This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Tuesday, May 31, 2022

CARA ALLAH MENCABUT NIKMAT KITA

 Nikmat yang Allah berikan kepada kita dapat saja hilang, bagaimana nikmat yang telah diberikan dapat hilang?

1. Perbuatan maksiat dan dosa, membalas nikmat dengan hal yang membuat Allah subhanahu wata’ala menjadi murka.

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. ar-Rum: 41).

2. Bila kamu menisbatkan nikmat tersebut kepada selain Allah subhanahu wata’ala, Sang Pemberi nikmat.

Karun berkata: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku”. dan Apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka. (QS. al-Qashash: 76).

3. Bila seorang hamba ditimpa sifat Ghurur (percaya diri yang berlebihan) atau sombong dan congkak terhadap makhluk lain karena memiliki harta yang banyak, property, ilmu, kedudukan dan sebagainya.

4. Nikmat yang tidak diamalkan. Bila kita memiliki ilmu, maka kita harus mengajarkannya; jika kita memiliki harta, maka kita harus menginfakannya.

“Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta).” (QS. al-Ma’arij: 24-25)

Jauhkanlah perbuatan-perbuatan dosa yang bisa menghilangkan nikmat yang Allah SWT berikan.

MANDI JUNUB

 Kami tidak mengetahui adanya doa apapun baik sebelum maupun sesudah mandi junub.

Yang ada adalah membaca basmalah sebelum mandi.

Ulama berbeda pendapat, apakah ada anjuran untuk membaca basmalah sebelum mandi junub?

Terdapat sebuah hadis dari Abu Said al-Khudri radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi ﷺ bersabda,

“Tidak ada wudhu bagi orang yang tidak menyebut nama Allah (membaca basmalah) sebelum wudhu.”

Status hadis:

Hadis ini diriwayatkan oleh Ahmad 11371, Ibnu Majah 429, dan yang lainnya. Dan ulama berbeda pendapat dalam menilai hadis ini. Sebagian ulama menilainya sebagai hadis hasan. Seperti al-Albani. Dan ulama lain menilainya dhaif.

Karena dalam sanadnya terdapat perawi bernama Rubaih bin Abdurrahman dan Katsir bin Zaid yang statusnya dhaif jika sendirian.

(Ta’liqat Musnad Ahmad, 17/464)

Bagi ulama yang menshahihkan hadis ini, mereka berbeda pendapat, apakah hukum membaca basmalah sebelum mandi junub?

Pertama, sebagian ulama berpendapat bahwa membaca basmalah hukumnya wajib, baik ketika wudhu, mandi, maupun tayamum.

Ini adalah pendapat Imam Ahmad dalam salah satu riwayat, pendapat Abu Bakr, Hasan al-Bashri, dan Ishaq bin Rahuyah.

Kedua, basamalah hukumnya anjuran dalam semua kegiatan mensucikan diri dari hadats. Baik wudhu, mandi, maupun, tayammum.

Ini merupakan pendapat Imam Ahmad menurut riwayat yang masyhur. Al-Khallal mengatakan,

Riwayat-riwayat yang shahih dari Imam Ahmad, bahwa tidak membaca basamalah hukumnya boleh. (al-Mughni, 1/114)

Dan ini pendapat at-Tsauri, Imam Malik, Imam as-Syafii, Abu Ubaid bin Sallam, Ibnul Mundzir, dan ulama Kufah. (al-Mughni, 1/114)

Sebagian ulama yang lain berpendapat bahwa membaca basmalah tidak wajib ketika mandi, karena mandi junub tidak sebagaimana wudhu.

Jika kita mengambil pendapat mayoritas ulama, maka di sana ada anjuran untuk membaca basmalah sebelum mandi. Dan boleh saja orang menyebutnya sebagai doa mandi junub.

Allahu a’lam

smbr: konsultasisyariah

KITA ADALAH ORANG TERASING

Orang yang berpegang teguh pada ajaran Islam yang murni, itulah yang selalu teranggap asing. Sebagaimana disebutkan dalam hadits,

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنَ سَنَّةَ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ بَدَأَ الإِسْلاَمُ غَرِيباً ثُمَّ يَعُودُ غَرِيباً كَمَا بَدَأَ فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنِ الْغُرَبَاءُ قَالَ الَّذِينَ يُصْلِحُونَ إِذَا فَسَدَ النَّاسُ

Dari 'Abdurrahman bin Sannah. Ia berkata bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabad, “Islam itu akan datang dalam keadaan asing dan kembali dalam keadaan asing seperti awalnya. Beruntunglah orang-orang yang asing.” Lalu ada yang bertanya pada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengenai ghuroba', lalu beliau menjawab, “(Ghuroba atau orang yang terasing adalah) mereka yang memperbaiki manusia ketika rusak.” (HR. Ahmad 4: 74. Berdasarkan jalur ini, hadits ini dho:if. Namun ada hadits semisal itu riwayat Ahmad 1: 184 dari Sa'ad bin Abi Waqqosh dengan sanad jayyid)

Dari 'Abdullah bin 'Amr bin Al 'Ash, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

طُوبَى لِلْغُرَبَاءِ فَقِيلَ مَنِ الْغُرَبَاءُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ أُنَاسٌ صَالِحُونَ فِى أُنَاسِ سَوْءٍ كَثِيرٍ مَنْ يَعْصِيهِمْ أَكْثَرُ مِمَّنْ يُطِيعُهُمْ

“Beruntunglah orang-orang yang terasing." "Lalu siapa orang yang terasing wahai Rasulullah", tanya sahabat. Jawab beliau, “Orang-orang yang shalih yang berada di tengah banyaknya orang-orang yang jelek, lalu orang yang mendurhakainya lebih banyak daripada yang mentaatinya” (HR. Ahmad 2: 177)

Orang yang ingin jujur dan tidak korupsi akan terasa asing di tengah-tengah rekan kerjanya sendiri. Padahal anti korupsi sudah diajarkan dari sifat amanah yang diajarkan oleh Rasul kita –shallallahu 'alaihi wa sallam-.

الْخَازِنُ الْمُسْلِمُ الأَمِينُ الَّذِى يُنْفِذُ – وَرُبَّمَا قَالَ يُعْطِى – مَا أُمِرَ بِهِ كَامِلاً مُوَفَّرًا طَيِّبٌ بِهِ نَفْسُهُ ، فَيَدْفَعُهُ إِلَى الَّذِى أُمِرَ لَهُ بِهِ ، أَحَدُ الْمُتَصَدِّقَيْنِ

“Bendahara muslim yang diberi amanat ketika memberi sesuai yang diperintahkan untuknya secara sempurna dan berniat baik, lalu ia menyerahkan harta tersebut pada orang yang ia ditunjuk menyerahkannya, maka keduanya (pemilik harta dan bendahara yang amanat tadi) termasuk dalam orang yang bersedekah.” (HR. Bukhari no. 1438 dan Muslim no. 1023).

Pedagang yang ingin menempuh cara yang halal dan tidak berbuat curang akan terasa asing di tengah-tengah pedagang lainnya. Padahal Islam menuntut kita mencari rezeki dengan cara yang halal dan jujur tanpa berbuat curang karena itulah yang mendatangkan berkah sebagaimana disebutkan dalam hadits,

الْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا – أَوْ قَالَ حَتَّى يَتَفَرَّقَا – فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِى بَيْعِهِمَا ، وَإِنْ كَتَمَا وَكَذَبَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا

“Kedua orang penjual dan pembeli masing-masing memiliki hak pilih (khiyar) selama keduanya belum berpisah. Bila keduanya berlaku jujur dan saling terus terang, maka keduanya akan memperoleh keberkahan dalam transaksi tersebut. Sebaliknya, bila mereka berlaku dusta dan saling menutup-nutupi, niscaya akan hilanglah keberkahan bagi mereka pada transaksi itu.” (HR. Bukhari no. 2079 dan Muslim no. 1532)

Orang yang ingin meninggalkan tradisi yang menyalahi Islam dan ingin mengikuti ajaran yang sesuai tuntunan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, akan terasa asing. Orang yang ingin menjauhi budaya syirik pun sama halnya akan terasing. Alasan orang musyrik selalu dengan alasan ini sudah jadi tradisi. Dalam ayat disebutkan,

إِنَّا وَجَدْنَا آَبَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى آَثَارِهِمْ مُقْتَدُونَ

“Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka” (QS. Az Zukhruf: 22). Namun tidak semua tradisi ditinggalkan, hanya tradisi yang menyelisihi ajaran Islam saja.

Sama halnya dengan orang yang ingin konsekuen dengan ajaran Nabi, kian terasing dan dia akan memikul cobaan yang berat dan berbagai cemoohan. Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

يَأْتِى عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ الصَّابِرُ فِيهِمْ عَلَى دِينِهِ كَالْقَابِضِ عَلَى الْجَمْرِ

“Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api.” (HR. Tirmidzi no. 2260).

Berpeganglah dengan Kebenaran Walau Engkau Seorang Diri

Ibnu Mas'ud berkata,

الجَمَاعَةُ مَا وَافَقَ الحَقَّ وَإِنْ كُنْتَ وَحْدَكَ

“Yang disebut jama'ah adalah jika mengikuti kebenaran, walau ia seorang diri.”

Sebagian salaf mengatakan,

عَلَيْكَ بِطَرِيْقِ الحَقِّ وَلاَ تَسْتَوْحِشُ لِقِلَّةِ السَّالِكِيْنَ وَإِيَّاكَ وَطَرِيْقَ البَاطِلِ وَلاَ تَغْتَرُّ بِكَثْرَةِ الهَالِكِيْنَ

“Hendaklah engkau menempuh jalan kebenaran. Jangan engkau berkecil hati dengan sedikitnya orang yang mengikuti jalan kebenaran tersebut. Hati-hatilah dengan jalan kebatilan. Jangan engkau tertipu dengan banyaknya orang yang mengikuti yang kan binasa”

WaLLAAHUa'lam

Apa itu Tasawwuf?

Tasawwuf adalah ilmu untuk membersihkan hati dari penyakit hati dan dari kecintaan kepada Dunia. Orang yang memahami dan menghayati tasawwuf disebut Suffi.

Suffi bukanlah orang yang berdansa berputar tanpa merasa pusing dengan diiringi musik serta tak mengingat apapun seolah terhipnotis (Bukan seperti tarian khas Turki itu). Suffi bukan pula orang yang berpakaian gembel dan tidak memiliki dunia.

Suffi adalah orang yang di hatinya tidak ada kecintaan lagi kepada dunia. Dia mungkin memiliki dunia, tapi ada di tangannya, tidak di hatinya. Itulah makna seorang Suffi yang sebenarnya.

Mengapa Tasawwuf itu penting? Karena kebersihan hati dan niat dalam beramal adalah salah satu faktor penting diterima atau tidaknya amal seorang manusia. Jika di dalam hatinya ada riya, maka amalnya tidak diterima oleh Allah SWT. Kita harus berhati-hati terhadap riya karena Riya itu sangat halus dan tidak terasa. Karena saking halusnya, bahkan lebih halus dari langkah kaki semut hitam yang berjalan di atas batu hitam dalam Kegelapan Malam.

Semoga Allah membersihkan hati kita selalu dan menjadikan kita seorang Suffi yang tidak meletakkan dunia di hati, melainkan di tangan. Aamiin.

3 Alasan yang tidak tepat kamu lanjut nikah dengannya

1. Terlanjur sayang (padahal sering dilukai baik fisik maupun mental), dan ini kebanyakan terjadi pada remaja remaja yang sudah kena genjutsu komunikasi nyaman, selalu didengerin curhatnya, akhirnya sulit berpikir secara rasional, padahal sadar sering ditampar, dibanding-bandingi, dihujat fisiknya, diungkit masa lalunya, gue jamin kalo tetap dilanjutkan, ga bakalan bertahan lama 🙂, rata-rata orang yang rela menggadaikan status, masa depan, harapan ortu, dengan setitik perasaan, akan menutup buku pernikahan dengan penyesalan, tapi jika gak percaya, ya monggo dicoba ya gaes, kalo berhasil boleh melapor


2. Agar bebas dari tuntutan keluarga dan sosial (tapi sadar gak suka dengan calonnya), kalo berjumpa dengan yg baik sewajarnya sih gak masalah, tapi kalo anda memang gak suka sama orangnya (bukan karena sudah berharap pada satu nama yaa), lebih baik merantau sih daripada memaksakan diri sendiri, hidup sekali sih, defenisi bahagia setiap orang berbeda-beda, tapi kita gak boleh menjalankan hidup dengan versi kebahagiaan orang lain


3. Terlanjur baper dengan janjinya (padahal hanya cadangan dan bukan prioritas), hati hati, kalo anda sering dighosting tanpa kabar tanpa kejelasan, itu artinya anda bukan prioritas, tapi sekedar dijadikan kayak permen karet, habis manis sepah dibuang, apalagi kalo dia ngelamar orang lain lalu curhat ke anda pengen nyudahi waduh, jangan percaya, gak enak jadi badut di dunia cinta

Semua kembali ke pilihan masing masing yaa bestie, kalo memang mau jadi badut/budak/pelayan, dan bukan pasangan, ya silahkan, itu hak anda

CARA TARUF YANG BENAR

 Bila kita sudah siap menikah maka tempuhlah dengan cara berta'aruf. Ta'aruf sendiri ialah pengenalan secara mendalam menuju jejang pernikahan. Meski dikatakan pengenalan mendalam, ada rambu-rambu yang wajib diperhatikan yaitu :


1. Nadzor (melihat).

Seorang pria boleh melihat wanita yang ingin dinikahinya secara langsung, tapi, sang wanita wajib ditemani oleh mahromnya (ayah kandungnya, saudara laki-laki kandungnya, atau paman dari ayah kandungnya).


2. Khitbah (mengikat).

Seorang pria menyampaikan niatnya ingin menikah. Khitbah ini sifatnya mengikat. Namun walaupun sifatnya mengikat, tetap tidak boleh melakukan hal-hal yang mendekati zina, karena belum dikatakan mahrom sebelum ijab kabul.


3. Ta'aruf (proses pengenalan).

Pria dan wanita boleh saling bertanya satu sama lain, baik melalui mahrom ataupun secara langsung dengan ditemani/diketahui mahrom si wanita.

Selama proses semua ini, perantara/mahrom akan memantau secara ketat interaksi keduanya, agar terhindar dari hal-hal yang mendekati zina ataupun melanggar syariat.

So, tetap jaga kemuliaanmu sampai bertemu pasangan halal 

CEMBURUNYA PEREMPUAN

"Siti hawa cemburu dengan nabi Adam karna nabi Adam telat pulang, padahal jelas masa itu tidak ada wanita lain selain Siti Hawa."

"Zulaikha cemburu pada tanah karna nabi Yusuf selalu menundukan pandangan saat diajak berbicara".

