiku kekuasaan?” Lalu beliau memegang pundakku dengan tangannya, kemudian bersabda,

يَا أَبَا ذَرٍّ إِنَّكَ ضَعِيفٌ وَإِنَّهَا أَمَانَةٌ وَإِنَّهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ خِزْىٌ وَنَدَامَةٌ إِلاَّ مَنْ أَخَذَهَا بِحَقِّهَا وَأَدَّى الَّذِى عَلَيْهِ فِيهَا

“Wahai Abu Dzarr, sesungguhnya engkau adalah orang yang lemah. Kekuasaan itu adalah amanah, dan kekuasaan tersebut pada hari kiamat menjadi kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi orang yang mendapatkan kekuasaan tersebut dengan haknya dan melaksanakan kewajibannya pada kekuasaannya itu.” (HR. Muslim no. 1825).



Doa' Perlindungan Dari Sifat Khianat


وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – قَالَ : كَانَ رَسُوْلُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – يَقُوْلُ : (( اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الجُوعِ ، فَإنَّهُ بِئْسَ الضَّجِيعُ ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ الخِيَانَةِ ، فَإِنَّهَا بِئْسَتِ البِطَانَةُ )) . رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ بِإِسْنَادٍ صَحِيْحٍ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan, “ALLOHUMMA INNI A’UDZU BIKA MINAL JUU’, FA-INNAHU BI’SADH-DHOJII’, WA A’UDZU BIKA MINAL KHIYAANAH, FA-INNAHAA BI’SATIL BITHOONAH (artinya: Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kelaparan, karena ia adalah sejelek-jeleknya teman tidur. Dan aku berlindung kepada-Mu dari pengkhianatan, karena ia sejelek-jeleknya teman yang menyertai).”

(HR. Abu Daud dengan sanad yang sahih)

[HR. Abu Daud, no. 1547 dan An-Nasai dari jalur ‘Abdullah bin Idris, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Ibnu ‘Ajlan, dari Sa’id bin Abu Sa’id darinya dengannya. Perawinya tsiqqah yaitu terpercaya, selain Muhammad bin ‘Ajlan di mana ia adalah perawi yang shaduq, jujur].

Keterangan hadits

Adh-dhajii’ artinya yang menemani engkau ketika tidur pada satu ranjang.

Khianat artinya tidak menunaikan amanat pada Allah Sang Khaliq dan pada makhluk.

Al-bithanah adalah berlaku khusus pada laki-laki yang dimaksud adalah sifat khusus yang ada dalam batin.

Faedah hadits

1. Sifat lapar menghalangi dari istirahatnya jiwa dan hati. Lapar melemahkan kekuatan dan berpengaruh pada pikiran yang kotor, dan berkhayal yang rusak, sehingga ibadah seseorang jadi berkurang. Oleh karena itu, Islam melarang puasa wishal, lanjut berpuasa tanpa berbuka.

2. Hendaklah kita menunaikan amanah dengan baik.

3. Hendaklah kita bisa istiqamah dan kokoh dalam berakhlak yang mulia dalam setiap keadaan.

4. Siapa saja yang mendapati sifat-sifat tercela pada dirinya, segeralah untuk memperbaiki diri, menghapus sifat jelek tadi, menyucikan diri, dan taat pada Rabbnya.

5. Siapa saja yang selamat dari sifat-sifat tercela, maka pujilah Allah yang telah menyempurnakan nikmat kepada kita, dan kita terus meminta kepada Allah agar bisa istiqamah.

WaLLAAHU'alaam




MENUNAIKAN AMANAT

Perintah untuk Menunaikan Amanat. ALLAH Ta’ala berfirman,

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا

“Sesungguhnya Allah memerintahkan kepada kalian untuk menunaikan amanat kepada yang berhak” (QS. An Nisaa’: 58).

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَدِّ الأَمَانَةَ إِلَى مَنِ ائْتَمَنَكَ وَلاَ تَخُنْ مَنْ خَانَكَ

“Tunaikanlah amanat pada orang yang memberikan amanat padamu dan janganlah mengkhianati orang yang mengkhianatimu” (HR. Abu Daud no. 3535, Tirmidzi no. 1264 dann Ahmad 3: 414, shahih).

