"Dan sungguh, kadar cinta seseorang benar-benar diuji saat berpisah dengan sesuatu yang dicintainya." (Imam Al-Ghazali)
Kitab fenomenal berusia ratusan tahun karya Imam al-Ghazali ini lahir dari situasi zaman yang bergejolak. Sang penulisnya mengerti kebutuhan masyarakat dan memenuhi dahaga spiritual. Imam al-Ghazali betul-betul telah menghidupkan kembali ilmu-ilmu agama dan memberikan daya dorong dan momentum yg belum pernah diberikan oleh pendahulunya
Imam Ghazali sendiri telah sampai ke derajat Hujjatul Islam, sedangkan Hujjatul Islam berarti telah hafal 300.000 hadits berikut sanad dan hukum matannya. Nama lengkap beliau adalah Muhammad bin Muhammad Abu Hamid Al Ghazaly At-Thuusiy Rahimahullah
Dari keseluruhan karyanya yang mencapai empat ratusan kitab, Ihya Ulumudin merupakan kitab yang terpenting. Kalau tidak ada kitab Ihya Ulumuddin, tasawwuf dalam kebudayaan Islam tidak akan berkembang begitu pesat pasca al-Ghazali
Bahkan, Imam Nawawi pernah mengatakan:
قال النووي كاد الاحياء ان يكون القرأن ~ هامش إحياء ج 1 ص 17
(Hampir saja posisi Ihyâ’ menandingi al-Qur’an)
Quthbil-’auliyâ’ as-Sayyid Abdullâh al-`Aydrus berpesan kepada segenap umat Islam untuk selalu berpegang teguh pada al-Qur’an dan Sunnah. Sedangkan penjelasan keduanya, menurut beliau, telah termuat dalam kitab Ihyâ’ Ulûmiddîn karya Imâm Ghâzali
Dua komentar ulama tadi telah membuktikan keagungan kitab ini dan besarnya anugerah yang diraih oleh Imâm Ghâzali. Sampai-sampai kritikus dan peneliti Hadits Ihyâ’, al-Imâm al-Faqîh al-Hâfîzh Abûl Fadhl al-`Irâqi, turut memberikan apreseasi positif terhadap kitab yang ditakhrijnya itu. Beliau menempatkan Ihyâ’ sebagai salah satu kitab teragung di tengah khazanah keilmuan Islam yg lain
Sungguh agung sanjungan ulama-ulama tersebut terhadap kitab Ihyâ’ dan al-Ghâzali. Karenanya, tidak berlebihan bila Syârih (komentator) kitab tersebut, Murtadhâ az-Zabîdi pernah mengatakan “Andaikan masih ada nabi setelah Nabi Muhammad niscaya al-Ghâzali orangnya."
0 comments :
Post a Comment