"Siti Aisyah cemburu pada Siti Khadijah karna Rosulullah selalu menyebut namanya, padahal pada masa itu Siti Khadijah sudah wafat"

"Jangan mendebat wanita yang sedang marah dan cemburu, minta maaflah, mundurlah, dengarkan dan turuti dia, karna yang sedang mendebatimu adalah hati dan perasaanya, bukan akalnya." -Ahmad Sugairi

HUKUM POTONG KUKU DAN POTONG RAMBUT SAAT HAID

 Pertanyaan yang sering ditanyakan

Kalau haid boleh keramas gak? Boleh potong kuku ga? Katanya kalau rambut dan kuku harus di simpan, benarkah ?

====

Yang jelas diwajibkan setelah haid adalah sebatas mandi janabah, dengan meratakan air ke seluruh anggota badan setelah masa haid selesai.

Adapun rambut dan kuku yang sudah rontok sebelumnya, maka tidak wajib di kumpulkan atau dicuci, karena sudah bukan bagian dari badan kita saat melakukan mandi besar.

Bahkan di sisi lain, ternyata Rasulullah membolehkan istrinya Aisyah untuk mengurai dan menyisir rambutnya saat masa haid. Padahal dengan menyisir rambut, sangat besar kemungkinan tercabutnya rambut.

Syeikh Muhammad bin Shalih Al ’Utsaimin rahimahullah berkata:

“Wanita yang haid boleh memotong kukunya dan menyisir rambutnya..…

====

Maka pendapat yang bahwasanya wanita haid tidak boleh mandi, menyisir rambut dan memotong kukunya maka ini tidak ada asalnya (dalilnya) dalam syariat.”

Wallahualam bissawab..

====

Jadi, jangan lupa mandi keramas ya saat haid, potong kuku juga kalau udah panjang

Monday, May 30, 2022

CIRI-CIRI RASULULLAH MENURUT ALi BIN ABU THALIB

Ciri-ciri Rasulullah seperti dikatakan Umar mantan budak Ghufrah dari Ibrahim bin Muhammad bin Ali bin Abu Thalib yang berkata bahwa jika Ali bin Abu Thalib mengisahkan tentang ciri-ciri Rasulullah, maka ia berkata,

"Rasulullah tidak tinggi sekali, tidak pendek, beliau tingginya sedang. Rambutnya tidak keriting sekali, tidak lurus, rambutnya keriting seperti orang-orang Arab pada umumnya. Badannya tidak gemuk, wajahnya tidak bulat,

kulitnya putih, kedua matanya hitam, bulu matanya panjang, tulang persendiannya besar, pundaknya lebar. Rambut di dadanya dan perutnya tipis, rambut bahunya tipis, rambut kedua tangannya tipis, rambut betisnya tipis. Daging telapak tangannya keras, daging kedua telapak

kakinya keras."

"Jika beliau berjalan seakan-akan kakinya tidak menginjak tanah sepertinya beliau berjalan di jalan yang turun. Jika beliau menoleh maka beliau menoleh dengan menghadapkan semua wajahnya.

Di antara kedua bahunya terdapat tanda kenabian dan itulah tanda semua para nabi. Beliau orang yang paling dermawan tangannya, paling lapang dadanya, paling benar ucapannya, paling menepati janji, paling lembut akhlaknya, paling mulia pergaulannya."

TIDAK BOLEH TAQLID SELAIN KEPADA IMAM MADZHAB YANG 4

 INI DIA ALASANNYA

Syaikh Nawawi Al Bantani menjelaskan alasan tidak boleh taqlid kepada Imam Madzhab selain madzhab yang 4 dengan perkataannya :

ﻭﻻ ﻳﺠﻮﺯ ﺗﻘﻠﻴﺪ ﻏﻴﺮ ﻫﺆﻻء اﻷﺭﺑﻌﺔ ﻣﻦ ﺑﺎﻗﻲ اﻟﻤﺠﺘﻬﺪﻳﻦ ﻓﻲ اﻟﻔﺮﻭﻉ ﻣﺜﻞ اﻹﻣﺎﻡ ﺳﻔﻴﺎﻥ اﻟﺜﻮﺭﻱ ﻭﺳﻔﻴﺎﻥ ﺑﻦ ﻋﻴﻴﻨﺔ ﻭﻋﺒﺪ اﻟﺮﺣﻤﻦ ﺑﻦ ﻋﻤﺮ اﻷﻭﺯاﻋﻲ

Tidak boleh taqlid kepada selain mereka para imam yang 4 dari para mujtahid lainnya di dalam masalah furu', semisal Imam Sufyan Ats Tsauri, Sufyan bin 'Uyainah dan Abdurrahman bin Umar Al Auza'i

ﻭﻻ ﻳﺠﻮﺯ ﺃﻳﻀﺎ ﺗﻘﻠﻴﺪ ﻭاﺣﺪ ﻣﻦ ﺃﻛﺎﺑﺮ اﻟﺼﺤﺎﺑﺔ ﻷﻥ ﻣﺬاﻫﺒﻬﻢ ﻟﻢ ﺗﻀﺒﻂ ﻭﻟﻢ ﺗﺪﻭﻥ

Dan tidak boleh juga taqlid kepada satu dari para sahabat yanng terkenal karena madzhab-madzhab mereka tidak dikoreksi dan tidak dicatat.

Kitab Nihayatuz Zain. Fiqih Madzhab Syafi'i.

Tidak ada ulama yang meluangkan waktunya untuk meneliti kembali pendapat pendapat para Imam Mujtahid selain Imam yang empat menjadikannya tidak boleh taqlid kepadanya.

Sulit untuk meneliti pendapat pendapat para imam mujtahid selain Imam yang 4 karena pendapat pendapat mereka tidak dicatat dan tidak dirangkum dalam satu kitab semisal kitab Al Umm, mukhtashor al muzani dan mukhtashor Al Buwaithi yang merangkum pendapat pendapat Imam Syafi'iy.

Lain halnya dengan madzhab Imam yang 4, bisa diketahui dari kitab Tabaqat ulama masing masing madzhab, bahwa setiap madzhab memiliki pengikut dari para Imam ahli hadits dan ahli fiqih disetiap generasi. Mereka meneliti dan mengoreksi pendapat para Imam yang mereka ikuti dari sisi pendalilannya.

Maka sangat mustahil sekali pendapat di dalam madzhab menyalahi hadits sohih. Karena sudah dikoreksi berulang kali oleh para Imam ahli hadits dan ahli fiqih selama ribuan tahun.

Bisa dikatakan pendapat pendapat di dalam madzhab itu sudah divalidasi dan dikualifikasi dengan status valid dan terkualifikasi.

Mengikuti cara Wahabi di dalam berijtihad atau berijtihad sendiri dari dalil dalil syar'iy bukanlah pilihan yang cerdas bagi orang yang bukan ahli ijtihad mutlak.

Karena tidak ada yang meneliti pendapat mereka tatkala mereka memiliki pendapat mandiri yang tidak pernah ditetapkan para imam mujtahid seperti mengharamkan membaca Al Quran di kuburan contohnya.

PENYEBAB REZEKI SERET

 Lagi ngalamin rezeki seret? Mungkin kamu lakukan 4 hal ini menurut Ibnul Qayyim dalam kitabnya Zaadul Ma’ad;

1. Tidur pagi

Suka tidur pagi? Baiknya paksa diri untuk gak lakukan lagi.

Kenapa?

Karena waktu pagi adalah waktu penuh berkah.

Dari sahabat Shakhr Al-Ghamidiy radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‎اللَّهُمَّ بَارِكْ لأُمَّتِى فِى بُكُورِهَا

“Ya Allah, berkahilah umatku di waktu paginya.”

2. Sedikit shalat,

Sedikit shalat berarti kurang ketakwaan kita, padahal takwa itulah pembuka pintu rezeki. Bahkan Allah sudah berfirman,

“Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi segala sesuatu.” (QS. Ath-Thalaq: 2-3)

3. Bermalas-malasan,

Faktor ini juga yang buat rezekimu seret. Masih kuat, usia belum tua. Tapi sukanya rebahan.

Bahkan dalam hadits di bawah ini, burung jadi analoginya korelasi antara kerja dan tawakkal

“Seandainya kalian benar-benar bertawakal kepada Allah, tentu kalian akan diberi rezeki sebagaimana burung diberi rezeki. Ia pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali pada sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad)

4. Sifat khianat

Tidak amanah, orang sulit percaya. bagaimana kamu mudah mendapatkan pekerjaan, mendapatkan tanggungjawab sehingga mendapatkan rezeki dengan mudah?

Orang yang berkhianat terhadap amanah, pun menyandang salah satu sifat munafik.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‎آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ

“Tiga tanda munafik adalah jika berkata, ia dusta; jika berjanji, ia mengingkari; dan ketika diberi amanat, maka ia ingkar.” (HR. Bukhari dan Muslim).

PERBAIKI HAL-HAL PENYEBAB TERSEBUT

SAMBIL IKHTIAR DAWAMKAN DOA-DOA INI

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca do’a:

Doa Pertama : Allahumma inni a’udzu bika minal ‘ajzi, wal kasali, wal jubni, wal haromi, wal bukhl. Wa a’udzu bika min ‘adzabil qobri wa min fitnatil mahyaa wal mamaat.

‎ اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْجُبْنِ وَالْهَرَمِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ

(Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, rasa malas, rasa takut, kejelekan di waktu tua, dan sifat kikir. Dan aku juga berlindung kepada-Mu dari siksa kubur serta bencana kehidupan dan kematian).”

(HR. Bukhari no. 6367 dan Muslim no. 2706)

Dari ‘Ali, ada seorang budak mukatab (yang berjanji pada tuannya ingin memerdekakan diri dengan dengan syarat melunasi pembayaran tertentu) yang mendatanginya, ia berkata, “Aku tidak mampu melunasi untuk memerdekakan diriku.” Ali pun berkata, “Maukah kuberitahukan padamu beberapa kalimat yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengajarkannya padaku yaitu seandainya engkau memiliki utang sepenuh gunung, maka Allah akan memudahkanmu untuk melunasinya. Ucapkanlah doa :

Doa Kedua : “Allahumak-finii bi halaalika ‘an haroomik, wa agh-niniy bi fadhlika ‘amman siwaak”

اللَّهُمَّ اكْفِنِى بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنِى بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ

[Ya Allah cukupkanlah aku dengan yang halal dan jauhkanlah aku dari yang haram, dan cukupkanlah aku dengan karunia-Mu dari bergantung pada selain-Mu]

(HR. Tirmidzi no. 3563, hasan menurut At Tirmidzi, begitu pula hasan kata Syaikh Al Albani)


NIKAH BEDA TINGKAT PENDIDIKAN

 Ya nggak gimana-gimana selama nggak jadi masalah

Tingkat pendidikan biasanya dijadikan indikator untuk menilai intelektualitas seseorang yang akan memengaruhi adabnya. Meskipun belum tentu begitu ya.

Ada orang yang tingkat pendidikannya gak tinggi-tinggi banget tapi adabnya baik dan wawasannya luas, sedangkan ada juga orang yang tingkat pendidikannya sampai profesor tapi akhlaknya buruk. Jadi tingkat pendidikan bisa sangat mempengaruhi, tapi kalau ilmunya tidak ditemui dan dipraktikkan dengan baik jadi tidak terlihat hasilnya.

Gini... Tiap menentukan kriteria, tanya pada diri sendiri buat apa tujuanmu? Bisa jadi bukan karena tingkat pendidikannya tapi dampak di baliknya.

Mungkin memilih yang setara pendidikan biar nyambung ngobrolnya, biar sefrekuensi, biar mudah mencapai visi-misi pernikahan. Bisa jadi kalau bertemu dengan orang yang memenuhi kriteria ini, terlepas dari apapun tingkat pendidikannya, gak jadi masalah.

Jika memang punya alasan, ya nggak salah kok memilih orang yang tingkat pendidikannya setara. Khawatir kalau terjadi gap yang mengganggu keharmonisan rumah tangga. Tapi kalau ternyata gap ini dianggap gak jadi masalah, ya gak apa-apa. Balik ke pilihan masing-masing.

JUMPING URINE

PENTING untuk semua laki-laki yang berusia di atas 50 tahun, apabila mengalami kesulitan buang air seni akibat pembesaran prostat, untuk mengetahui manfaat  "JUMPING URINE" ini.

Apa yang harus dilakukan, jika tiba-tiba Anda tidak bisa Buang Air Kecil (BAK)...?

Baru-baru ini saya bertemu dgn seorang dokter allopathy yg terkenal karena artikel-artikel medisnya. Dia berusia 70-an, seorang spesialis THT.  

Sungguh mengherankan mendengar salah satu pengalaman yg dia bagikan berikut ini. 

Pagi hari itu, ketika dia terbangun, dia menemukan masalah. Dia memiliki dorongan untuk buang air kecil, tapi entah kenapa dia tidak bisa melakukannya.. 

Pada usia ini, beberapa orang menghadapi masalah seperti itu, umumnya mereka hanya bisa mengerang kesakitan dan kemudian pergi ke rumah sakit. Tetapi bagaimana bila mereka berada di pelosok daerah atau hanya tinggal sendirian...???

Upaya terus-menerusnya tidak menghasilkan apapun, lalu dia sadar,  ada beberapa masalah. Meskipun dia seorang dokter,  tapi dia sendiri pun tidak terkecuali dgn masalah-masalah fisik, karena dia juga terbuat dari daging dan darah yg sama seperti semua orang. 

Sekarang perut bagian bawahnya mulai menjadi berat dan dia tidak bisa duduk atau berdiri dan merasa sangat menderita karena hal tsb.

Pada saat itu dia menerima sebuah panggilan masuk yg kebetulan berasal dari dokter allopathy lain dari kotanya.

Dengan susah payah dokter THT tersebut pun menjelaskan situasinya kepada dokter teman masa kecilnya itu. 

Temannya berkata dengan enteng,  "Oh, kandung kemih Anda sudah penuh dan Anda tidak bisa buang air kecil. Jangan khawatir, lakukan seperti yang saya sarankan, insya Allah Anda akan bisa buang air kecil dengan lancar". 

*Dan dia mulai memberi instruksi:*

*"Berdiri dan melompat dgn kuat..., Sambil melompat, angkat kedua tangan Anda seolah-olah Anda sedang memetik buah mangga. Lakukan seperti ini 15 sampai 20 kali ".*

'Apa...??? Saat kandung kemihku penuh, dia ingin aku melompat...???"

Meski sedikit skeptis, dokter THT itu mulai mencobanya. 

Apa yg terjadi..? Setelah melakukan 5 sampai 6 kali Jumping Urine, dokter THT tsb mulai merasa ingin buang air kecil, dan.. akhirnya keluarlah air seninya dengan banyak.  

Dokter THT merasa sangat gembira dan merasa bersyukur, karena saran dari dokter teman masa kecilnya tsb bisa menyelesaikan masalahnya dengan cara yg sangat sederhana. 

Jika tidak, masalah ini akan mengharuskan saya masuk ke rumah sakit,  di mana mereka tentu akan memasukkan kateter ke dalam kandung kemih, memberikan suntikan, antibiotik dll sehingga mengakibatkan adanya tagihan yg jumlahnya cukup besar, selain itu juga akan ada  tekanan fisik dan mental untuknya. Minimum 3 hari opname,  check up, bahkan ada kemungkinan harus dilakukan operasi batu ginjal...