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَتُؤَدُّنَّ الْحُقُوقَ إِلَى أَهْلِهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُقَادَ لِلشَّاةِ الْجَلْحَاءِ مِنَ الشَّاةِ الْقَرْنَاءِ

“Hendaklah kalian menunaikan hak pada yang berhak menerimanya, karena nanti akan dituntut qishash untuk kambing yang tidak bertanduk dari kambing yang bertanduk” (HR. Muslim no. 2582).

WaLLAAHU'alaam




Sesungguhnya Allah memaafkan umatku ketika ia tidak sengaja, lupa, dan dipaksa


عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَال: «إِنَّ اللهَ تَجَاوَزَ لِي عَنْ أُمَّتِي: الخَطَأَ وَالنِّسْيَانَ وَمَا اسْتُكْرِهُوا عَلَيْهِ» حَدِيْثٌ حَسَنٌ رَوَاهُ ابْنُ مَاجَهْ وَالبَيْهَقِيُّ وَغَيْرُهُمَا.

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah memaafkan umatku ketika ia tidak sengaja, lupa, dan dipaksa.” (Hadits hasan, HR. Ibnu Majah no. 2045, Al-Baihaqi VII/356, dan selainnya)

Keterangan hadits

Tajaawaza: memaafkan

‘an ummati: ummatil ijabah, ummat yang menerima dakwah.

Faedah hadits

1. Luasnya rahmat Allah pada hamba-Nya.

2. Allah memaafkan hamba ketika keliru, lupa, atau dipaksa.

3. Pemaafan dan kemudahan adalah kekhususan umat ini.

4. Syariat datang untuk mengangkat kesulitan. Maka konsekuensinya, dosa diangkat dari orang yang tidak berniat yaitu saat keliru, lupa, atau dipaksa.

Kaedah dari hadits

Segala yang haram yang dikerjakan hamba karena tidak tahu (jahil), lupa, atau dipaksa, maka tidak dikenakan dosa.

WaLLAAHU'alaam


DOA MEMINTA PERLINDUNGAN

Do’a yang biasa diucapkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta perlindungan untuk Hasan dan Husain, yaitu:

أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ ، وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لاَمَّةٍ

“’AUDZU BI KALIMAATILLAHIT TAAMMATI MIN KULLI SYAITHONIN WA HAAMMATIN WA MIN KULLI ‘AININ LAAMMATIN (aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang telah sempurna dari godaan setan, binatang beracung dan dari pengaruh ‘ain yang buruk).” (HR. Bukhari, no. 3371).

Dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, dulu bapak kalian yaitu Nabi Isma’il dan Ishaq meminta perlindungan pada Allah dengan do’a tersebut.

Yang dimaksud dengan berlindung dengan kalimat Allah adalah Al-Qur’an, ada pula yang menyatakan nama dan sifat Allah. Kalimat Allah sendiri disifatkan dengan sempurna karena tak mungkin dalam nama Allah terdapat sifat kekurangan dan aib seperti pada kalam manusia. Juga ada ulama yang mengatakan bahwa maksud sempurna adalah bermanfaat, terjaga dari kekurangan dan sudah mencukupi.

Sedangkan hammah yang dimaksud dalam doa tersebut adalah kita berlindung dari segala sesuatu yang beracun yang bisa mematikan.

WaLLAAHU'alaam




MENASIHATI DALAM KEBAIKAN


عَنْ أَبِي نَجِيْحٍ العِرْبَاضِ بْنِ سَارِيَةَ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ قاَلَ : وَعَظَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ مَوْعِظًةً وَجِلَتْ مِنْهَا القُلُوْبُ وَذَرَفَتْ مِنْهَا العُيُوْنُ فَقُلْنَا : يَا رَسُوْلَ اللهِ كَأَنَّهَا مَوْعِظَةً مُوَدِّعٍ فَأَوْصِنَا قَالَ أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَي اخْتِلاَفًا كَثِيْرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ المَهْدِيِّيْنَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُوْرِ فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ رَوَاهُ أَبُوْ دَاوُدَ وَالتِّرْمِذِيُّ وَقَالَ : حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ

