Tuesday, May 31, 2022

KITA ADALAH ORANG TERASING

Orang yang berpegang teguh pada ajaran Islam yang murni, itulah yang selalu teranggap asing. Sebagaimana disebutkan dalam hadits,

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنَ سَنَّةَ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ بَدَأَ الإِسْلاَمُ غَرِيباً ثُمَّ يَعُودُ غَرِيباً كَمَا بَدَأَ فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنِ الْغُرَبَاءُ قَالَ الَّذِينَ يُصْلِحُونَ إِذَا فَسَدَ النَّاسُ

Dari 'Abdurrahman bin Sannah. Ia berkata bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabad, “Islam itu akan datang dalam keadaan asing dan kembali dalam keadaan asing seperti awalnya. Beruntunglah orang-orang yang asing.” Lalu ada yang bertanya pada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengenai ghuroba', lalu beliau menjawab, “(Ghuroba atau orang yang terasing adalah) mereka yang memperbaiki manusia ketika rusak.” (HR. Ahmad 4: 74. Berdasarkan jalur ini, hadits ini dho:if. Namun ada hadits semisal itu riwayat Ahmad 1: 184 dari Sa'ad bin Abi Waqqosh dengan sanad jayyid)

Dari 'Abdullah bin 'Amr bin Al 'Ash, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

طُوبَى لِلْغُرَبَاءِ فَقِيلَ مَنِ الْغُرَبَاءُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ أُنَاسٌ صَالِحُونَ فِى أُنَاسِ سَوْءٍ كَثِيرٍ مَنْ يَعْصِيهِمْ أَكْثَرُ مِمَّنْ يُطِيعُهُمْ

“Beruntunglah orang-orang yang terasing." "Lalu siapa orang yang terasing wahai Rasulullah", tanya sahabat. Jawab beliau, “Orang-orang yang shalih yang berada di tengah banyaknya orang-orang yang jelek, lalu orang yang mendurhakainya lebih banyak daripada yang mentaatinya” (HR. Ahmad 2: 177)

Orang yang ingin jujur dan tidak korupsi akan terasa asing di tengah-tengah rekan kerjanya sendiri. Padahal anti korupsi sudah diajarkan dari sifat amanah yang diajarkan oleh Rasul kita –shallallahu 'alaihi wa sallam-.

الْخَازِنُ الْمُسْلِمُ الأَمِينُ الَّذِى يُنْفِذُ – وَرُبَّمَا قَالَ يُعْطِى – مَا أُمِرَ بِهِ كَامِلاً مُوَفَّرًا طَيِّبٌ بِهِ نَفْسُهُ ، فَيَدْفَعُهُ إِلَى الَّذِى أُمِرَ لَهُ بِهِ ، أَحَدُ الْمُتَصَدِّقَيْنِ

“Bendahara muslim yang diberi amanat ketika memberi sesuai yang diperintahkan untuknya secara sempurna dan berniat baik, lalu ia menyerahkan harta tersebut pada orang yang ia ditunjuk menyerahkannya, maka keduanya (pemilik harta dan bendahara yang amanat tadi) termasuk dalam orang yang bersedekah.” (HR. Bukhari no. 1438 dan Muslim no. 1023).

Pedagang yang ingin menempuh cara yang halal dan tidak berbuat curang akan terasa asing di tengah-tengah pedagang lainnya. Padahal Islam menuntut kita mencari rezeki dengan cara yang halal dan jujur tanpa berbuat curang karena itulah yang mendatangkan berkah sebagaimana disebutkan dalam hadits,

الْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا – أَوْ قَالَ حَتَّى يَتَفَرَّقَا – فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِى بَيْعِهِمَا ، وَإِنْ كَتَمَا وَكَذَبَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا

“Kedua orang penjual dan pembeli masing-masing memiliki hak pilih (khiyar) selama keduanya belum berpisah. Bila keduanya berlaku jujur dan saling terus terang, maka keduanya akan memperoleh keberkahan dalam transaksi tersebut. Sebaliknya, bila mereka berlaku dusta dan saling menutup-nutupi, niscaya akan hilanglah keberkahan bagi mereka pada transaksi itu.” (HR. Bukhari no. 2079 dan Muslim no. 1532)

Orang yang ingin meninggalkan tradisi yang menyalahi Islam dan ingin mengikuti ajaran yang sesuai tuntunan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, akan terasa asing. Orang yang ingin menjauhi budaya syirik pun sama halnya akan terasing. Alasan orang musyrik selalu dengan alasan ini sudah jadi tradisi. Dalam ayat disebutkan,

إِنَّا وَجَدْنَا آَبَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى آَثَارِهِمْ مُقْتَدُونَ

“Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka” (QS. Az Zukhruf: 22). Namun tidak semua tradisi ditinggalkan, hanya tradisi yang menyelisihi ajaran Islam saja.

Sama halnya dengan orang yang ingin konsekuen dengan ajaran Nabi, kian terasing dan dia akan memikul cobaan yang berat dan berbagai cemoohan. Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

يَأْتِى عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ الصَّابِرُ فِيهِمْ عَلَى دِينِهِ كَالْقَابِضِ عَلَى الْجَمْرِ

“Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api.” (HR. Tirmidzi no. 2260).

Berpeganglah dengan Kebenaran Walau Engkau Seorang Diri

Ibnu Mas'ud berkata,

الجَمَاعَةُ مَا وَافَقَ الحَقَّ وَإِنْ كُنْتَ وَحْدَكَ

“Yang disebut jama'ah adalah jika mengikuti kebenaran, walau ia seorang diri.”

Sebagian salaf mengatakan,

عَلَيْكَ بِطَرِيْقِ الحَقِّ وَلاَ تَسْتَوْحِشُ لِقِلَّةِ السَّالِكِيْنَ وَإِيَّاكَ وَطَرِيْقَ البَاطِلِ وَلاَ تَغْتَرُّ بِكَثْرَةِ الهَالِكِيْنَ

“Hendaklah engkau menempuh jalan kebenaran. Jangan engkau berkecil hati dengan sedikitnya orang yang mengikuti jalan kebenaran tersebut. Hati-hatilah dengan jalan kebatilan. Jangan engkau tertipu dengan banyaknya orang yang mengikuti yang kan binasa”

WaLLAAHUa'lam

0 comments :

Post a Comment