Silahkan berbagi,  untuk kepentingan orang lain dan sosialisasikan JUMPING URINE ini...!!


SEMOGA BERMANFAAT & TETAP SEHAT.

ASHABUL UKHDUD

Kisah ini dikenal dengan kisah ashabul ukhdud yaitu orang-orang yang membakar orang beriman dalam parit. Orang-orang yang beriman ini tetap teguh pada keimanan mereka pada Allah, hingga raja di masa itu marah dan membakar mereka hidup-hidup. Kisah ini mengajarkan wajibnya bersabar dalam berpegang teguh pada kebenaran meskipun harus disakiti.

Kisah ini disebutkan dalam firman Allah,

وَالسَّمَاءِ ذَاتِ الْبُرُوجِ (1) وَالْيَوْمِ الْمَوْعُودِ (2) وَشَاهِدٍ وَمَشْهُودٍ (3) قُتِلَ أَصْحَابُ الْأُخْدُودِ (4) النَّارِ ذَاتِ الْوَقُودِ (5) إِذْ هُمْ عَلَيْهَا قُعُودٌ (6) وَهُمْ عَلَى مَا يَفْعَلُونَ بِالْمُؤْمِنِينَ شُهُودٌ (7) وَمَا نَقَمُوا مِنْهُمْ إِلَّا أَنْ يُؤْمِنُوا بِاللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ (8) الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ (9)

“Demi langit yang mempunyai gugusan bintang, dan hari yang dijanjikan, dan yang menyaksikan dan yang disaksikan. Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman. Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji, Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.” (QS. Al Buruj: 1-9).

Kisah selengkapnya mengenai Ashabul Ukhdud diceritakan dalam hadits yang panjang berikut.

عَنْ صُهَيْبٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « كَانَ مَلِكٌ فِيمَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ وَكَانَ لَهُ سَاحِرٌ فَلَمَّا كَبِرَ قَالَ لِلْمَلِكِ إِنِّى قَدْ كَبِرْتُ فَابْعَثْ إِلَىَّ غُلاَمًا أُعَلِّمْهُ السِّحْرَ. فَبَعَثَ إِلَيْهِ غُلاَمًا يُعَلِّمُهُ فَكَانَ فِى طَرِيقِهِ إِذَا سَلَكَ رَاهِبٌ فَقَعَدَ إِلَيْهِ وَسَمِعَ كَلاَمَهُ فَأَعْجَبَهُ فَكَانَ إِذَا أَتَى السَّاحِرَ مَرَّ بِالرَّاهِبِ وَقَعَدَ إِلَيْهِ فَإِذَا أَتَى السَّاحِرَ ضَرَبَهُ فَشَكَا ذَلِكَ إِلَى الرَّاهِبِ فَقَالَ إِذَا خَشِيتَ السَّاحِرَ فَقُلْ حَبَسَنِى أَهْلِى. وَإِذَا خَشِيتَ أَهْلَكَ فَقُلْ حَبَسَنِى السَّاحِرُ.

Dari Shuhaib, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Dahulu ada seorang raja dari golongan umat sebelum kalian, ia mempunyai seorang tukang sihir. Ketika tukang sihir tersebut berada dalam usia senja, ia mengatakan kepada raja bahwa ia sudah tua dan ia meminta agar dikirimkan anak yang akan jadi pewaris ilmu sihirnya. Maka ada seorang anak yang diutus padanya. Tukang sihir tersebut lalu mengajarinya.

Di tengah perjalanan ingin belajar, anak ini bertemu seorang rahib (pendeta) dan ia pun duduk bersamanya dan menyimak nasehat si rahib. Ia pun begitu takjub pada nasehat-nasehat yang disampaikan si rahib. Ketika ia telah mendatangi tukang sihir untuk belajar, ia pun menemui si rahib dan duduk bersamanya. Ketika terlambatnya mendatangi tukang sihir, ia dipukul, maka ia pun mengadukannya pada rahib. Rahib pun berkata, “Jika engkau khawatir pada tukang sihir tersebut, maka katakan saja bahwa keluargaku menahanku. Jika engkau khawatir pada keluargamu, maka katakanlah bahwa tukang sihir telah menahanku.”

فَبَيْنَمَا هُوَ كَذَلِكَ إِذْ أَتَى عَلَى دَابَّةٍ عَظِيمَةٍ قَدْ حَبَسَتِ النَّاسَ فَقَالَ الْيَوْمَ أَعْلَمُ آلسَّاحِرُ أَفْضَلُ أَمِ الرَّاهِبُ أَفْضَلُ فَأَخَذَ حَجَرًا فَقَالَ اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ أَمْرُ الرَّاهِبِ أَحَبَّ إِلَيْكَ مِنْ أَمْرِ السَّاحِرِ فَاقْتُلْ هَذِهِ الدَّابَّةَ حَتَّى يَمْضِىَ النَّاسُ. فَرَمَاهَا فَقَتَلَهَا وَمَضَى النَّاسُ فَأَتَى الرَّاهِبَ فَأَخْبَرَهُ فَقَالَ لَهُ الرَّاهِبُ أَىْ بُنَىَّ أَنْتَ الْيَوْمَ أَفْضَلُ مِنِّى. قَدْ بَلَغَ مِنْ أَمْرِكَ مَا أَرَى وَإِنَّكَ سَتُبْتَلَى فَإِنِ ابْتُلِيتَ فَلاَ تَدُلَّ عَلَىَّ

Pada suatu saat ketika di waktu ia dalam keadaan yang demikian itu, lalu tibalah ia di suatu tempat dan di situ ada seekor binatang besar yang menghalangi orang banyak (di jalan yang dilalui mereka). Anak itu lalu berkata, “Pada hari ini saya akan mengetahui, apakah penyihir itu yang lebih baik ataukah rahib itu.” Ia pun mengambil sebuah batu kemudian berkata, “Ya Allah, apabila perkara rahib itu lebih dicintai di sisi-Mu daripada tukang sihir itu, maka bunuhlah binatang ini sehingga orang-orang banyak dapat berlalu.” Lalu ia melempar binatang tersebut dan terbunuh. Lalu orang-orang bisa lewat.  Lalu ia mendatangi rahib dan mengabarkan hal tersebut. Rahib tersebut pun mengatakan, “Wahai anakku, saat ini engkau lebih mulia dariku. Keadaanmu sudah sampai pada tingkat sesuai apa yang saya lihat. Sesungguhnya engkau akan mendapat cobaan, maka jika benar demikian, janganlah menyebut namaku.”

كَانَ الْغُلاَمُ يُبْرِئُ الأَكْمَهَ وَالأَبْرَصَ وَيُدَاوِى النَّاسَ مِنْ سَائِرِ الأَدْوَاءِ فَسَمِعَ جَلِيسٌ لِلْمَلِكِ كَانَ قَدْ عَمِىَ فَأَتَاهُ بِهَدَايَا كَثِيرَةٍ فَقَالَ مَا هَا هُنَا لَكَ أَجْمَعُ إِنْ أَنْتَ شَفَيْتَنِى فَقَالَ إِنِّى لاَ أَشْفِى أَحَدًا إِنَّمَا يَشْفِى اللَّهُ فَإِنْ أَنْتَ آمَنْتَ بِاللَّهِ دَعَوْتُ اللَّهَ فَشَفَاكَ. فَآمَنَ بِاللَّهِ فَشَفَاهُ اللَّهُ

Anak itu lalu dapat menyembuhkan orang buta dan yang berpenyakit kulit. Ia pun dapat menyembuhkan orang-orang dari berbagai macam penyakit. Berita ini pun sampai di telinga sahabat dekat raja yang telah lama buta. Ia pun mendatangi pemuda tersebut dengan membawa banyak hadiah. Ia berkata pada pemuda tersebut, “Ini semua bisa jadi milikmu asalkan engkau menyembuhkanku.” Pemuda ini pun berkata, “Aku tidak dapat menyembuhkan seorang pun. Yang mampu menyembuhkan hanyalah Allah. Jika engkau mau beriman pada Allah, aku akan berdo'a pada-Nya supaya engkau bisa disembuhkan.” Ia pun beriman pada Allah, lantas Allah menyembuhkannya.

فَأَتَى الْمَلِكَ فَجَلَسَ إِلَيْهِ كَمَا كَانَ يَجْلِسُ فَقَالَ لَهُ الْمَلِكُ مَنْ رَدَّ عَلَيْكَ بَصَرَكَ قَالَ رَبِّى. قَالَ وَلَكَ رَبٌّ غَيْرِى قَالَ رَبِّى وَرَبُّكَ اللَّهُ. فَأَخَذَهُ فَلَمْ يَزَلْ يُعَذِّبُهُ حَتَّى دَلَّ عَلَى الْغُلاَمِ فَجِىءَ بِالْغُلاَمِ فَقَالَ لَهُ الْمَلِكُ أَىْ بُنَىَّ قَدْ بَلَغَ مِنْ سِحْرِكَ مَا تُبْرِئُ الأَكْمَهَ وَالأَبْرَصَ وَتَفْعَلُ وَتَفْعَلُ . فَقَالَ إِنِّى لاَ أَشْفِى أَحَدًا إِنَّمَا يَشْفِى اللَّهُ. فَأَخَذَهُ فَلَمْ يَزَلْ يُعَذِّبُهُ حَتَّى دَلَّ عَلَى الرَّاهِبِ فَجِىءَ بِالرَّاهِبِ فَقِيلَ لَهُ ارْجِعْ عَنْ دِينِكَ. فَأَبَى فَدَعَا بِالْمِئْشَارِ فَوَضَعَ الْمِئْشَارَ فِى مَفْرِقِ رَأْسِهِ فَشَقَّهُ حَتَّى وَقَعَ شِقَّاهُ ثُمَّ جِىءَ بِجَلِيسِ الْمَلِكِ فَقِيلَ لَهُ ارْجِعْ عَنْ دِينِكَ. فَأَبَى فَوَضَعَ الْمِئْشَارَ فِى مَفْرِقِ رَأْسِهِ فَشَقَّهُ بِهِ حَتَّى وَقَعَ شِقَّاهُ

Sahabat raja tadi kemudian mendatangi raja dan ia duduk seperti biasanya. Raja pun bertanya padanya, “Siapa yang menyembuhkan penglihatanmu?” Ia pun menjawab, “Rabbku.”Raja pun kaget, “Apa engkau punya Rabb (Tuhan) selain aku?” Sahabatnya pun berkata, “Rabbku dan Rabbmu itu sama yaitu Allah.” Raja tersebut pun menindaknya, ia terus menyiksanya sampai ditunjukkan anak yang tadi. (Ketika anak tersebut datang), raja lalu berkata padanya, “Wahai anakku, telah sampai padaku berita mengenai sihirmu yang bisa menyembuhkan orang buta dan berpenyakit kulit, serta engkau dapat melakukan ini dan itu.” Pemuda tersebut pun menjawab, “Sesungguhnya aku tidaklah dapat menyembuhkan siapa pun. Yang menyembuhkan adalah Allah.” Mendengar hal itu, raja lalu menindaknya, ia terus menyiksanya, sampai ditunjukkan pada pendeta yang menjadi gurunya. (Ketika pendeta tersebut didatangkan), raja pun memerintahkan padanya, “Kembalilah pada ajaranmu!” Pendeta itu pun enggan. Lantas didatangkanlah gergaji dan diletakkan di tengah kepalanya. Lalu dibelahlah kepalanya dan terjatuhlah belahan kepala tersebut. Setelah itu, sahabat dekat raja didatangkan pula, ia pun diperintahkan hal yang sama dengan pendeta, “Kembalilah pada ajaranmu!” Ia pun enggan. Lantas (terjadi hal yang sama), didatangkanlah gergaji dan diletakkan di tengah kepalanya. Lalu dibelahlah kepalanya dan terjatuhlah belahan kepala tersebut.

ثُمَّ جِىءَ بِالْغُلاَمِ فَقِيلَ لَهُ ارْجِعْ عَنْ دِينِكَ. فَأَبَى فَدَفَعَهُ إِلَى نَفَرٍ مِنْ أَصْحَابِهِ فَقَالَ اذْهَبُوا بِهِ إِلَى جَبَلِ كَذَا وَكَذَا فَاصْعَدُوا بِهِ الْجَبَلَ فَإِذَا بَلَغْتُمْ ذُرْوَتَهُ فَإِنْ رَجَعَ عَنْ دِينِهِ وَإِلاَّ فَاطْرَحُوهُ فَذَهَبُوا بِهِ فَصَعِدُوا بِهِ الْجَبَلَ فَقَالَ اللَّهُمَّ اكْفِنِيهِمْ بِمَا شِئْتَ. فَرَجَفَ بِهِمُ الْجَبَلُ فَسَقَطُوا وَجَاءَ يَمْشِى إِلَى الْمَلِكِ فَقَالَ لَهُ الْمَلِكُ مَا فَعَلَ أَصْحَابُكَ قَالَ كَفَانِيهِمُ اللَّهُ. فَدَفَعَهُ إِلَى نَفَرٍ مِنْ أَصْحَابِهِ فَقَالَ اذْهَبُوا بِهِ فَاحْمِلُوهُ فِى قُرْقُورٍ فَتَوَسَّطُوا بِهِ الْبَحْرَ فَإِنْ رَجَعَ عَنْ دِينِهِ وَإِلاَّ فَاقْذِفُوهُ. فَذَهَبُوا بِهِ فَقَالَ اللَّهُمَّ اكْفِنِيهِمْ بِمَا شِئْتَ. فَانْكَفَأَتْ بِهِمُ السَّفِينَةُ فَغَرِقُوا وَجَاءَ يَمْشِى إِلَى الْمَلِكِ فَقَالَ لَهُ الْمَلِكُ مَا فَعَلَ أَصْحَابُكَ قَالَ كَفَانِيهِمُ اللَّهُ.

Kemudian giliran pemuda tersebut yang didatangkan. Ia diperintahkan hal yang sama, “Kembalikan pada ajaranmu!” Ia pun enggan. Kemudian anak itu diserahkan kepada pasukan raja. Raja berkata, “Pergilah kalian bersama pemuda ini ke gunung ini dan itu. Lalu dakilah gunung tersebut bersamanya. Jika kalian telah sampai di puncaknya, lalu ia mau kembali pada ajarannya, maka bebaskan dia. Jika tidak, lemparkanlah ia dari gunung tersebut.” Lantas pasukan raja tersebut pergi bersama pemuda itu lalu mendaki gunung. Lalu pemuda ini berdo'a, “Ya Allah, cukupilah aku dari tindakan mereka dengan kehendak-Mu.” Gunung pun lantas berguncang dan semua pasukan raja akhirnya jatuh. Lantas pemuda itu kembali berjalan menuju raja. Ketika sampai, raja berkata pada pemuda, “Apa yang dilakukan teman-temanmu tadi?” Pemuda tersebut menjawab, “Allah Ta'ala telah mencukupi dari tindakan mereka.”Lalu pemuda ini dibawa lagi bersama pasukan raja. Raja memerintahkan pada pasukannya, “Pergilah kalian bersama pemuda ini dalam sebuah sampan menuju tengah lautan. Jika ia mau kembali pada ajarannya, maka bebaskan dia. Jika tidak, tenggelamkanlah dia.” Mereka pun lantas pergi bersama pemuda ini. Lalu pemuda ini pun berdo'a, “Ya Allah, cukupilah aku dari tindakan mereka dengan kehendak-Mu.” Tiba-tiba sampan tersebut terbalik, lalu pasukan raja tenggelam. Pemuda tersebut kembali berjalan mendatangi raja. Ketika menemui raja, ia pun berkata pada pemuda, “Apa yang dilakukan teman-temanmu tadi?” Pemuda tersebut menjawab, “Allah Ta'ala telah mencukupi dari tindakan mereka.”