Dari Abu Najih Al-‘Irbadh bin Sariyah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan nasihat kepada kami dengan nasihat yang membuat hati menjadi bergetar dan mata menangis, maka kami berkata, ‘Wahai Rasulullah! Sepertinya ini adalah wasiat dari orang yang akan berpisah, maka berikanlah wasiat kepada kami.’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Aku berwasiat kepada kalian agar bertakwa kepada Allah, mendengar dan taat meskipun kalian dipimpin seorang budak. Sungguh, orang yang hidup di antara kalian sepeninggalku, ia akan melihat perselisihan yang banyak. Oleh karena itu, wajib atas kalian berpegang teguh pada sunnahku dan Sunnah khulafaur rosyidin al-mahdiyyin (yang mendapatkan petunjuk dalam ilmu dan amal). Gigitlah sunnah tersebut dengan gigi geraham kalian, serta jauhilah setiap perkara yang diada-adakan, karena setiap bidah adalah sesat.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, ia berkata bahwa hadits ini hasan sahih). [HR. Abu Daud, no. 4607 dan Tirmidzi, no. 2676].

Faedah Hadits

Pertama: Sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam begitu semangat dalam meraih kebaikan.

Kedua: Disyariatkan memberi nasihat (maw’izhah), diberikan pada tempatnya, dan sifat nasihat tersebut membekas. Syaikh ‘Abdul Muhsin menyatakan, “Maw’izhah (nasihat) dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam punya tiga sifat yaitu: al-balaaghah (bahasanya menyentuh dan jelas), hati bergetar, dan bisa membuat mata menangis.”

Ketiga: Wasiat perpisahan itu lebih membekas dalam hati.

Keempat: Hati yang dalam keadaan takut, bisa membuat air mata menangis. Jika hati dalam keadaan gelap (penuh maksiat), maka air mata tidaklah menangis, karena tidak dalam keadaan takut pada Allah. Hal ini yang disebutkan oleh Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah dan Syaikh ‘Abdullah Al-Farih.

Kelima: Disyariatkan meminta nasihat dari yang lain, lebih-lebih lagi yang dimintai nasihat adalah orang yang punya keutamaan dalam ilmu.

Keenam: Wasiat yang paling penting untuk seorang hamba adalah bertakwa kepada Allah, karena wasiat tersebut merupakan wasiat orang yang terdahulu dan belakangan.

Ketujuh: Syaikh ‘Abdul Muhsin berkata, “Takwa adalah sebab memperoleh segala kebaikan dan kemenangan di dunia dan akhirat. Banyak ayat yang menyebutkan perintah untuk bertakwa kepada Allah. Seringnya adalah ayat tersebut didahului dengan kalimat ‘Yaa ayyuhalladzina aamanuu (wahai orang-orang yang beriman). Begitu pula takwa ini menjadi wasiat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada para sahabatnya. 

Kedelapan: Termasuk wasiat paling penting adalah menaati penguasa kaum muslimin dalam selain maksiat, juga berpegang pada ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan khulafaur rosyidin.

Kesembilan: Patuh dan taat kepada penguasa adalah selama bukan dalam perkara maksiat walaupun penguasa tersebut adalah seorang budak. Para ulama telah sepakat bahwa seorang budak tidaklah pantas untuk menjadi khalifah. Hadits ini berarti perintah untuk menaati penguasa, walau ia penguasa yang tidak pantas.

Kesepuluh: Syaikh ‘Abdul Muhsin mengatakan, “Wasiat yang paling penting adalah taat dan patuh pada penguasa kaum muslimin karena di dalamnya terdapat manfaat dunia dan akhirat untuk kaum muslimin.”

Kesebelas: Hadits ini menunjukkan mukjizat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam karena sepeninggal beliau akan ditemui perselisihan yang banyak.

