Tuesday, April 5, 2022

SIAPA DIBELAKANG IMAM?

Bila jumlah makmum banyak dan dapat membentuk satu atau lebih shaf (barisan), maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan ahlul ahlam wan nuha (orang yang berakal baligh dan berilmu) untuk berada di belakang imam, sebagaimana sabda beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam : 


لِيَلِنِي لُو الْأَحْلَامِ النُّهَى الَّذِينَ لُونَهُمْ لَاثًا اكُمْ اتِ الْأَسْوَاقِ 


Hendaknya (yang) berada di dekatku (di belakangku) dari kalian adalah orang yang berakal dan berilmu. Kemudian diikuti orang-orang berikutnya (tiga kali). Dan jauhilah (suara) pasar-pasar. [HR Muslim, no. 255]. 


Imam Nawawi menyatakan, dalam hadits ini terdapat perintah, yakni mendahulukan yang paling utama lalu di bawahnya, untuk berada di belakang imam, karena ia (ahlul ahlam wan nuha, red) lebih pantas dimuliakan. Dan imam-imam yang membutuhkan pengganti, sehingga ia lebih berhak. Juga karena ia akan dapat ketika imam, jika imam lupa selainnya tidak mengetahuinya. Juga untuk menerapkan baik tata cara shalat, menjaganya dan menukilkannya, serta mendidik tata cara tersebut sehingga orang-orang berada di belakang mencontoh perbuatannya. Hal seperti ini, tampak dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits Anas bin Malik :


  انَ لُ اللَّهِ لَّى اللَّهُ لَيْهِ لَّمَ لِيَهُ الْمُهَاجِرُونَ الْأَنْصَارُ لِيَأْخُذُوا 


Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam senang menjadikan orang-orang Muhajirin dan Anshar berada di belakangnya, agar mereka mencontoh dari beliau. [Hadits shahih, riwayat Ibnu Majah, 977 dan Ahmad, 3/100, hadits shahih Lihat Shahih Fiqhus Sunnah, 1/534]. 


Oleh karena itu, saat melaksanakan shalat berjama'ah, semestinya memperhatikan hal ini. Yaitu memberi tempat kepada ahlul ahlam wan nuha, supaya berdiri di belakang imam. Sehingga shalat berjama'ah yang dilaksanakan tersebut sesuai dengan petunjuk Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam . Dalam hal ini, ahlul ahlam wan nuha lebih berhak menempati posisi shaf awal. yaitu, bahkan shaf agar dapat berdiri di belakang imam, seperti yang pernah dilakukan oleh sahabat yang mulia Ubaiy bin Ka'ab, sebagaimana diceritakan Qais bin 'Abad :


 بينا أنا في المسجد في الصف المقدم فجبذني رجل من خلفي جبذة فنحاني وقام مقامي فوالله ما عقلت صلاتي فلما انصرف فإذا هو أبي بن كعب فقال يا فتى لا يسؤك الله إن هذا عهد من النبي صلى الله عليه وسلم إلينا أن نليه ثم استقبل القبلة فقال هلك أهل الْعُقَدِ الْكَعْبَةِ لَاثًا الَ اللَّهِ ا لَيْهِمْ لَكِنْ لَى لُّوا لْتُ ا ا ا لِ الْعُقَدِ الَ الْأُمَرَاءُ 


"Ketika aku berada di suatu masjid di baris pertama, tiba-tiba ada seseorang di belakangku yang menarikku dengan kuat, lalu ia menggeserku dan berada di tempatku tersebut. Demi Allah, aku tidak dapat khusyu' dalam shalat. Ketika selesai, ternyata ia adalah Ubaiy bin Ka'ab. Lalu beliau berkata: "Wahai anak muda, semoga Allah melindungimu dari kejelekan. Sesungguhnya ini adalah wasiat dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada kami, untuk berada di belakang beliau," kemudian Ubaiy bin Ka'ab pun menghadap kiblat dan berkata: "Demi Rabb Ka'bah, celakalah ahlul 'uqdah," tiga kali. Kemudian beliau berkata: "Demi Allah, aku tidak merasa sedih atas mereka, namun merasa sedih atas orang yang mereka sesatkan," lalu aku bertanya: "Wahai Abu Ya'qub, siapa yang dimaksud ahlul ' uqdah itu?” Beliau menjawab, “Penguasa.” [HR an Nasa-i, 2/69, dan Ibnu Khuzaimah dalam Shahih-nya, no.1573]


WALLAHUa'lam

0 comments :

Post a Comment