فَقَالَ لِلْمَلِكِ إِنَّكَ لَسْتَ بِقَاتِلِى حَتَّى تَفْعَلَ مَا آمُرُكَ بِهِ. قَالَ وَمَا هُوَ قَالَ تَجْمَعُ النَّاسَ فِى صَعِيدٍ وَاحِدٍ وَتَصْلُبُنِى عَلَى جِذْعٍ ثُمَّ خُذْ سَهْمًا مِنْ كِنَانَتِى ثُمَّ ضَعِ السَّهْمَ فِى كَبِدِ الْقَوْسِ ثُمَّ قُلْ بِاسْمِ اللَّهِ رَبِّ الْغُلاَمِ.


ثُمَّ ارْمِنِى فَإِنَّكَ إِذَا فَعَلْتَ ذَلِكَ قَتَلْتَنِى. فَجَمَعَ النَّاسَ فِى صَعِيدٍ وَاحِدٍ وَصَلَبَهُ عَلَى جِذْعٍ ثُمَّ أَخَذَ سَهْمًا مِنْ كِنَانَتِهِ ثُمَّ وَضَعَ السَّهْمَ فِى كَبِدِ الْقَوْسِ ثُمَّ قَالَ بِاسْمِ اللَّهِ رَبِّ الْغُلاَمِ. ثُمَّ رَمَاهُ فَوَقَعَ السَّهْمُ فِى صُدْغِهِ فَوَضَعَ يَدَهُ فِى صُدْغِهِ فِى مَوْضِعِ السَّهْمِ فَمَاتَ فَقَالَ النَّاسُ آمَنَّا بِرَبِّ الْغُلاَمِ آمَنَّا بِرَبِّ الْغُلاَمِ آمَنَّا بِرَبِّ الْغُلاَمِ.

Ia pun berkata pada raja, “Engkau tidak bisa membunuhku sampai engkau memenuhi syaratku.” Raja pun bertanya, “Apa syaratnya?” Pemuda tersebut berkata, “Kumpulkanlah rakyatmu di suatu bukit. Lalu saliblah aku di atas sebuah pelepah. Kemudian ambillah anak panah dari tempat panahku, lalu ucapkanlah, “Bismillah robbil ghulam, artinya: dengan menyebut nama Allah Tuhan dari pemuda ini.” Lalu panahlah aku karena jika melakukan seperti itu, engkau pasti akan membunuhku.” Lantas rakyat pun dikumpulkan di suatu bukit. Pemuda tersebut pun disalib di pelepah, lalu raja tersebut mengambil anak panah dari tempat panahnya kemudian diletakkan di busur. Setalah itu, ia mengucapkan, “Bismillah robbil ghulam, artinya: dengan menyebut nama Allah Tuhan dari pemuda ini.” Lalu dilepaslah dan panah tersebut mengenai pelipisnya. Lalu pemuda tersebut memegang pelipisnya tempat anak panah tersebut menancap, lalu ia pun mati. Rakyat yang berkumpul tersebut lalu berkata, “Kami beriman pada Tuhan pemuda tersebut. Kami beriman pada Tuhan pemuda tersebut.”

فَأُتِىَ الْمَلِكُ فَقِيلَ لَهُ أَرَأَيْتَ مَا كُنْتَ تَحْذَرُ قَدْ وَاللَّهِ نَزَلَ بِكَ حَذَرُكَ قَدْ آمَنَ النَّاسُ. فَأَمَرَ بِالأُخْدُودِ فِى أَفْوَاهِ السِّكَكِ فَخُدَّتْ وَأَضْرَمَ النِّيرَانَ وَقَالَ مَنْ لَمْ يَرْجِعْ عَنْ دِينِهِ فَأَحْمُوهُ فِيهَا. أَوْ قِيلَ لَهُ اقْتَحِمْ. فَفَعَلُوا حَتَّى جَاءَتِ امْرَأَةٌ وَمَعَهَا صَبِىٌّ لَهَا فَتَقَاعَسَتْ أَنْ تَقَعَ فِيهَا فَقَالَ لَهَا الْغُلاَمُ يَا أُمَّهِ اصْبِرِى فَإِنَّكِ عَلَى الْحَقِّ

Raja datang, lantas ada yang berkata, “Apa yang selama ini engkau khawatirkan? Sepertinya yang engkau khawatirkan selama ini benar-benar telah terjadi. Manusia saat ini telah beriman pada Tuhan pemuda tersebut.” Lalu raja tadi memerintahkan untuk membuat parit di jalanan lalu dinyalakan api di dalamnya. Raja tersebut pun berkata, “Siapa yang tidak mau kembali pada ajarannya, maka lemparkanlah ia ke dalamnya.” Atau dikatakan, “Masuklah ke dalamnya.” Mereka pun melakukannya, sampai ada seorang wanita bersama bayinya. Wanita ini pun begitu tidak berani maju ketika akan masuk di dalamnya. Anaknya pun lantas berkata, “Wahai ibu, bersabarlah karena engkau di atas kebenaran.” (HR. Muslim no. 3005).


Beberapa faedah dari kisah di atas:

1- Raja yang zalim akan terus mencari pewarisnya dan ingin kekuasaannya terus ada.

2- Raja atau penguasa yang tidak berhukum dengan syari'at Allah biasa menggunakan dukun dan sihir untuk mendukung kekuasaannya, seperti ini tetap terus ada hingga saat ini.

3- Anjuran mengajari anak sejak kecil karena hasilnya lebih mudah melekat dibanding sudah besar. Seperti kata pepatah arab, innal 'ilma fish shighor kan-naqsyi fil hajar, artinya sesungguhnya ilmu ketika kecil seperti memahat di batu. Artinya, ilmu ketika kecil itu lebih kokoh.

4- Adanya karomah para wali. Wali Allah adalah orang yang beriman dan bertakwa.

5- Hati hamba di tangan Allah. Allah sesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk pada siapa yang Dia kehendaki. Pemuda dalam kisah ini padahal dalam pengasuhan raja dan pengajaran tukang sihir, namun ia bisa mendapat hidayah pada kebenaran.

6- Pemuda ini menyandarkan penyembuhan pada Allah, bukan pada dirinya. Sehingga hal ini menunjukkan janganlah tertipu dengan karomah atau kejadian aneh yang bisa diperbuat seseorang.

7- Boleh menguji kebenaran seseorang ketika dalam kondisi ragu atau hati yang berguncang. Seperti pemuda ini menguji apakah yang benar adalah tukang sihir ataukah rahib (pendeta) dengan melempar binatang besar.

8- Pendeta tadi menyarankan pada pemuda untuk mengatakan “Jika engkau khawatir pada tukang sihir tersebut, maka katakan saja bahwa keluargaku menahanku. Jika engkau khawatir pada keluargamu, maka katakanlah bahwa tukang sihir telah menahanku.” Ini menunjukkan bahwa mengakal-akali orang lain (berbohong) itu boleh jika ada maslahat seperti saat perang atau untuk menyelematkan diri.

9- Ada orang beriman yang digergaji demi mempertahankan imannya.

10- Allah selalu memenangkan kebenaran dan menolong orang yang berpegang teguh pada kebenaran.

11- Boleh bagi seseorang mengorbankan dirinya sendiri jika ada maslahat agama yang besar seperti pemuda ini yang mengorbankan dirinya dan membuat seluruh rakyat beriman pada Allah.

12- Nampak jelas perbedaan thoghut dan da'i ilallah. Thoghut mengajak manusia supaya menjadikan ibadah pada sesembahan selain Allah. Sedangkan da'i ilallah mengajak manusia  peribadatan pada Allah saja.

13- Kadang seorang wali Allah diberi karomah berulang kali, tujuannya untuk mengokohkan imannya.

14- Orang kafir tidak bisa membantah argumen dari orang beriman. Yang  membuat mereka menolak kebenaran adalah karena sifat sombong yang ada pada mereka.

15- Orang yang zalim akan menindak orang yang tidak mau manut pada perintahnya dan menindak setiap orang yang beriman pada Allah, tujuannya supaya kekuasaan dunia mereka langgeng.

16- Melalui orang zalim dapat muncul bukti kebenaran. Rakyat dalam kisah ini beriman kepada Allah disebabkan karena kokoh, jujur dan ketakutan pemuda ini hanya pada Allah.

17- Di antara bayi yang bisa berbicara padahal masih dalam momongan adalah bayi dalam kisah ini, selain itu juga ada bayi yang diajak bicara oleh Juraij dan Nabi 'Isa 'alaihis salam. Jadi, ada tiga bayi yang bisa bicara ketika masih dalam momongan.

18- Cerita ini menunjukkan mukjizat Al Qur'an karena cerita ini hampir dilupakan dalam sejarah dan disebutkan dalam Al Qur'an.

19- Boleh mengajari orang lain dengan menyebutkan kisah seperti ini. Karena kadang dengan nasehat langsung sukar diterima, beda halnya dengan menyampaikan kisah.

20- Setiap pemuda hendaklah mencontoh perjuangan pemuda dalam kisah ini, yaitu hendaklah ia berpegang teguh pada kebenaran dan terus bersabar, jangan sampai terjerumus dalam jalan kesesatan walau diancam dengan nyawa.

21- Wajib bagi setiap orang yang diuji keimanannya untuk bersabar, meski harus mengorbankan nyawa. Namun dalam masalah ini ada dua rincian:

(1)    Maslahatnya kembali pada diri sendiri. Ketika diperintahkan mengucapkan kalimat kufur, misalnya, maka ia bisa memilih mengucapkannya ketika dipaksa, asalkan hati dalam keadaan tetap beriman. Ia juga boleh memilih untuk tidak mau mengucapkan walau sampai mengorbankan nyawanya.

(2)    Maslahatnya kembali pada orang banyak. Misalnya, kalau seandainya ia kafir di hadapan orang banyak, maka orang lain pun bisa ikut sesat. Dalam kondisi ini tidak boleh seseorang mengucapkan kalimat kufur, ia harus bersabar walau sampai dihilangkan nyawa. Hal ini dapat kita temukan dalam kisah Imam Ahmad yang masyhur. Ketika ia dipaksa mengucapkan 'Al Qur'an itu makhluk, bukan kalam Allah’. Imam Ahmad enggan dan akhirnya ia disakiti dengan dicambuk. Tetapi beliau tetap kokoh memegang prinsip Al Qur'an itu kalam Allah, bukan makhkuk. Jika Imam Ahmad tidak memegang prinsipnya tersebut, tentu manusia akan ikut sesat.

22- Hadits ini juga menunjukkan terkabulnya do'a orang yang dalam kondisi terjepit seperti do'a pemuda ini ketika ingin dilempar dari gunung dan ditenggelamkan di tengah lautan.

23- Kisah ini mengajarkan wajibnya bersabar ketika disakiti padahal berada dalam kebenaran.


WaLLAAHUa'lam

HANYA WANITA MUSLIM ASIA TENGGARA YANG SHOLAT PAKAI MUKENA

 Pemakaian mukena saat shalat hanya ditemukan di Indonesia dan Malaysia serta kawasan Asia Tenggara. Mukena, sebuah kata yang sampai saat ini kita tidak tahu dari mana asalnya, kalau bahasa melayunya orang sebut telekung.

Muslimah dari negara lain jika sholat, mereka menggunakan baju yang rapih, panjang dan tidak berbentuk, seperti jubah atau gamis panjang, yang terlihat hanya muka dan telapak tangan saja.

Tidak seperti di Timur Tengah. Di sana kita tidak akan menjumpai mukena yang terdiri dari rok dan atasan. Yang ada justru barqa atau abayya.

Muslimah melayu sholat biasanya memakai mukena

Tentu ada alasan mengapa demikian. Dahulu sebelum islam datang, busana kaum perempuan di Indonesia, tepatnya di Pulau jawa baru sekedar kain panjang jawa ( jarik_batik) tanpa dijahit dan kemben yang dililit.

Lalu ketika islam masuk dan disebarkan oleh Walisongo, terjadilah benturan budaya dengan syariah. Salah satunya adalah cara berbusana bagi kaum perempuan.

Dari benturan tersebut lahirlah kompromi - kompromi. Kompromi antaranya Walisongo dengan kaum perempuan di masa itu adalah menggunakan mukena ( Busana sesuai syariah dimana hanya wajah dan telapak tangan yang boleh terbuka yang dipakai ketika melaksanakan shalat.)

Sebelumnya perlu kita bedakan antara memakai mukena dengan menutup aurat. Seorang wanita bisa menutup aurat dengan model pakaian apapun, meskipun wujudnya bukan berupa mukena

Misalnya dengan memakai jilbab besar, dengan bawahan jubah atau memakai pakaian semisalnya yang menutup semua aurat, dari ujung rambut hingga kaki, selain wajah dan telapak tangan

Kemudian, termasuk syarat sah shalat bagi wanita adalah menutup seluruh auratnya. Tak terkecuali menutup kepalanya. Terdapat sebuah hadis dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah ﷺ bersabda,

Allah tidak menerima shalat wanita yang telah baligh, kecuali dengan memakai jilbab.(HR. Ahmad 25167, Abu Daud 641, Ibnu Khuzaimah no. 775 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth)

Dari keterangan di atas, seorang wanita dibolehkan shalat tanpa memakai mukena, namun dia harus tetap menutup aurat, dengan model pakaian apapun

Allahu a’lam.

Sunday, May 29, 2022

BISAKAH SESEORANG MENIKAH TANPA CINTA?

 Bagaimana kita bisa menikah tanpa cinta? Bukankah dengannya kita akan menghabiskan hidup bersama?


Bagaimana bisa kita menikah tanpa cinta, sedang Rasulullah saja meminta umatnya untuk melakukan nadzor untuk menumbuhkan rasa cinta sebelum menikah?


Bagaimana kita bisa menikah tanpa cinta, sedang Rasulullah saja mengizinkan Habibah menceraikan suaminya yang merupakan khatibnya Rasulullah, Tsabit bin qais (sahabat nabi yang dijamin masuk surga) tersebab Habibah merasa tidak cinta dengannya?


Maka saranku, menikahlah dengan cinta. Dan cinta itu bisa bersemi tatkala pertama kali kamu berjumpa dengannya. Terhadap akhlaknya, sikapnya, sifatnya, caranya berbicara, bahkan pada fisiknya.


