Thursday, January 6, 2022

ADAB BERDO'A 1

PERTAMA: Tidak Boleh Berkata, “Aku Sudah Berdoa Lalu Tidak Terkabul”

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam pernah berkata,


لاَ الُ ابُ لِلْعَبْدِ ا لَمْ ا لَمْ لْ ». لَ ا لَ اللَّهِ ا الاِسْتِعْجَالُ الَ: لُ لَمْ لِى لِكَ الدُّعَاءَ


“Doa seorang hamba akan selalu dikabulkan, selamat dia berdo'a bukan untuk memutus atau silaturahim dan selamat dia tidak tergesa-gesa dalam berdo'a. Kemudian seseorang bertanya, 'Ya Rasulullah, apa yang dimaksud tergesa-gesa dalam berdoa?'Kemudian Rasulullah menjawab, yaitu seseorang yang berkata, 'Sungguh aku telah berdo'a dan berdo'a, namun tak juga aku melihat do'aku dikabulkan', lalu dia merasa jenuh dan meninggalkan do'a tersebut.” (HR.Muslim, no.2735)


Yang dimaksud di sini adalah ia memutus doa. Teladanilah malaikat, di mana dalam ayat disebutkan,


لَهُ السَّمَاوَاتِ الْأَرْضِ لَا ادَتِهِ لَا


“Dan kepunyaan-Nyalah segala yang di langit dan di bumi. Dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada rasa angkuh untuk memuja-Nya dan tiada (pula) merasa letih.” (QS. Al-Anbiya': 19). Maksudnya adalah malaikat tidak berputus asa dari berdoa. Yang kita bisa ambil contoh adalah kita juga terus berdoa dan terus berharap terkabulnya. (Syarh Shahih Muslim, 17:47)

KEDUA: Menghadirkan Hati Ketika Memanjatkan Doa

 

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


ادْعُوا اللَّهَ الإِجَابَةِ اعْلَمُوا اللَّهَ لاَ اءً لْبٍ افِلٍ لاَهٍ


“Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.” (HR. Tirmidzi, no. 3479)

KETIGA: Menyanjung Allah Lalu Berdoa

Dari Sa'ad bin Abi Waqqash radhiyallahu 'anhu, ia berkata, ada seorang Arab Badui menghadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lantas berkata, "Ajarkanlah saya suatu kalimat yang saya bisa mengucapkannya." Nabi saw tidak ada sekutu bagi-Nya. Allah Maha Besar, segala puji bagi Allah yang banyak, Maha Suci Allah Rabb semesta alam, serta tidak ada daya dan upaya kecuali bersama Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana).

Orang Arab Badui itu berkata, “Semua untuk Rabbku, lalu di sana untukku?” Beliau menjawab, “Ucapkanlah: ALLAHUMMAGHFIR LII WARHAMNII WAHDINII WARZUQNII (Artinya: Ya Allah, ampunilah aku, rahmatilah aku, berilah aku hidayah).” (HR.Muslim, no.2696)

Syaikh Salim bin 'Ied Al-Hilali hafizahullah menyatakan bahwa disunnahkan untuk berdzikir dan menyanjung Allah sebelum shalat. Karena Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam mengajarkan sanjungan kepada Allah Arab Badui tersebut terlebih dahulu sebelum doa. Ini yang disebut at-takhliyyah qabla at-tahliyyah, membersihkan terlebih dahulu sebelum dan mengisi mengisi.

KEEMPAT: Bershalawat kepada Nabi Saat Berdoa

Ibnul Qayyim menyatakan bahwa ada tiga tingkatan dalam bershalawat saat doa:

a- Bershalawat sebelum memanjatkan doa setelah memuji Allah.

b- Bershalawat di awal, pertengahan dan akhir doa.

c- Bershalawat di awal dan di akhir, lalu menjadikan hajat yang diminta di pertengahan doa.

