Tuesday, October 13, 2020

Perpulangan (Santri Gontor)

By Dedi Haeruzi

Saat tulisan ini dibuat, penulis belum merasakan bagaimana menyambut dan menikmati perpulangan santri sebagai wali santri. Saat ini anak-anak kita di Gontor sedang menjalani ujian, baik ujian lisan maupun ujian tulis. Suasana ujian di Gontor tidak cukup diceritakan dengan kata-kata, begitu istimewa dan berbeda, sampai saat ini penulis sebagai pengajar - pernah mengajar di tidak kurang dari tujuh kampus – belum menemukan suasana seperti itu, seperti yang dulu pernah dialami ketika menjadi santri.

Setelah selesai ujian, ada jeda sekitar dua hari sebelum para santri dilepas untuk perpulangan, dua hari itu santri dibekali kuliah etiket yang diawali dengan syukuran atas selesainya ujian. Dua hari itu juga para santri mempersiapkan segala sesuatunya untuk bisa menikmati liburan, ada syarat yang harus dipenuhi.

Secara normal, kalender pendidikan Gontor tidak pernah berubah, santri akan menikmati liburan dua kali dalam setahun, yaitu pada semester ganjil sepuluh hari, dan kurang lebih lima puluh hari pada semester genap. Dan pada situasi normal, tanggalnya pun tidak pernah berubah, liburan semester ganjil dilaksanakan dari tanggal sepuluh sampai dengan dua puluh Rabiul Awwal. Sedangkan liburan semester genap selalu dari tanggal dua puluh Sya’ban sampai dengan sepuluh Syawal setiap tahunnya. Untuk kampus putri dimajukan satu hari dari tanggal tersebut.

Siapa yang mengurus perpulangan? Konsulatlah yang mengurusnya. Perpulangan semester ganjil akan diamanahkan kepada panitia kelas lima yang dibentuk oleh masing-masing konsullat, namanya adalah PPPT (Panitia Perpulangan Pertengahan Tahun). Semua kelas lima akan terlibat dalam kepengurusan ini, dibentuklah panitia ad hoc yang berbeda dengan pengurus konsulat walau pun sama-sama dari unsur kelas lima.

Dengan dibimbing oleh dewan guru konsulatnya masing-masing, PPPT menyiapkan perpulangan dengan segala sesuatunya dari penentuan jenis armada yang akan digunakan, mencari perusahaan-perusahaan transportasi dan mengadakan perjanjian kerjasama jasa, mendata anggota konsulat yang akan pulang tau tidak, mengumpulkan dana, menghubungi orang tua anggota konsulat, dan seterusnya. Mereka mengerjakan itu jauh-jauh hari sebelum perpulangan, apakah itu tidak mengganggu persiapan ujian mereka? Tidak. Karena mereka sudah dilatih membagi waktu. Apakah mereka bayar ongkos perpulangan juga? Iya, semua panitia tanpa terkecuali tetap wajib membayar biaya perpulangan, sama seperti anggota.

Untuk semester genap atau akhir Tahun Ajaran, panitia perpulangan diamanahkan kepada kelas empat dan tiga intensif. Ini pengalaman pertama kali mereka jadi pengurus dalam sekala besar, kepanitian ini disebut PPAT (Panitia Perpulangan Akhir Tahun). PPAT ini juga sekaligus ujian bagi mereka, dan akan terlihat siapa yang layak di kemudian hari untuk menjadi ketua konsulat, sekaligus juga akan terpantau orang-orang pilihan untuk menjadi mudabbir (pengurus asrama) saat mereka kembali dari perpulangan. Orang-orang tertentu sudah mendapatkan amanat untuk mengamati dan menyusun “pengurus asarama bayangan” dan akan diserahkan kepada pengurus OPPM dan atau Pengasuhan.

Tugas dan kewajiban PPAT bisa dikatakan lebih berat dari PPPT, karena mereka juga harus mempersiapkan acara tambahan saat perpulangan. Biasanya saat perpulangan akhir tahun, diadakan acara khusus seperti penyambutan santri oleh walinya di tempat tertentu, tentu saja tidak sekedar penjemputan, tapi diiringi dengan acara silaturahim. Acara itu bisa berisi pentas seni dari santri, untuk keterampilan, pidato dan atau lainnya, sampai ada juga mengundang pejabat daerah di wilayah tersebut.

Bagaimana proses mengurus perpulangan? Semua santri Gontor pasti memiliki kesan mendalam saat mengurus pesyaratan pulang. Bagi yang pernah melihat vidio “Gontor on the spot” yang merilis antrian terpanjang pasti tahu, begitu lah saat santri mengurus syarat perpulangan. Tak salah bila ada yang berkesan bahwa Gontor masuknya susah dan pulangnya pun begitu. Santri harus rela antri dengan antrian “terpanjang seduna” ketika mengurus syarat perpulangan, itu dilakukan tidak hanya sekali, tidak hanya di satu tempat, melainkan di banyak posko, sebut saja posko ADM, posko dapur, posko OPPM, dll.

Pengurus konsulat dalam hal ini PPAT atau PPPT harus memastikan betul semua anggotanya beres mengurus persyaratan sebelum jam keberangkatan perpulangan konsulat. Perlu diketahui bahwa jam keberangkatan masing-masing konsulat berbeda, sesuai dengan ajuan konsulatnya masing-masing. Di sini lah pengurus konsulat harus mengkompromikan antara keinginan segera pulang dengan kemampuan anggota dalam mengurus persyaratan. Sering terjadi bahwa di jam keberangkatan ternyata masih banyak anggota yang belum beres, di sisi lain pihak armada atau transportasi yang sudah bekerja sama meminta harus menepati waktu yang sudah disepakati.

Dalam hal biaya, semua konsulat berlomba memberi harga termurah bagi anggotanya. Panitia masing-masing konsulat harus pintar-pintar memungut biaya minimal dengan fasilitas maksimal. Tidak pernah terbesit di hati kami waktu itu, dan di hati pengurus konsulat sampai saat ini pastinya untuk mencari keuntungan. Bahkan, pulang dengan rombongan konsulat lebih hemat dan lebih murah dari pada biaya jika pulang sendiri. Itu lah prinsip selama delapan tahun pengalaman penulis mengurusi perpulangan konsulat.

Ada pun syarat akademis untuk boleh liburan dan sekaligus syarat kenaikan kelas adalah hafalan surat-surat Al-Qur’an yang telah ditentukan. Namun hal ini sama sekali tidak pernah menjadi kendala, karena semua santri sudah jah-jauh hari menyetor syarat hafalan ini kepada wali kelasnya masing-masing. Penulis tidak bisa menceritakan terkait hal ini karena tidak memiliki pengalaman dan belum mendapatkan teman yang gagal pulang karena terkendala hafalan.

Ingin rasanya segera merasakan menyambut atau menjemput perpulangan santri sebagai wali santri. Ingin melihat mereka turun dari bus rombongan konsulat, berlari menuju kita dan berpelukan. Kemudian membuka tas bawaan mereka, yang ternyata diantaranya adalah pakain kotor.... kemudian melihat kulit mereka, “ini kenapa nak, kamu bawa goreng bawang ya?”.

0 comments :

Post a Comment