Sekali lagi, menikahlah dengan cinta.

Karena dengannya, sebagian fitrah jiwamu terpenuhi. Menikahlah dengan cinta, karenanya beberapa permasalahan akan termaklumi dan mudah dibenahi. Menikahlah dengan cinta, agar hatimu tenang karena memiliki kecondongan yang dihalalkan Allah sang penguasa Hati.

BERSABAR TERHADAP ISTERI

Bukan hanya istri yang mesti sabar menghadapi suami, suami pun mesti sabar menghadapi istri karena bisa jadi didapati pada istri ada kekurangan dari segi agama, akhlak, kata-kata, dan lainnya.

Allah Ta'ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَحِلُّ لَكُمْ أَنْ تَرِثُوا النِّسَاءَ كَرْهًا ۖ وَلَا تَعْضُلُوهُنَّ لِتَذْهَبُوا بِبَعْضِ مَا آتَيْتُمُوهُنَّ إِلَّا أَنْ يَأْتِينَ بِفَاحِشَةٍ مُبَيِّنَةٍ ۚ وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۚ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا

“Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak." (QS. An-Nisaa': 19)

Ibnul Arabi menyebutkan bahwa telah menceritakan kepadanya Abul Qasim bin Abu Hubaib, dari Abul Qasim As-Suyuri, dari Abu Bakar bin 'Abdurrahman, tentang Syaikh Abu Muhammad bin Abu Zaid Al-Qairawani yang sangat terkenal dengan ilmu dan agamanya, di mana Abu Bakar bercerita,

وَكَانَتْ لَهُ زَوْجَةٌ سَيِّئَةُ الْعِشْرَةِ ، وَكَانَتْ تُقَصِّرُ فِي حُقُوقِهِ ، وَتُؤْذِيهِ بِلِسَانِهَا فَيُقَالُ لَهُ فِي أَمْرِهَا فَيَسْدُلُ بِالصَّبْرِ عَلَيْهَا

“Istri Syaikh Abu Muhammad Al-Qairawani diketahui berperangai buruk, tidak menjalankan kewajibannya sebagai istri, dan selalu menyakiti suaminya dengan lidahnya. Orang-orang banyak yang heran dan mencela sikap sabar dari Syaikh Abu Muhammad terhadap sang istri.”

Syaikh Abu Muhammad berkata,

أَنَا رَجُلٌ قَدْ أَكْمَلَ اللَّهُ عَلَيَّ النِّعْمَةَ فِي صِحَّةِ بَدَنِي وَمَعْرِفَتِي ، وَمَا مَلَكَتْ يَمِينِي ، فَلَعَلَّهَا بُعِثَتْ عُقُوبَةً عَلَى دِينِي ، فَأَخَاف إذَا فَارَقْتُهَا أَنْ تَنْزِلَ بِي عُقُوبَةٌ هِيَ أَشَدُّ مِنْهَا .

“Aku adalah orang yang telah diberikan oleh Allah berbagai macam nikmat berupa kesehatan badan, ilmu, dan dikaruniakan kepadaku budak-budak. Mungkin sikap jelek istriku adalah hukuman Allah atas kekurangan agamaku. Aku hanya takut jika ia kuceraikan akan turun ujian kepadaku lebih berat dari itu."

Dari penjelasan Syaikh Ibnu Abu Zaid menunjukkan bahwa kadang cobaan suami itu pada istrinya adalah karena kekurangan agama atau memang cobaan untuknya, moga dapat menghapus dosa-dosa.

Ibnul 'Arabi rahimahullah berkata mengenai firman Allah,

فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا

“Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak." (QS. An-Nisaa': 19)

Maksud ayat ini adalah, "Jika seseorang mendapati pada istrinya hal yang tidak ia sukai dan ia benci, selama ia tidak melakukan perbuatan fahisyah (zina) dan nusyuz (pembangkangan), bersabarlah terhadap gangguannya dan sedikitlah berbuat adil karena bisa jadi seperti itu lebih baik baginya."

Yang jelas kalau melihat kekurangan pada akhlak istri, maka lihatlah dari sisi lain, pasti ada yang bisa menutupi kekurangan tadi.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

لاَ يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِىَ مِنْهَا آخَرَ

“Janganlah seorang mukmin membenci seorang mukminah. Jika si pria tidak menyukai suatu akhlak pada si wanita, hendaklah ia melihat sisi lain yang ia ridai." (HR. Muslim, no. 1469)

Yang dimaksud dengan hadits di atas adalah jika mendapati pada istri suatu kekurangan, janganlah membencinya secara total. Walaupun akhlaknya ada yang jelek, di sisi lain ia memiliki agama yang bagus, ia cantik, ia 'afifah (menjaga diri dari zina), atau ia adalah kekasih yang baik. Demikian kata Imam Nawawi rahimahullah dalam Syarh Shahih Muslim, 10:56.

Yang jelas seorang suami bisa saja mendapati ujian dari istrinya sendiri, bahkan dari kata-kata istrinya yang pedas.

Imam Al-Ghazali rahimahullah dalam Ihya' Ulum Ad-Diin berkata,

الصَّبْرُ عَلَى لِسَانِ النِّسَاءِ مِمَّا يُمْتَحَنُ بِهِ الأَوْلِيَاءُ

“Bersabar dari kata-kata (menyakitkan) yang keluar dari mulut para istri adalah salah satu cobaan para wali.”


WaLLAAHUa'lam

SEPASANG SUAMI ISTRI YANG DITAKDIRKAN MISKIN TAPI BISA KAYA BERKAT SEDEKAH

 Kisah ini terjadi di zaman Nabi Musa Alaihi wa Sallam 

Sepasang suami istri hidup dengan penuh kemiskinan dan mereka menghadapinya dengan penuh kesabaran.

Suatu ketika, tatkala mereka beristirahat, sang istri bertanya kepada suaminya:

“Wahai suamiku, bukankah Musa adalah seorang Nabi?”.

Lalu sang suami menjawab:

“Ya, benar”

Sang istri berkata lagi:

"Kenapa kita tidak pergi saja kepadanya untuk mengadukan kehidupan kita yang penuh dengan kemiskinan dan memintanya agar ia berbicara kepada Tuhannya?

Agar Dia menganugerahkan kepada kita kekayaan”.

Akhirnya mereka mengadukan kemiskinannya kepada Nabi Musa Alaihi wa Sallam.

Lalu Nabi Musa As pergi menghadap Allah Subhanahu wa Ta’ala

dan menyampaikan keadaan keluarga tersebut, dan

Allah Subhanahu wa Ta’ala

berkata kepada Musa: “Wahai Musa, katakanlah kepada mereka, Aku akan memberikan kepada mereka kekayaan, tetapi kekayaan itu Aku berikan hanya satu tahun dan setelah satu tahun, akan Aku kembalikan mereka menjadi miskin kembali”.

Lalu Nabi Musa Alaihi wa Sallam  menyampaikan kepada mereka bahwasanya Tuhan telah mengabulkan permohonan mereka, dengan syarat kekayaan itu hanya satu tahun. Dan mereka menerima kabar tersebut dengan penuh kebahagiaan dan kegembiraan.

Beberapa hari kemudian datanglah rizqi yang melimpah dari jalan yang tidak diketahui dan merekapun menjadi orang terkaya pada saat itu.

Keadaan merekapun berubah dengan kekayaan yang melimpah.

Lalu sang istri berkata kepada suaminya:

"Wahai suamiku, selama setahun ini kita akan memberi makan orang orang miskin, karena setelah setahun kita akan kembali miskin”

Sang suami menjawab:

“Baiklah, kita akan menggunakan harta ini untuk membantu orang orang yang membutuhkannya”.*

Kemudian mereka membantu orang-orang yang membutuhkan dan membangun tempat-tempat singgah, serta menyediakan makan gratis bagi orang yang membutuhkan.

Setelah satu tahun berlalu, mereka masih tetap sibuk menyediakan makanan sampai mereka lupa bahwasanya sudah setahun lebih menjadi orang kaya dan mereka lupa bahwa akan kembali menjadi orang miskin.

Nabi Musa As pun heran melihat keadaan mereka yang tetap kaya dan berkata kepada Allah Subhanahu wa ta’ala

“Wahai Allah, bukankah Engkau berjanji memberikan mereka kekayaan hanya satu tahun saja, kemudian setelah itu Engkau akan kembalikan mereka pada kemiskinan?"

Allahpun berkata:

"Wahai Musa, Aku telah membuka satu pintu rizqi kepada mereka, tetapi mereka membuka beberapa pintu rizki untuk hamba-hamba-Ku”

“Wahai Musa, maka Aku titipkan lebih lama kekayaan itu pada mereka”.

“Wahai Musa, Aku sangat malu jikalau ada hamba-Ku lebih mulia dan lebih pemurah daripada-Ku”.

Nabi Musa As menjawab: “Maha Suci Engkau Ya Allah yang Maha Mulia lagi Maha Penyayang”


Thalhah bin Ubaidillah, Mata Elang Rasulullah yang Syahid Berjalan di Bumi

Ketika perang Uhud Thalhah melihat Rasulullah dikepung dari berbagai sisi, namun la sadar bahwa perisai nya telah bengkok, pedangnya telah patah, maka jalan satu-satunya adalah mengorbankan badannya sendiri untuk melindungi Rasulullah.

Unjaman tombak, tusukan panah, sebetan pedang mengenai tubuh Thalhah sampai 79 luka terdapat dalam tubuhnya. Saat Rasulullah akan dinaikan kesebuah batu Beliau tergelincir sampai 3 kali. Dengan tubuh yang berlumuran darah Thalhah membungkuk kan badan nya seraya berkata:

"Ya Rasulullah, naik lah ke atas batu itu, dengan badanku sebagai tumpuan nya."

Rasulullah naik seraya meneteskan airmata sambil berkata;

"Jika kalian ingin melihat orang mati Syahid tapi masih berjalan dimuka bumi, lihatlah Thalhah."

"Thalhah wajib masuk surga" "Thalhah wajib masuk surga"

DILARANG BACA MEMBACA ALQURAN KETIKA RUKU DAN SUJUD

 Bismillah. Pada dasarnya hukum membaca ayat-ayat Al-Quran ketika ruku’ dan sujud adalah dilarang.

.

Hal ini berdasarkan hadits-hadits shohih berikut ini:

.

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:

.

“Ketahuilah, sesungguhnya aku telah dilarang (oleh Allah) untuk membaca Al-Quran ketika ruku’ dan sujud. Adapun tatkala ruku’, maka agungkanlah Allah ‘Azza wa Jalla di dalamnya. Sedangkan tatkala sujud, maka berdoalah (kepada Allah) dengan sungguh-sungguh karena doa kalian sangat pantas dikabulkan.” (HR. Muslim no.479)

.

Dari Ali ibn Abi Thalib radhiyallahu anhu, ia berkata: “Rasulullah ﷺ pernah melarangku membaca Al-Quran baik ketika ruku’ maupun sujud.” (HR. Muslim no.480)

.

Dan para ulama telah bersepakat bahwa hukum membaca Al-Quran ketika ruku’ dan sujud adalah Makruh (tidak disukai). (Lihat kitab Al-Majmu’ karya Imam An-Nawawi III/411, dan Al-Mughni karya Imam Ibnu Qudamah II/181)

.

Akan tetapi jika seorang muslim dan muslimah membaca doa sapu jagad dan doa-doa selainnya dari ayat-ayat Al-Quran ketika sujud dengan niat berdoa dan bukan bermaksud membaca Al-Quran, maka hukumnya boleh,

.

sebagaimana yang difatwakan oleh Komite Tetap Urusan Fatwa dan Riset Ilmiah Saudi Arabia. (Lihat Fatawa Lajnah Daimah VI/443)

.

Hal ini berdasarkan sabda Nabi ﷺ. “Sesungguhnya amalan-amalan itu bergantung pada niatnya.” (HR. Al-Bukhori no.1 dan Muslim no.1907)

.

Demikian jawaban yang dapat kami sampaikan. Semoga mudah dipahami dan menjadi ilmu yang bermanfaat. Wallahu a’lam bish-shawab. Wabillahi at-Taufiq.

.

smbr: konsultasisyariah

CELAKALAH ORANG YANG PELIT

Ulama fikih membahas dalam kitab al buyu' satu pembahasan yang disebut 'aariyah. Yang dimaksud 'aariyah adalah pemilik barang membolehkan barangnya dimanfaatkan oleh pihak lain tanpa ada upah. Istilah gampangnya, 'aariyah artinya meminjamkan. Seperti misalnya meminjamkan laptop pada teman dan teman tersebut tidak dikenakan biaya apa-apa. Nah, orang yang enggan memberikan pinjaman pada saudaranya yang lain, padahal ia sebenarnya tidak lagi membutuhkan barang tersebut, alias ia pelit pinjamkan barang, inilah yang disebut wa yamna:unal maa'uun, yaitu enggan memberi pinjaman barang yang manfaat. Inilah istilah yang sering kita dengar dalam surat pendek yaitu surat Al Maa'un.


Penyebutan dalam Surat Al-Maa'uun

Allah Ta'ala berfirman,


أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ (1) فَذَلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ (2) وَلَا يَحُضُّ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ (3) فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ (4) الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ (5) الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ (6) وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ (7)


“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan hari pembalasan? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya. Orang-orang yang berbuat riya' dan enggan (menolong dengan) barang berguna.” (QS. Al Maa’uun: 1-7).


Jika lihat dari terjemahan Al Qur'an, yamna'unal maa'uun diterjemahkan dengan orang yang enggan menolong dengan barang berguna. Namun memang, para ulama tafsir berbeda pendapat dalam mendefinisikan al maa'uun.


Sebagian berkata bahwa yamna'unal maa'uun bermakna orang yang enggan bayar zakat. Yang lain lagi mengatakan bahwa maksud yamna'unal maa'uun adalah orang yang enggan taat. Yang lainnya lagi berkata sebagaimana yang kami maksudkan yaitu “يمنعون العارية”, mereka yang enggan meminjamkan barang kepada orang lain (di saat saudaranya butuh). Tafsiran terakhir ini sebagaimana yang dikatakan oleh 'Ali bin Abi Tholib, yaitu jika ada yang ingin meminjam timba, periuk atau kampaknya, maka ia enggan meminjamkannya. Perkataan yang lebih umum tentang yamna'unal maa'uun adalah enggan menolong orang lain dengan harta atau sesuatu yang bermanfaat. (Lihat Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim, 14/473).


Dalam sunan Abu Daud disebutkan riwayat dari 'Abdullah, ia berkata,


كُنَّا نَعُدُّ الْمَاعُونَ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَارِيَةَ الدَّلْوِ وَالْقِدْرِ.