Mengenai perintah bershalawat saat akan memanjatkan doa yang disebutkan dalam hadits Fudholah bin 'Ubaid, ia berkata, “Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mendengar memanjatkan doa dalam doanya, lalu ia tidak memanjatkan shalawat kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau pun berkata, “Orang ini terlalu tergesa-gesa dalam doanya.” Kemudian beliau memanggilnya untuk menegurnya atau mengatakan lainnya, “Jika salah seorang di antara kalian berdoa, maka pujilah Allah, menyanjung-Nya, lalu bershalawat kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, mintalah doa yang diinginkan.” (HR. Tirmidzi, no. 3477 dan Abu Daud, no. 1481)

Ibnul Qayyim menyatakan pula bahwa membaca shalawat pada saat berdoa, kedudukannya seperti membaca Al-Fatihah dalam shalat. Jadi pembuka doa adalah shalawat kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Untuk shalat, pembukanya adalah dengan bersuci.

Ahmad bin Abu Al Hawra' pernah mendengar Abu Sulaiman Ad-Daraniy berkata, “Siapa yang ingin memanjatkan hajatnya kepada Allah, maka diharapkan dengan bershalawat kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, mintalah hajatnya. Kemudian tutuplah doa tersebut dengan shalawat kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam karena shalawat kepada beliau akan membuat doa tersebut maqbulah (mudah diterima)."

Dari Zirr, dari 'Abdullah, ia berkata, “Aku pernah shalat dan kala itu Abu Bakar dan 'Umar bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Ketika aku duduk, aku memulai doaku dengan memuji Allah, lalu bershalawat kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, kemudian aku berdoa untuk diriku sendiri. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pun mengatakan, “Mintalah, engkau akan diberi. Mintalah, engkau akan diberi.” (HR. Tirmidzi, no. 593)

Umar radhiyallahu 'anhu pernah berkata,


الدُّعَاءَ السَّمَاءِ الأَرْضِ لاَ لِّىَ لَى -صلى الله ليه لم-


“Sesungguhnya doa itu diam antara langit dan bumi, tidak naik ke atas hingga engkau bershalawat kepada Nabimu shallallahu 'alaihi wa sallam.” (HR. Tirmidzi, no. 486.

KELIMA: Cara Mengangkat Tangan Ketika Berdoa

Dalam hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, “Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menceritakan tentang seroang laki-laki yang telah lama berjalan karena jauhnya jarak yang ditempuhnya. Sehingga mengakibatkan kusut, masai dan berdebu. Orang itu mengangkat tangan ke langit seraya berdoa, 'Wahai Rabbku, wahai Rabbku.' Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dengan makanan yang haram, maka bagaimanakah Allah akan memperkenankan doanya?” (HR.Muslim, no.1015)

Ada dua cara mengangkat tangan ketika berdoa secara umum yang disebutkan oleh Ibnu Rajab Al-Hambali:

1- Mengangkat tangan dengan menjadikan bagian punggung telapak tangan diarahkan ke arah kiblat, sambil yang berdoa menghadap kiblat, sedangkan bagian dalam telapak tangannya diarahkan ke arah wajah. Riwayat cara ini adalah dari contoh doa istisqa yang dipraktikkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

2- Mengangkat kedua tangan dengan menjadikan bagian dalam telapak tangan dihadapkan ke langit, lantas punggung telapak tangan dihadapkan ke bumi. Ada riwayat seperti dari Ibnu ‘Umar, Abu Hurairah, dan Ibnu Sirin. Lihat Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 1:271-272.

KEENAM: Mengakui dosa-dosa yang diperbuat. Perbuatan tersebut mencerminkan penghambaan terhadap Allah Hal ini berdasarkan hadits dari 'Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Telah Doa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam:

 اللهَ لَيَعْجَبُ مِنَ الْعَبْدِ ا الَ: لاَ لهَ لاَّ لاَ الذُّنُوْبَ لاَّ الَ: لَهُ اًّ اقِبُ. 