Kedua belas: Berpegang pada As-Sunnah yaitu jalan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam agar selamat dari perselisihan, juga kita diperintahkan berpegang pada sunnah khulafaur rosyidin. Khulafaur rosyidin adalah Abu Bakar, ‘Umar bin Al-Khaththab, ‘Utsman bin ‘Affan, dan ‘Ali bin Abi Thalib. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyatakan kekhilafahan mereka berdasarkan wahyu. Sebagaimana disebutkan dalam hadits Safinah radhiyallahu ‘anhu,

خِلاَفَةُ النُّبُوَّةِ ثَلاَثُوْنَ سَنَةً ثُمَّ يُؤْتِي اللهُ المُلْكَ أَوْ مُلْكَهُ مَنْ يَشَاءُ

“Khilafah Nubuwwah itu selama 30 tahun. Kemudian Allah karuniakan kerajaan setelah itu.”

WaLLAAHU'alaam




MAKANAN YANG THOYYIB

Dari Abu Tsa’labah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam  

إِذَا رَمَيْتَ بِسَهْمِكَ, فَغَابَ عَنْكَ, فَأَدْرَكْتَهُ فَكُلْهُ, مَا لَمْ يُنْتِنْ

“Apabila engkau melepaskan panahmu, lalu buruanmu lenyap dari pandanganmu, setelah itu dapat ditemukan, makanlah selama belum busuk.” (HR. Muslim no. 1931).

Berbagai faedah dari hadits di atas:

1- Hadits di atas menunjukkan bolehnya memakan hasil buruan walaupun lenyap dari sang pemburu, dengan catatan selama dagingnya tidak rusak, begitu pula baunya tidak berubah.

2- Patokan lamanya hasil buruan menghilang tidak dikaitkan dengan waktu, tidak mesti sehari, yang penting dipastikan bahwa bekas panah dari sang pemburu menancap pada hasil buruan. Karena dalam hadits Abu Tsa’labah ini dijadikan patokan dengan membusuk, itu berarti tidak merujuk pada waktu. Dan berarti jika hasil buruan yang menghilang tadi ditemukan lebih dari sehari dan belum membusuk, tetap masih halal dimakan. Namun jika ditemukan sudah membusuk, maka tidak halal dimakan.

Sedangkan hadits dari ‘Adi bin Hatim yang menyebutkan, “Jika ia hilang darimu sehari, lalu engkau tidak dapati padanya kecuali panahmu saja, maka makanlah hewan buruan tersebut jika engkau mau“, penyebutan satu hari di sini tidak ada mafhum. Maksudnya tidak bisa dipahami jika kurang lebih dari satu hari berarti tidak boleh dimakan. Tidaklah dipahami seperti itu.

3- Hadits ini menunjukkan  bahwa seorang muslim dilarang memakan makanan yang sudah membusuk dan sudah berubah baunya. Namun kebanyakan ulama seperti Al Qodhi ‘Iyadh dan Imam Nawawi mengatakan bahwa larangan tersebut bermakna makruh. Jika sampai menimbulkan dhoror (bahaya) ketika memakan makanan yang busuk tersebut, dihukumi haram. Sedangkan pendapat lainnya mengatakan secara mutlak memakan makanan yang busuk diharamkan. Inilah yang jadi pendapat Al Hafizh Ibnu Hajar, pendapat sebagian ulama Syafi’iyah dan diikuti pula oleh Asy Syaukani.

4- Hadits tersebut menunjukkan perhatian Islam pada kesehatan dan keselamatan umatnya. Karena memakan sesuatu yang busuk dapat membuat dhoror (bahaya) pada badan. Dan banyak dalil yang memerintahkan kita untuk memakan makanan yang thoyyib (yang baik dan sehat) dan melarang dari memakan yang khobits dan yang berdampak negatif.

WaLLAAHU'alaam




TENTANG SURGA

 Di surga ada berbagai makanan, buah-buahan, dan minuman, akan terus ada dan tidak ada habisnya, juga tidak fana. Begitu pula naungannya tidak fana dan tidak dihapus.