“Kami menganggap al maa'uun di masa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah yang berkaitan dengan 'aariyah (yaitu barang yang dipinjam) berupa timba atau periuk." (HR. Abu Daud no. 1657)


Barang Pinjaman itu Amanat


Jika kita dipinjami barang oleh orang lain, hendaklah kita memegang amanat tersebut dengan baik. Cara memegang amanat tersebut adalah menjaga barang pinjaman dengan baik. Allah Ta'ala berfirman,


إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا


“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya" (QS. An Nisa': 58)


Para ulama jelaskan bahwa jika barang pinjaman tersebut rusak, maka bukan menjadi tanggung jawab si peminjam kecuali jika: (1) si peminjam ceroboh, atau (2) si pemilik barang memberi syarat jika barang pinjaman tersebut rusak, maka si peminjam harus menggantinya. Alasannya adalah dari hadits riwayat Abu Daud, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam katakan mengenai barang pinjaman bahwa barang pinjaman itu,


بَلْ مُؤَدَّاةً

“Barang pinjaman itu sifatnya muaddah” (HR. Abu Daud no. 3566), yaitu jika barang pinjaman rusak maka si peminjam tidak bertanggung jawab menggantinya kecuali jika karena salah satu dari dua alasan di atas. Mengapa demikian? Karena akad 'aariyah di sini sifatnya adalah memberikan amanat pada orang lain. Sebagaimana wadi'ah (menitipkan barang), aariyah juga semisal itu, jika rusak maka tidak menjadi tanggung jawab si peminjam kecuali jika karena kecerobohannya.


WaLLAAHUa'lamp

Saturday, May 28, 2022

NABI HUD ALAIHISSALAM

 Nabi Hud ‘alaihissalam adalah termasuk Rasul pertama kali yang telah Allah utus ke bangsa Arab, yaitu kepada Kaum 'Ad pada masa 2000 tahun sebelum Masehi. Kaum 'Ad adalah kaum yang dianugerahi kekuatan yang berbeda dengan kaum-kaum selainnya.


Bahkan lebih jauh daripada itu, mereka adalah termasuk salah satu kaum yang mempunyai peradaban maju di bidang pertanian dan arsitektur. Mereka membangun pemukiman dengan memahat bukit-bukit batu dan mendesainnya dengan arsitektur yang Indah. Mereka juga termasuk umat yang pertama kali menyembah berhala setelah masa terjadinya banjir dahsyat pada masa Nabi Nuh, akan tetapi kaum ini telah Allah 'azab dengan mengirimkan mendung dan angin yang menyiksa mereka selama 8 hari 7 malam, sehingga tak tersisa seorang pun dari Kaum 'Ad. Hal ini dikarenakan pengingkaran dan pembangkangan mereka kepada ajakan Nabi Hud untuk meninggalkan penyembahan berhala-berhala yang telah dibuat oleh nenek moyang mereka.


Nabi Hud tinggal di sebuah lembah antara Yaman dan Oman. Beliau wafat dan dimakamkan di tempat tersebut, tepatnya adalah Syi'b Hud yaitu lembah kecil yang dinisbatkan kepada beliau.


Ibnu Hisyam pernah menyebutkan bahwa Nabi Sulaiman bahkan Dzul Qarnain pernah menziarahi Nabi Hud. Bahkan di area pemakaman Nabi Hud terdapat sebuah papan informasi yang bertuliskan bahwa kegiatan ziarah Nabi Hud telah ada sejak 4000 tahun silam, dan kegiatan ziarah dilakukan sepanjang hari dalam satu tahun. Akan tetapi pada zaman dahulu puncak ziarah terjadi pada musim panen kurma, di mana pada masa jahiliyah ada sebuah pasar yang terkenal di Kompleks Pemakaman Nabi Hud tepatnya di Lembah Adam. Setiap musim panen kurma tiba mereka menuju pasar tersebut untuk berniaga sekaligus berziarah ke Nabi Hud.


Ziarah umum ini berlangsung setiap masa panen kurma, hingga akhirnya pada abad ke-10 Hijriah Syeikh Abu Bakar Bin Salim membuat tradisi baru Ziarah Agung pada bulan Sya'ban dan inilah yang berlangsung sampai Sekarang.

PERBANYAK ISTIGHFAR

Rasul dan suri tauladan kita, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam adalah orang yang paling banyak beristigfar dan bertaubat padahal beliau adalah orang yang telah diampuni dosa yang telah lalu dan akan datang. Sebagaimana hal ini terdapat pada firman Allah,

إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُبِينًا (1) لِيَغْفِرَ لَكَ اللَّهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ وَيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ وَيَهْدِيَكَ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا (2)

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata , supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan ni'mat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus,” (QS. Al Fath : 1-2)

Dalam kitab shohih, dari Aisyah radhiyallahu 'anha, beliau berkata,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا صَلَّى قَامَ حَتَّى تَفَطَّرَ رِجْلاَهُ قَالَتْ عَائِشَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَتَصْنَعُ هَذَا وَقَدْ غُفِرَ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ فَقَالَ « يَا عَائِشَةُ أَفَلاَ أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا ».

“Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam terbiasa shalat sehingga kakinya pecah-pecah. Kemudian aku mengatakan kepada beliau, 'Wahai rasulullah, kenapa engkau melakukan hal ini padahal engkau telah diampuni dosa yang telah lalu dan akan datang.' Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan, “Tidakkah engkau menyukai aku menjadi hamba yang bersyukur." (HR. Muslim no. 7304)

Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan, “Inilah kekhususan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang seorang pun tidak ada yang menyamainya. Tidak ada dalam satu hadits shohih pun yang menceritakan tentang balasan amalan kepada selain beliau shallallahu 'alaihi wa sallam yang menyatakan bahwa dosanya yang telah lalu dan akan datang akan diampuni. Inilah yang menunjukkan kemuliaan beliau shallallahu 'alaihi wa sallam dalam segala perkara ketaatan, kebaikan dan keistiqomahan yang tidak didapati oleh manusia selain beliau, baik dari orang yang terdahulu maupun orang yang belakangan. Beliaulah manusia yang paling sempurna secara mutlak dan beliaulah pemimpin (sayid) seluruh manusia di dunia dan akhirat.”

Walaupun dosa-dosa beliau telah diampuni, namun beliau shallalahu 'alaihi wa sallam adalah orang yang paling banyak beristigfar di setiap waktu. Para sahabat telah menghitung dalam setiap majelisnya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam terlihat paling banyak beristigfar.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

وَاللَّهِ إِنِّى لأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِى الْيَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً

“Demi Allah. Sungguh aku selalu beristighfar dan bertaubat kepada Allah dalam sehari lebih dari 70 kali.” (HR. Bukhari)

Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى اللَّهِ فَإِنِّى أَتُوبُ فِى الْيَوْمِ إِلَيْهِ مِائَةَ مَرَّةٍ

“Wahai sekalian manusia. Taubatlah (beristigfar) kepada Allah karena aku selalu bertaubat kepada-Nya dalam sehari sebanyak 100 kali.” (HR. Muslim)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda,

مَا أَصْبَحْتُ غَدَاةً قَطٌّ إِلاَّ اِسْتَغْفَرْتُ اللهَ مِائَةَ مَرَّةٍ

“Tidaklah aku berada di pagi hari (antara terbit fajar hingga terbit matahari) kecuali aku beristigfar pada Allah sebanyak 100 kali." (HR. An Nasa'i)

Dari Ibnu Umar, beliau mengatakan bahwa jika kami menghitung dzikir Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam satu majelis, beliau mengucapkan,

رَبِّ اغْفِرْ لِى وَتُبْ عَلَىَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

'Robbigfirliy wa tub 'alayya, innaka antat tawwabur rohim' [Ya Allah ampunilah aku dan terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang] sebanyak 100 kali. (HR. Abu Daud)

Dan bacaan istighfar yang paling sempurna adalah penghulu istighfar (sayyidul istighfar) sebagaimana yang terdapat dalam shohih Al Bukhari dari Syaddad bin Aus radhiyallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Penghulu istigfar adalah apabila engkau mengucapkan,

اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ

“Allahumma anta robbi laa ilaha illa anta, kholaqtani wa ana 'abduka wa ana 'ala 'ahdika wa wa'dika mastatho'tu. A'udzu bika min syarri maa shona'tu, abuu-u laka bini'matika 'alayya, wa abuu-u bi dzanbi, faghfirliy fainnahu laa yaghfirudz dzunuuba illa anta [Ya Allah! Engkau adalah Rabbku, tidak ada Rabb yang berhak disembah kecuali Engkau. Engkaulah yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu. Aku akan setia pada perjanjianku dengan-Mu semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang kuperbuat. Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku, oleh karena itu, ampunilah aku. Sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali Engkau]." (HR. Bukhari no. 6306)


WaLLAAHUa'lam

PELAKU RIBA KEKAL DI NERAKA SELAMANYA

 Coba buka Al-Baqoroh ayat 275, “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka KEKAL di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah: 275)

Yang dimaksud kekal di dalamnya di sini adalah ia akan tinggal dalam waktu yang lama di neraka. Karena kalau kekal selamanya dalam neraka hanya diperuntukkan pada orang kafir saja. Sedangkan ahli tauhid tidaklah kekal selamanya di dalam neraka. (Lihat Al-Mukhtashor fi At-Tafsir, hlm. 47) Sumber https://rumaysho.com/15288-mau-tahu-akibat-bagi-pemakan-riba-ketika-bangkit-dari-kubur.html Semoga temen-temen semua terhindar dari yang namanya RIBA Sungguh, Rumah besar yang dibeli tanpa riba Jauuuuh lebih baik Daripada Rumah mungil yang dibeli pakai riba

SALING MENGUATKAN

 Aku kenal seorang perempuan.

Suaminya sudah meninggal karena kecelakaan.

Limpung ia karena 2 anaknya masih masa sekolah.

Berwaktu-waktu ia mencoba tegar dan gak oleng di depan kedua anaknya.

Namun musibah yang ia dapati ini ternyata membuat ia berpikir bahwa anaknya adalah harta berharganya. Benar-benar ia dekati dunia anak-anaknya. Tanpa canggung bagai teman. Hingga akhirnya mereka dewasa dan sangat dekat dengan ibunya.

==============================

Aku kenal seorang teman.

Dulu hidupnya cukup mapan dan enak.

Di kehidupan pernikahan ternyata

tak semudah harapan.

la terpaksa menanggung hutang keluarga yang menahun tak terselesaikan.

Apa ia kemudian memilih minggat?

Tidak, la tarik tangan suaminya untuk duduk bersama.

Diskusi bersama, dari mana akar masalah ini semua.

Ketemu, perlahan mulai diselesaikan.

Meski bertahun-tahun prosesnya, tetap ia teruskan.

Berdua dengan suami,

mereka saling menguatkan.

==============================

Aku kenal seorang anak.

Waktu itu ayah ibunya masih minim pemasukan.

Masih tarik-tarikan bahkan untuk uang makan harian.

Apakah ia ngambek dan marah-marah saat teman sebayanya membeli mainan?

Tidak.

Anak ini memilih tidak menangis.

bahkan ketika ia harus makan dengan bawang dan tempe saja.

Selama masih bisa bersama ayah ibunya..

==============================

Masalah demi masalah yang sedang kita hadapi,

tak jarang memang bikin kepala pusing.

Rasanya bahkan kayak gak ada jalan keluar lagi.

Beberapa orang memilih untuk lari, menjauhkan diri.

Berpikir dengan begitu akan selesai.

Selama dia aman.


Tapi beberapa orang memilih untuk saling menguatkan.

Dalam gandengan kekeluargaan.

Satu senang, senang semua.

Satu sedih, yang lain ada untuk mendampingi.

Dan semoga kita adalah salah satu dari orang yang berjuang saling menguatkan. 

Masalah apa pun yang ada di keluarga saat ini, kita pilih untuk bersama bergandeng tangan..

Ijazah Sholawat Agar Mimpi Bertemu Rasulullah

 Ijazah Sholawat Agar Mimpi Bertemu Rasulullah - Al Habib Quraisy Baharun

Al Imam Suyuthi Rahimahullahu Ta'ala dan Al Imam Syekh Yusuf An Nabhani di dalam kitabnya menyebutkan tentang salah satu khasiat Sholawat Nabi Muhammad Beliau mengatakan "Barangsiapa yg membaca sebelum tidur 7 kali maka dia tidak akan mati terkecuali bertemu dengan NABI MUHAMMAD SHALLALLAHU 'ALAIHI WASALLAM" Sholawatnya : BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM ALLAHUMMA SHOLLI 'ALA SAYYIDINA MUHAMMADIN AN NABIYYIL 'UMMIYYI AL HABIBI AL 'ALI AL QADRI AL ADZIIMI AL JAAHI WA 'ALA AALIHI WASHAHBIHI WASALLIM

AMALAN MEMUDAHKAN TERKABULNYA DOA

 salah satu dzikir yang sangat dahsyat.

"Dan saya mengajak semua jamaah yang punya hajat, punya masalah dalam rumah tangga, punya masalah sama suami, suami punya masalah sama istri,"

"Anda yang ingin berjodoh, ingin mendapatkan rezeki, punya masalah keturunan, punya dosa belum bisa ditinggal, punya hutang belum bisa dilunaskan, was-was dalam jiwa atau fikiran, lanjutnya lagi.

saat mau tidur, shalat dua rakaat terlebih dahulu,

ketika selesai shalat, langsung tidur memiringkan ke kanan, terus ingat-ingat hajat yang mau kamu inginkan.

setelah itu, dzikirkan kalimat ini

حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ

Hasbunallah wanikmal wakil.

“Cukuplah ALLAH sebagai penolong kami”

Syekh Ali Jaber tidak akan memberikan dzikir ini kecuali akan berhasil menggapai hajatnya. masyallah banget ga ?

semua berhasil mendapatkan hajatnya. cobalah untuk dirutinkan, mau seribu kali, seratus kali, ataupun sepuluh kali, terserah kamu. yang penting ikhlas, ridho. karena dzikir ini sangat dahsyat loh 

jangan sampai ketinggalan mengamalkan dzikir ini, tidak hanya sebelum tidur. tapi dimanapun kapanpun, kemanapun cobalah amalkan dzikir ini. konsisten adalah kuncinya.

amalan lain untuk mendapatkan hajat kamu adalah, jangan berputus asa dari rahmat Allah, Allah akan memberikan apa yang kamu mau, apa yang kamu inginkan. hanya saja kamu sanggup atau tidak untuk mempertanggung jawabkan semua itu ya. bismillah semuanya. jangan lupa untuk diamalkan yaa.

Allah itu Maha Baik kepada kita, jangan sampai kita tergoda dengan dunia ini ya. hanya sesaat, cukup Allah yang menjadi pegangan hidup kita 

MAKSIAT SAAT SENDIRI SAJA TIDAK BOLEH, APALAGI TERANG-TERANGAN

 AMALAN SEBESAR GUNUNG TAPI DIAKHIRAT TIBA-TIBA HILANG SEKETIKA, KO BISA?


Karena maksiat dalam kesendirian!

Buat siapa aja yang sudah rajin beribadah bahkan pahalanya sudah sebesar gunung. Tapi jika melakukan maksiat dalam kesendirian + meremehkan maksiatnya. maka pahala itu akan hilang seketika. Astaghfirullah Nauudzubillah. Wallahu a'lam.