“Sesungguhnya Allah kagum kepada hamba-Nya apabila ia berkata: 'Tidak ada sembahan yang hak kecuali engkau, sesungguhnya aku menganiaya diriku sendiri, maka ampunilah dosa-dosaku karena sesungguhnya tidak ada yang mengampuni dosa-dosa itu kecuali engkau.' Allah berfirman,

KETUJUH: Berdo'a dengan mengulanginya sebanyak tiga kali 

Telah diriwayatkan dengan shahih dalam as-Sunnah, sebagaimana hadits riwayat Muslim yang panjang dari Sahabat Ibnu Mas'ud Radhiyallahu anhu, ia berkata,


 لَمَّا النَّبِيُّ لَّى اللهُ لَيْهِ لَّمَ لاَتَهُ ا لَيْهِمْ انَ ا ا ا لاَثاً ا لَ لَ لاَثاً ال: َلاَثاً ا لَ لَ لاَثاً الَ: ال لّهُمَّ . 


'Setelah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam selesai dari shalatnya, beliau mengeraskan suaranya, kemudian mendo'akan kejelekan bagi mereka dan apabila Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berdo'a, beliau ulang sebanyak tiga kali dan apabila beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam memohon, diulanginya sebanyak tiga kali kemudian beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam berdo'a: 'Ya Allah, atas-Mu kuserahkan kaum Quraisy, Ya Allah, atas-Mu kuserahkan kaum Quraisy, Ya Allah, atas-Mu kuserahkan kaum Quraisy.'" (HR al-Bukhari no.240 dan Muslim no.1794

KEDELAPAN: Berdo'a dengan lafazh yang singkat dan padat namun maknanya luas 

Yaitu dengan intisari dan bermanfaat yang menunjukkan makna yang luas dengan lafazh yang pendek dan sampai kepada tujuan yang diminta dengan menggunakan susunan kata yang paling sederhana (tidak bersajak-sajak) sebagaimana keterangan yang terdapat dalam Sunan Abi Dawud dan Musnad Imam Ahmad dari 'Aisyah bahwasanya ia berkata:


 انَ لَّى اللهُ لَيْهِ لَّمَ الْجَوَامِعَ الدُّعَاءِ ا لِكَ. 


"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sangat menyukai berdo'a dengan do'a-do'a yang singkat dan padat namun makna-nya luas dan tidak berdo'a dengan yang selain itu.”(HR. Abu Dawud no. 1482, Ahmad VI/148, 189 dan al-Hakim I/539)


Salah satu contoh dari do'a ini adalah hadits yang diriwayatkan dari Farwah bin Naufal, ia berkata: “Aku bertanya kepada 'Aisyah tentang do'a yang selalu dipanjatkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, ia berkata, “Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam mengucapkan mengucapkan do'a:


 اَللّهُمَّ ا لْتُ ا لَمْ لْ. “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari apa yang telah aku lakukan dan dari yang belum aku kerjakan.”(HR. Muslim 2716)


Sedangkan contoh lain adalah hadits Abu Musa al-Asy'ari, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bahwasanya beliau selalu berdo'a dengan perbuatan berikut:


 اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ خَطِيْئَتِي وَجَهْلِيْ وَإِسْرَافِيْ فِي أَمْرِيْ، وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّيْ، الَلَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ جِدِّيْ وَهَزْلِيْ وَخَطَئِيْ وَعَمْدِيْ وَكُلُّ ذَلِكَ عِنْدِيْ، الَلّهُمَّ اغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّيْ، أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. 


"Ya Allah, berikanlah ampunan kepadaku atas kesalahan-kesalahanku, kebodohanku, serta sikap berlebihanku dalam urusanku dan segala sesuatu yang Engkau lebih mengetahuinya daripada diriku. Ya Allah, berikanlah ampunan kepadaku atas keseriusanku dan candaku, kekeliruanku dan kesengajaanku, semua itu ada pada diriku. Ya Allah, berikanlah ampunan kepadaku atas apa-apa yang telah aku lakukan dan yang belum aku lakukan, apa-apa yang aku sembunyi-kan dan yang aku tampakkan, serta apa-apa yang Engkau lebih mengetahui daripada aku, Engkaulah Yang Mahamendahulukan (hamba kepada rahmat-Mu) dan Yang Mahamengakhirkan, Engkaulah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu.”(HR. al-Bukhari no. 6399 dan Muslim no. 2719)


WaLLAAHUa'lam







0 comments :

Post a Comment