Dalam ayat disebutkan,

۞ مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِي وُعِدَ الْمُتَّقُونَ ۖ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ۖ أُكُلُهَا دَائِمٌ وَظِلُّهَا ۚ تِلْكَ عُقْبَى الَّذِينَ اتَّقَوْا ۖ وَعُقْبَى الْكَافِرِينَ النَّارُ

“Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang takwa ialah (seperti taman); mengalir sungai-sungai di dalamnya; buahnya tak henti-henti sedang naungannya (demikian pula). Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa, sedang tempat kesudahan bagi orang-orang kafir ialah neraka.” (QS. Ar-Ra’du: 35) Dari ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,

خَسَفَتِ الشَّمْسُ علَى عَهْدِ رَسُوْلِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَصَلَّى، قَالُوا: يَا رَسُوْلَ اللَّهِ، رَأَيْنَاكَ تَنَاوَلْتَ شَيْئًا فِي مَقَامِكَ، ثُمَّ رَأَيْنَاكَ تَكَعْكَعْتَ، قَالَ: إنِّي أُرِيْتُ الجَنَّةَ، فَتَنَاوَلْتُ مِنْهَا عُنْقُودًا، وَلَوْ أَخَذْتُهُ لَأَكَلْتُمْ مِنْهُ مَا بَقِيَتِ الدُّنْيَا.

“Gerhana pernah terjadi di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas beliau shalat. Orang-orang berkata, ‘Wahai Rasulullah, kami tadi melihat engkau mengambil sesuatu di tempatmu lantas kami melihat engkau beralih ke belakang. Beliau pun bersabda, ‘Sesungguhnya aku telah melihat surga dan aku tadi berupaya meraih setandan buah-buahan darinya. Seandainya aku mendapatkannya lalu kalian memakannya, niscaya kamu (tidak butuh lagi makanan) di dunia.’” (HR. Bukhari, no. 748)

Apakah di surga butuh buang hajat?

Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إنَّ أهْلَ الجَنَّةِ يَأْكُلُونَ فيها ويَشْرَبُونَ، ولا يَتْفُلُونَ ولا يَبُولونَ ولا يَتَغَوَّطُونَ ولا يَمْتَخِطُونَ قالوا: فَما بالُ الطَّعامِ؟ قالَ: جُشاءٌ ورَشْحٌ كَرَشْحِ المِسْكِ، يُلْهَمُونَ التَّسْبِيحَ والتَّحْمِيدَ، كما تُلْهَمُونَ النَّفَس

“Sesungguhnya penduduk surga, mereka makan dan minum di dalam surga, namun mereka tidak meludah, tidak kencing, tidak buang air besar, dan tidak mengeluarkan dahak.”

Para sahabat bertanya: ‘Lalu bagaimana nasib makanan di perut mereka?’

Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Menjadi sendawa, dan keringat yang berbau misk. Mereka diilhami selalu bertasbih dan bertahmid, sebagaimana kalian selalu bernafas.” (HR. Muslim, no. 2835).

Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ اللَّهَ قَالَ إِذَا ابْتَلَيْتُ عَبْدِى بِحَبِيبَتَيْهِ فَصَبَرَ عَوَّضْتُهُ مِنْهُمَا الْجَنَّةَ

“Sesungguhnya Allah berfirman, “Apabila Aku menguji hamba-Ku dengan dua kekasihnya (kedua matanya), kemudian ia bersabar, niscaya Aku menggantikan keduanya (kedua matanya) dengan surga.” (HR. Bukhari no. 5653).

Prof. Dr. Musthofa Al Bugho berkata mengenai hadits di atas, “Dalam hadits di atas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengkhususkan dengan kedua mata karena mata sangatlah dicintai. Lihatlah jika seseorang kondisinya seperti itu dan ia mau bersabar, balasannya adalah surga. Kenikmatan dunia tentu kalah jauhnya dengan kenikmatan akhirat yang kelak. Allah menguji hamba-Nya pada penglihatannya bukan karena kurangnya ilmu Allah, namun Allah ingin menampakkan bagaimanakah kesabaran hamba tersebut. Pahala tentu saja tergantung pada besarnya kesulitan yang diderita.”

Perlu diketahui juga bahwa jika penglihatan seseorang itu hilang, maka Allah akan memberikan ia keistimewaan lainnya. Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin berkata, “Umumnya, Allah mengganti anggota badannya dengan keistimewaan lainnya yang membuat ia merasa ringan dengan penglihatannya yang hilang.”