Suatu ketika Rasulullah SAW pernah menyampaikan kepada sahabat tentang kaum yang tampak alim ketika berkumpul, namun dzalim pada diri sendiri (bermaksiat) tatkala sendirian dan sepi. Kaum ini muncul pada akhir zaman, menjelang hari kiamat.

Rasulullah Saw bersabda,

“Sungguh saya telah mengetahui bahwa ada suatu kaum dari umatku yang datang pada hari kiamat dengan membawa kebaikan sebesar gunung Tihamah yang putih. Kemudian Allah menjadikannya debu yang berterbangan.”

Tsauban bertanya, “Wahai Rasulullah, sebutkanlah ciri-ciri mereka dan jelaskanlah perihal mereka agar kami tidak menjadi seperti mereka tanpa disadari.”

Beliau bersabda: “Sesungguhnya mereka adalah saudara kalian dan dari golongan kalian, mereka shalat malam sebagaimana kalian, tetapi mereka adalah kaum yang jika bersendirian mereka menerjang hal yang diharamkan Allah.” (Shahih. HR. Ibnu Majah).

Haditsnya jelas kan ya?

Intinya, Jangan sampai kita sudah rajin beribadah bahkan pahalanya sudah sebesar gunung tapi sayangnya malah melakukan maksiat dalam kesendirian + meremehkan dosanya.

maka pahala itu akan hilang seketika. Astaghfirullah Nauudzubillah.

Dalam kesendirian aja ga boleh, apalagi terang-terangan yaa.

Rasulullah Saw bersabda, "Setiap umatku akan mendapat ampunan, kecuali orang-orang yang terang-terangan berbuat dosa." (HR. Bukhari)

Maka dari itu mari jauhkan diri kita dari berbagi jenis kemaksiatan entah itu yang terang-terangan ataupun dalam kesendirian, yang terlihat besar ataupun yang kecil.

Dan ana buat konten ini bukan berarti ana sudah pasti terhindar dari maksiat, engga mungkin itu. Disini kita saling mengingatkan saja yaa, Barakallahu fiikum.

Wallahu a'lam.

Thursday, May 26, 2022

KETIKA FUTUR DALAM BERIBADAH

 السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه

HADITS HARI INI

26 Syawal 1443H


SEMANGAT KENDOR BERIBADAH


عَنْ مُجَاهِدٍ قَالَ دَخَلْتُ أَنَا وَيَحْيَى بْنُ جَعْدَةَ عَلَى رَجُلٍ مِنَ الأَنْصَارِ مِنْ أَصْحَابِ الرَّسُولِ قَالَ ذَكَرُوا عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مَوْلاَةً لِبَنِى عَبْدِ الْمُطَّلِبِ فَقَالَ إِنَّهَا قَامَتِ اللَّيْلَ وَتَصُومُ النَّهَارَ. قَالَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « لَكِنِّى أَنَا أَنَامُ وَأُصَلِّى وَأَصُومُ وَأُفْطِرُ فَمَنِ اقْتَدَى بِى فَهُوَ مِنِّى وَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِى فَلَيْسَ مِنِّى إِنَّ لِكُلِّ عَمَلٍ شِرَّةً ثُمَّ فَتْرَةً فَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى بِدْعَةٍ فَقَدْ ضَلَّ وَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى سُنَّةٍ فَقَدِ اهْتَدَى »


Dari Mujahid, ia berkata, aku dan Yahya bin Ja'dah pernah menemui salah seorang Anshor yang merupakan sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, ia berkata, para sahabat Rasul membicarakan bekas budak milik Bani 'Abdul Muthollib. Ia berkata bahwa ia biasa shalat malam (tanpa tidur) dan biasa berpuasa (setiap hari tanpa ada waktu luang untuk tidak puasa). Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pun bersabda, “Akan tetapi aku tidur dan aku shalat malam. Aku pun puasa, namun ada waktu bagiku untuk tidak berpuasa. Siapa yang mencontohiku, maka ia termasuk golonganku. Siapa yang benci terhadap ajaranku, maka ia bukan termasuk golonganku. Setiap amal itu ada masa semangat dan ada masa malasnya. Siapa yang rasa malasnya malah menjerumuskan pada bid'ah, maka ia sungguh telah sesat. Namun siapa yang rasa malasnya masih di atas ajaran Rasul, maka dialah yang mendapat petunjuk.” (HR. Ahmad 5: 409).

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو أَنَّهُ تَزَوَّجَ امْرَأَةً مِنْ قُرَيْشٍ فَكَانَ لاَ يَأْتِيهَا كَانَ يَشْغَلُهُ الصَّوْمُ وَالصَّلاَةُ فَذَكَرَ ذَلِكَ لِلنَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ « صُمْ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ ». قَالَ إِنِّى أُطِيقُ أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ فَمَا زَالَ بِهِ حَتَّى قَالَ لَهُ « صُمْ يَوْماً وَأَفْطِرْ يَوْماً ». وَقَالَ لَهُ « اقْرَإِ الْقُرْآنَ فِى كُلِّ شَهْرٍ ». قَالَ إِنِّى أُطِيقُ أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ قَالَ « اقْرَأْهُ فِى كُلِّ خَمْسَ عَشْرَةَ ». قَالَ إِنِّى أُطِيقُ أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ قَالَ « اقْرَأْهُ فِى كُلِّ سَبْعٍ ». حَتَّى قَالَ « اقْرَأْهُ فِى كُلِّ ثَلاَثٍ ». وَقَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- « إِنَّ لِكُلِّ عَمَلٍ شِرَةً وَلِكُلِّ شِرَةٍ فَتْرَةً فَمَنْ كَانَتْ شِرَتُهُ إِلَى سُنَّتِى فَقَدْ أَفْلَحَ وَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى غَيْرِ ذَلِكَ فَقَدْ هَلَكَ »

Dari 'Abdullah bin 'Amr, ia berkata bahwa ia telah menikahi wanita dari Quraisy, namun ia tidaklah mendatanginya (menyetubuhinya) karena sibuk puasa dan shalat (malam). Lalu ia menceritakan hal ini kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, kemudian beliau bersabda, “Berpuasalah setiap bulannya selama tiga hari.” “Aku mampu lebih daripada itu”, jawabnya. Lalu ia terus menjawab yang sama sampai Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam katakan padanya, “Puasalah sehari dan tidak berpuasa sehari.” Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam juga berkata padanya, “Khatamkanlah Al Qur'an dalam sebulan sekali.” “Aku mampu lebih daripada itu”, jawabnya. Kalau begitu kata Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, “Khatamkanlah Al Qur'an setiap 15 hari.” “Aku mampu lebih daripada itu”, jawabnya. Kalau begitu kata Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, “Khatamkanlah Al Qur’an setiap 7 hari.” Lalu ia terus menjawab yang sama sampai Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Khatamkanlah setiap 3 hari.” Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pun bersabda, “Ingatlah setiap amalan itu ada masa semangatnya. Siapa yang semangatnya dalam koridor ajaranku, maka ia sungguh beruntung. Namun siapa yang sampai futur (malas) hingga keluar dari ajaranku, maka dialah yang binasa.” (HR. Ahmad 2: 188. Sanad hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim)

عَنْ جَعْدَةَ بن هُبَيْرَةَ ، قَالَ : ذُكِرَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَوْلًى لِبَنِي عَبْدِ الْمُطَّلِبِ يُصَلِّي وَلا يَنَامُ ، وَيَصُومُ وَلا يُفْطِرُ ، فَقَالَ : ” أَنَا أُصَلِّي وَأَنَامُ ، وَأَصُومُ وَأُفْطِرُ ، وَلِكُلِّ عَمِلٍ شِرَّةٌ ، وَلِكُلِّ شِرَّةٍ فَتْرَةٌ ، فَمَنْ يَكُنْ فَتْرَتُهُ إِلَى السُّنَّةِ ، فَقَدِ اهْتَدَى ، وَمَنْ يَكُ إِلَى غَيْرِ ذَلِكَ ، فَقَدْ ضَلَّ “.

Dari Ja'dah bin Hubairah, ia berkata bahwa disebutkan pada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengenai bekas budak milik Bani 'Abdul Muthollib, ia shalat (malam) namun tidak tidur. Ia puasa setiap hari, tidak ada waktu kosong untuk tidak puasa. Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Aku sendiri shalat (malam) namun aku tetap tidur. Aku puasa, namun lain waktu aku tidak berpuasa. Ingatlah, setiap amal itu pasti ada masa semangatnya. Dan setiap masa semangat itu pasti ada masa futur (malasnya). Barangsiapa yang kemalasannya masih dalam sunnah (petunjuk) Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, maka dia berada dalam petunjuk. Namun barangsiapa yang keluar dari petunjuk tersebut, sungguh dia telah menyimpang.” (HR. Thobroni dalam Al Mu'jam Al Kabir 2: 284. Ja'dah bin Hubairah dalam riwayat ini diperselisihkan apakah ia seorang sahabat. Riwayat ini mursal sebagaimana ta'liq atau komentar Syaikh Syu'aib Al Arnauth dalam musnad Imam Ahmad 5: 409)

Beberapa riwayat di atas menunjukkan bahwa setiap orang akan semangat dalam sesuatu, dan waktu ia kendor semangatnya. Dan di antara sebab mudah futur (malas dalam ibadah) adalah karena terlalu berlebihan dalam suatu amalan. Sehingga sikap yang bagus adalah pertengahan dalam amalan atau belajar, tidak meremehkan dan tidak berlebihan.

WaLLAAHUa'lam

MENJAGA HAK ALLAH

 Ada satu nasihat yang pernah disampaikan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pada Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma,

‎احْفَظِ اللَّهَ يَحْفَظْكَ

“Jagalah hak Allah, niscaya Allah akan menjagamu.” (HR. Tirmidzi)

Dalam Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam (1:462), yang dimaksud 'menjaga hak Allah' di sini adalah menjaga batasan-batasan, hak-hak, perintah, dan larangan-larangan Allah. Yaitu seseorang menjaganya dengan melaksanakan perintah Allah, menjauhi larangan-Nya, dan tidak melampaui batas dari batasan-Nya (berupa perintah maupun larangan Allah).

Bentuk menjaga hak Allah;

* Menjalankan shalat, bahkan ini adalah bentuk perkara yang paling penting untuk dijaga.

* Menjaga bersuci, karena bersuci adalah pembuka shalat.

* Menjaga kepala dan perut. Bentuk menjaga kepala adalah menjaga pendengaran, penglihatan dan lisan dari berbagai keharaman. Sedangkan bentuk menjaga perut adalah menjaga apa yang ada di dalamnya yaitu menjaga hati dari perkara haram, serta menjaga perut dari dimasuki makanan dan minuman yang haram.

* Menjaga lisan dan kemaluan.

* Belajar ilmu agama sehingga bisa menjalankan ibadah dan muamalah dengan baik, serta berdakwah dengan ilmu untuk diajarkan pada yang lain.

Apa saja balasan bagi yang menjaga hak Allah?

1. Allah akan menjaga urusan dunianya, akan diberi penjagaan pada badan, anak, keluarga, dan harta.

2. Jika ia menjaga hak Allah pada waktu muda dan kuat, Allah akan menjaganya pada waktu tua dan lemah. Allah akan terus menjaga pendengaran, penglihatan, daya, kekuatan, serta kecerdasan.

3. Begitu pula Allah akan menjaga keturunan orang-orang saleh yang selalu taat pada Allah.

4. Allah akan menjaganya dari berbagai macam gangguan.

5. Allah akan menjaga agama dan imannya, serta menjaganya dari syubhat dan syahwat yang haram.

Semoga kita dimudahkan menjaga hak Allah dan kita dijaga oleh-Nya. Aamiin Yaa Rabb

Wednesday, May 25, 2022

KHUTBAH TERAKHIR RASULULLAH SEBELUM MENINGGAL

Khutbah Nabi Muhammad SAW yang terakhir terjadi saat Haji Wada atau perpisahan di Padang Arafah pada tahun ke-10 Hijriyah. Kala itu, Rasulullah SAW berkhutbah di hadapan kaum muslimin.

Tidak lama kemudian, Nabi SAW wafat, yaitu 81 hari sesudah menunaikan haji wada. 

Disebutkan dalam hadits, keadaan di Padang Arafah merupakan di Padang Mahsyar saat manusia dibangkitkan kelak pada hari Kiamat. 

Saat melaksanakn haji wada Nabi Muhammad SAW bertolak dari Mina menuju Padang Arafah setelah matahari terbit di Hari ke-9 Dzulhijjah (Hari Arafah)

Rasulullah SAW kemudian membuat kemah di kaki Jabal Rahmah dan berdiam di dalam kemah itu hingga matahari tergelincir di waktu Zuhur. 

Setelah itu, Rasulullah SAW naik unta kesayangannya bernama Al-Qaswa kemudian berdoa sambil mengangkat kedua tangannya.

Rasulullah SAW kemudian pergi menuju Wadi Uranah yang telah dipenuhi kaum muslim. Di tempat itu, Nabi SAW menyampaikan khutbah terakhir.

Isi Khutbah Nabi Muhammad SAW yang terakhir ini sarat makna di antaranya tetap berpegang teguh kepada Al Quran dan Hadits (Sunnah), dilarang membunuh dan berbuat aniaya serta zalim. 

Berikut khutbah Nabi Muhammad yang terakhir dalam Haji Wada:
Dari Abu Bakrah, bahwa Nabi SAW berkhutbah dalam haji wada'nya. Antara lain Nabi SAW bersabda:

Ingatlah, sesungguhnya zaman telah berputar seperti keadaannya sejak hari Allah menciptakan langit dan bumi. 

Satu tahun terdiri atas dua belas bulan, empat bulan di antaranya adalah bulan-bulan haram (suci); tiga di antaranya berturut-turut, yaitu Zul Q 'dah, Zul Hijjah, dan Muharram; yang lainnya ialah Rajab Mudar, yang terletak di antara bulan Jumada (Jumadil Akhir) dan Sya’ban. 

Lalu Nabi Saw. bertanya, "Ingatlah, hari apakah sekarang?" Kami (para sahabat) menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." 

Lalu Nabi SAW bersabda.”Bukankah hari ini adalah Hari Raya Kurban?" Kami menjawab, "Memang benar." Kemudian beliau Saw. bertanya, "Bulan apakah sekarang?" Kami menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." 

Nabi SAW lalu bersabda, "Bukankah sekarang ini bulan Zul Hijjah?" Kami menjawab, "Memang benar." Kemudian beliau Saw. bertanya, "Negeri apakah ini?" Kami menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." 

Lalu Nabi SAW. bersabda, "Bukankah negeri ini?" Kami menjawab, "Memang benar." 

Setelah itu Nabi Saw. bersabda:

Maka sesungguhnya darah dan harta benda kalian dan kehormatan kalian diharamkan atas kalian seperti keharaman (kesucian) hari kalian sekarang, dalam bulan kalian, dan di negeri kalian ini. 

Dan kelak kalian akan menghadap kepada Tuhan kalian, maka Dia akan menanyai kalian tentang amal perbuatan kalian. 