Sampai diceritakan oleh Syaikh Ibnu ‘Utsaimin bahwa sampai-sampai ada orang yang buta yang ketika berada di taxi, ia bisa menunjukkan jalan ke kanan dan ke kiri pada si sopir. Sampai ia pun bisa menunjuki jalan hingga depan pintu rumahnya. Subhanallah …

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah menasehatkan, “Mata itu adalah anggota tubuh yang amat dicintai. Jika Allah mengambilnya dan seseorang itu mau bersabar dan mengharap ganjaran, maka ia akan mendapat ganti surga. Surga itu sudah sama nilainya dengan seluruh kenikmatan dunia. Bahkan kata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

وَمَوْضِعُ سَوْطِ أَحَدِكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا عَلَيْهَا

“Satu bagian dari surga yang diperoleh oleh kalian di surga itu lebih baik dari dunia dan segala isinya.” (HR. Bukhari no. 2892).

Kenikmatan akhirat tentu saja lebih kekal. Sedangkan kenikmatan dunia akan fana dan sirna. Oleh karenanya sedikit bagian saja di surga masih lebih baik dari dunia dan seisinya.”

Orang yang buta terlihat lebih bersyukur dari yang lain. Kita dapat melihat kisah tiga orang Bani Israel, ada yang kepalanya botak, ada yang punya penyakit kulit dan ada yang buta. Setelah ketiganya diuji dengan penyakitnya itu disembuhkan dan diberikan nikmat harta berupa hewan ternak, ternyata yang mau bersyukur adalah yang dulunya buta. Dalam hadits disebutkan tentangnya,

قَالَ: وَأَتَى اْلأَعْمَى فِي صُوْرَتِهِ،فَقَالَ: رَجُلٌ مِسْكِيْنٌ وَابْنُ سَبِيْلٍ قَدِ انْقَطَعَتْ بِيَ الْحِبَالِ فِي سَفَرِي،فَلاَ بَلاَغَ لِيَ الْيَوْمَ إِلاَّ بِاللهِ ثُمَّ بِكَ،أَسْأَلُكَ بِالَّذِي رَدَّ عَلَيْكَ بَصَرَكَ شَاةً أَتَبَلَّغُ بِهَا فِي سَفَرِي،فَقَالَ: قَدْ كُنْتُ أَعْمَى فَرَدَّ اللهُ إِلَيَّ بَصَرِي، فَخَذَ مَا شِئْتَ، وَدَعْ مَا شِئْتَ،فَوَاللهِ لاَ أَجْهَدُكَ الْيَوْمَ بِشَيْءٍ أَخَذْتَهُ للهُ،فَقَالَ: أَمْسِكْ مَالَكَ، فَإِنَّمَا ابْتُلِيْتُمْ،فَقَدْ رَضِيَ اللهُ عَنْكَ وَسَخَطُ عَلَى صَاحِبَيْكَ

“Kemudian malaikat tadi mendatangi orang yang sebelumnya buta, dengan menyerupai keadaannya dulu (di saat ia masih buta), dan berkata kepadanya, “Aku adalah orang yang miskin, kehabisan bekal dalam perjalanan, dan telah terputus segala jalan bagiku (untuk mencari rizki) dalam perjalananku ini, sehingga aku tidak dapat lagi meneruskan perjalananku hari ini, kecuali dengan pertolongan Allah kemudian pertolongan Anda. Demi Allah yang telah mengembalikan penglihatan Anda, aku minta seekor kambing saja untuk bekal melanjutkan perjalananku.” Maka orang itu menjawab, “Sungguh aku dulunya buta, lalu Allah mengembalikan penglihatanku. Maka ambillah apa yang Anda sukai, dan tinggalkan apa yang tidak Anda sukai. Demi Allah, sekarang ini aku tidak akan mempersulit Anda dengan memintamu mengembalikan sesuatu yang telah Anda ambil karena Allah.” Maka malaikat tadi berkata, “Peganglah kekayaan Anda, karena sesungguhnya kalian ini hanya diuji oleh Allah. Allah telah ridha kepada Anda, dan murka kepada kedua teman Anda.” (HR. Bukhari no. 3464 dan Muslim no. 2964).

WaLLAAHU'alaam