Ingatlah, janganlah kalian berbalik menjadi sesat sesudah (sepeninggal)ku, sebagian dari kalian memukul (memancung) leher sebagian yang lain. 

Ingatlah, bukankah aku telah menyampaikan? Ingatlah, hendaklah orang yang hadir (sekarang) di antara kalian menyampaikan kepada orang yang tidak hadir, karena barangkali orang yang menerimanya dari si penyampai lebih memahaminya daripada sebagian orang yang mendengarnya secara langsung.

Segala bentuk riba sudah tidak berlaku. Tetapi, kalian berhak menerima modal kalian. Kalian tidak boleh berbuat zalim juga tidak boleh dizalimi. Allah telah menetapkan tidak ada lagi riba dan bahwa riba Abbas ibn Abdul Mutthalib adalah riba yang pertama dihapuskan. 

Demikian pula setiap tuntutan darah pada masa Jahiliyah sudah dihapuskan. Dan tuntutan darah pertama yg kuakhiri adalah tuntutan darah Rabi'ah ibn al-Harits ibn Abdil Mutthalib (sepupu Nabi).


Wahai Manusia

Sesungguhnya setan telah patah harapan untuk dipertuan di bumi kalian ini, selamanya! Tetapi, jika ia ditakuti dalam hal lain, ia pasti senang dan ini akan membuat kalian terhina dari segi amal kalian. Karena itu, waspadailah ia atas agama kalian.

Wahai manusia, 

Sesungguhnya mengundur-undurkan bulan haram (suci) itu menambah kekafiran. Disesatkan orang yang kafir itu karena mengundur-ngundurkannya. Mereka menghalalkannya pada satu tahun dan mengharamkannya pada tahun lain agar mereka dapat menyesuaikan dengan bilangan yang Allah haramkan maka mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah.

Wahai manusia,

Sesungguhnya kalian punya hak atas istri-istri kalian dan mereka pun punya hak atas kalian. Kalian berhak melarang mereka memasukkan siapa pun yang tidak kalian sukai ke rumah kalian, melarang mereka melakukan perbuatan keji. Jika mereka tetap melakukan, Allah mengizinkan kalian pisah ranjang dan memukul mereka dengan pukulan yg tidak menyakiti. Adapun atas diri kalian mereka berhak mendapat rezeki dan pakaian dengan baik.

Wahai Manusia,

Berilah istri-istri kalian nasihat yang baik. Sebab mereka adalah mitra kalian yang tidak bisa berbuat apa-apa atas diri mereka. Maka, camkanlah kata-kataku.

Aku wariskan kepada kalian Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya yang jika kalian berpegang teguh kepada keduanya, kalian tidak akan tersesat untuk selamanya.


Wahai Manusia,

Dengarkanlah kata-kataku dan camkanlah. Kalian sungguh telah tahu bahwa setiap muslim adalah saudara bagi muslim lain dan bahwa segenap muslim adalah saudara. Tidak halal bagi seseorang mengambil dari saudaranya kecuali apa yang diberikan dengan lapang hati. Maka, janganlah kalian zalimi diri kalian.

"Ya Allah, bukankah telah kusampaikan?" Semua menjawab serentak dari seluruh penjuru, "Ya Allah, benar!" Kemudian beliau bersabda, "Ya Allah saksikanlah!" Setelah menyampaikan khutbah tersebut, Nabi pun turun dari untanya. 

عَنْ أَبِي بَكْرَة، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطَبَ فِي حَجَّتِهِ، فَقَالَ: "أَلَا إِنَّ الزَّمَانَ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ [حُرُمٌ، ثَلَاثَةٌ] مُتَوَالِيَاتٌ: ذُو الْقَعْدَةِ، وَذُو الْحِجَّةِ، وَالْمُحَرَّمُ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ". ثُمَّ قَالَ: "أَيُّ يَوْمٍ هَذَا؟ " قُلْنَا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. فَسَكَتَ حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ سَيُسَمِّيهِ بِغَيْرِ اسْمِهِ، قَالَ: "أَلَيْسَ يَوْمَ النَّحْرِ؟ " قُلْنَا؛ بَلَى. ثُمَّ قَالَ: "أَيُّ شَهْرٍ هَذَا؟ " قُلْنَا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. فَسَكَتَ حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ سَيُسَمِّيهِ بِغَيْرِ اسْمِهِ، قَالَ: "أَلَيْسَ ذَا الْحِجَّةِ؟ " قُلْنَا: بَلَى. ثُمَّ قَالَ: "أَيُّ بَلَدٍ هَذَا؟ ". قُلْنَا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. فَسَكَتَ حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ سَيُسَمِّيهِ بِغَيْرِ اسْمِهِ، قَالَ: "أَلَيْسَتِ الْبَلْدَةُ؟ " قُلْنَا: بَلَى. قَالَ: "فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ -قَالَ: وَأَحْسَبُهُ قَالَ: وَأَعْرَاضَكُمْ -عَلَيْكُمْ حَرَامٌ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا، فِي شَهْرِكُمْ هَذَا، فِي بَلَدِكُمْ هَذَا، وَسَتَلْقَوْنَ رَبَّكُمْ فَيَسْأَلُكُمْ عَنْ أَعْمَالِكُمْ، أَلَا لَا تَرْجِعُوا بَعْدِي ضُلالا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ، أَلَا هَلْ بَلَغْتُ؟ أَلَا لِيُبَلِّغَ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ مِنْكُمْ، فَلَعَلَّ مَنْ يُبَلَّغُهُ يَكُونُ أَوْعَى لَهُ مِنْ بَعْضِ مَنْ يَسْمَعُهُ

Demikian khutbah Nabi Muhammad SAW yang terakhir hingga membuat kaum muslim di lembah Uranah tersebut menangis.

Wallahu A'lam

WAJIB JAGA AMANAH DALAM BEKERJA

Allah Ta'ala berfirman,

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا

“Sesungguhnya Allah memerintahkan kepada kalian untuk menunaikan amanat kepada yang berhak." (QS. An-Nisaa': 58).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

أَدِّ الأَمَانَةَ إِلَى مَنِ ائْتَمَنَكَ وَلاَ تَخُنْ مَنْ خَانَكَ

“Tunaikanlah amanat pada orang yang memberikan amanat padamu dan janganlah mengkhianati orang yang mengkhianatimu." (HR. Abu Daud, no. 3535;  Tirmidzi, no. 1264; dan Ahmad 3:414, shahih).

Kalau Jadi Bendahara, Juga Amanat

Dari Abu Musa Al Asy'ari, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,beliau bersabda,

الْخَازِنُ الْمُسْلِمُ الأَمِينُ الَّذِى يُنْفِذُ – وَرُبَّمَا قَالَ يُعْطِى – مَا أُمِرَ بِهِ كَامِلاً مُوَفَّرًا طَيِّبٌ بِهِ نَفْسُهُ ، فَيَدْفَعُهُ إِلَى الَّذِى أُمِرَ لَهُ بِهِ ، أَحَدُ الْمُتَصَدِّقَيْنِ

“Bendahara muslim yang diberi amanat ketika memberi sesuai yang diperintahkan untuknya secara sempurna dan berniat baik, lalu ia menyerahkan harta tersebut pada orang yang ia ditunjuk menyerahkannya, maka keduanya (pemilik harta dan bendahara yang amanat tadi) termasuk dalam orang yang bersedekah." (HR. Bukhari, no. 1438 dan Muslim, no. 1023).

Jadi Al-Qawiy Al-Amin

Allah Ta'ala berfirman,

قَالَتْ إِحْدَاهُمَا يَا أَبَتِ اسْتَأْجِرْهُ إِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ الْأَمِينُ

“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya." (QS. Al-Qashshash: 26).

Kata Syaikh As-Sa'di dalam Taisir Al-Lathif Al-Mannan, hlm. 191:

1- Al-qowiy, yaitu memiliki kapabilitas (kompentesi yang baik) dan pandai untuk menjaga amanat, dan juga melakukan hal-hal yang mendukung sehingga pekerjaan bisa sempurna.

2- Al-amiin, yaitu tahu akan kewajiban sebagai orang yang diserahi amanat.


WaLLAAHUa'lam

Tuesday, May 24, 2022

Tips Bekerja

1- Pahamilah, Setiap Jiwa Tidak Akan Mati Sampai Rezekinya Sempurna

Dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ رُوْحَ القُدُسِ نَفَثَ فِي رَوْعِي إِنَّ نَفْسًا لاَ تَمُوْتَ حَتَّى تَسْتَكْمِلَ رِزْقُهَا ، فَاتَّقُوْا اللهَ وَأَجْمِلُوْا فِي الطَّلَبِ ، وَلاَ يَحْمِلَنَّكُمْ اِسْتَبْطَاءَ الرِّزْقُ أَنْ تَطْلُبُوْهُ بِمَعَاصِي اللهَ ؛ فَإِنَّ اللهَ لاَ يُدْرِكُ مَا عِنْدَهُ إِلاَّ بِطَاعَتِهِ

“Sesungguhnya ruh qudus (Jibril), telah membisikkan ke dalam batinku bahwa setiap jiwa tidak akan mati sampai sempurna ajalnya dan dia habiskan semua jatah rezekinya. Karena itu, bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah cara dalam mengais rezeki. Jangan sampai tertundanya rezeki mendorong kalian untuk mencarinya dengan cara bermaksiat kepada Allah. Karena rezeki di sisi Allah tidak akan diperoleh kecuali dengan taat kepada-Nya." (HR. Musnad Ibnu Abi Syaibah, 8:129 dan Thabrani dalam Al-Mu'jam Al-Kabir 8: 166, hadits shahih. Lihat Silsilah Al-Ahadits As-Shahihah no. 2866).

2- Cari Pekerjaan yang Halal, Jauhi yang Haram

Dari Jabir bin 'Abdillah radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِى الطَّلَبِ فَإِنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوتَ حَتَّى تَسْتَوْفِىَ رِزْقَهَا وَإِنْ أَبْطَأَ عَنْهَا فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِى الطَّلَبِ خُذُوا مَا حَلَّ وَدَعُوا مَا حَرُمَ

“Wahai umat manusia, bertakwalah engkau kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki, karena sesungguhnya tidaklah seorang hamba akan mati, hingga ia benar-benar telah mengenyam seluruh rezekinya, walaupun terlambat datangnya. Maka bertakwalah kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki. Tempuhlah jalan-jalan mencari rezeki yang halal dan tinggalkan yang haram." (HR. Ibnu Majah no. 2144).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِىَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ

“Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menceritakan tentang seorang laki-laki yang telah menempuh perjalanan jauh, sehingga rambutnya kusut, masai dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdoa: “Wahai Rabbku, wahai Rabbku.” Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dari yang haram, maka bagaimanakah Allah akan memperkenankan doanya?" (HR. Muslim no. 1015)

3- Cari Berkah dalam Pekerjaan, Bukan Besarnya Gaji

Ada sahabat yang pernah bertanya pada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,

أَىُّ الْكَسْبِ أَطْيَبُ قَالَ عَمَلُ الرَّجُلِ بِيَدِهِ وَكُلُّ بَيْعٍ مَبْرُورٍ

“Wahai Rasulullah, mata pencaharian (kasb) apakah yang paling baik?" Beliau bersabda, “Pekerjaan seorang laki-laki dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang mabrur (diberkahi)." (HR. Ahmad, 4:141, hasan lighoirihi)

Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata,

وَالقَلِيْلُ مِنَ الحَلاَلِ يُبَارَكُ فِيْهِ وَالحَرَامُ الكَثِيْرُ يَذْهَبُ وَيَمْحَقُهُ اللهُ تَعَالَى

“Rezeki halal walau sedikit, itu lebih berkah daripada rezeki haram yang banyak. Rezeki haram itu akan cepat hilang dan Allah akan menghancurkannya."

4- Jauhkan Diri dari Pekerjaan Meminta-Minta

Dari 'Abdullah bin 'Umar radhiyallahu 'anhuma, ia berkata bahwa Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

مَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَسْأَلُ النَّاسَ حَتَّى يَأْتِىَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَيْسَ فِى وَجْهِهِ مُزْعَةُ لَحْمٍ

“Jika seseorang meminta-minta (mengemis) pada manusia, ia akan datang pada hari kiamat tanpa memiliki sekerat daging di wajahnya." (HR. Bukhari, no. 1474 dan Muslim, no. 1040)

Dari Hubsyi bin Junadah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ سَأَلَ مِنْ غَيْرِ فَقْرٍ فَكَأَنَّمَا يَأْكُلُ الْجَمْرَ

“Barangsiapa meminta-minta padahal dirinya tidaklah fakir, maka ia seakan-akan memakan bara api." (HR. Ahmad, 4:165)

Patut dipahami bahwa orang miskin yang sebenarnya adalah seperti yang disebutkan dalam hadits dari Abu Hurairah berikut, ia berkata bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

لَيْسَ الْمِسْكِينُ الَّذِى تَرُدُّهُ الأُكْلَةُ وَالأُكْلَتَانِ ، وَلَكِنِ الْمِسْكِينُ الَّذِى لَيْسَ لَهُ غِنًى وَيَسْتَحْيِى أَوْ لاَ يَسْأَلُ النَّاسَ إِلْحَافًا

“Namanya miskin bukanlah orang yang tidak menolak satu atau dua suap makanan. Akan tetapi miskin adalah orang yang tidak punya kecukupan, lantas ia malu atau tidak meminta dengan cara mendesak." (HR. Bukhari, no. 1476). Orang miskin berarti bukan pengemis. Orang miskin adalah yang sudah bekerja, namun tetap belum mencukupi kebutuhan pokoknya.

5- Cari Pekerjaan yang Tidak Menyengsarakan Orang Lain

Ada salah satu pekerjaan yang terlarang yaitu menimbun barang sehingga mematikan stok barang di pasaran, terutama untuk barang kebutuhan pokok yang diperlukan masyarakat banyak. Dalam hadits disebutkan,

لاَ يَحْتَكِرُ إِلاَّ خَاطِئٌ

“Tidak boleh menimbun barang, jika tidak, maka ia termasuk orang yang berdosa." (HR. Muslim no. 1605).

Apa hikmah terlarangnya menimbun barang?

Imam Nawawi berkata, "Hikmah terlarangnya menimbun barang karena dapat menimbulkan mudarat bagi khalayak ramai." (Syarh Shahih Muslim, 11: 43).

6- Banyak Doa Supaya dapat Rezeki yang Halal

Cobalah terus meminta pada Allah untuk mendapatkan pekerjaan yang halal sebagaimana yang Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ajarkan berikut ini,

اللَّهُمَّ اكْفِنِى بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنِى بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ

“ALLAHUMAK-FINII BI HALAALIKA 'AN HAROOMIK, WA AGH-NINIY BI FADHLIKA ‘AMMAN SIWAAK” (artinya: Ya Allah cukupkanlah aku dengan yang halal dan jauhkanlah aku dari yang haram, dan cukupkanlah aku dengan karunia-Mu dari bergantung pada selain-Mu). (HR. Tirmidzi, no. 3563)


WaLLAAHUa'lam