Thursday, December 31, 2020

Ketika hati sudah membatu

Ketika hati sudah tak mampu lagi melihat kebenaran

Ketika lisan lebih banyak tawa canda dan hal tak penting lainnya

Ketika hati begitu berat tergetar dengan ayat ayatNya

Ketika yang dilihat dan dikerjakan hanyalah hal yang melemahkan imannya dan jiwanya

Ketika airmata begitu berat mengalir , menetes dengan ayat2Nya

Ketika tangan dan kaki hanya sekedar mengerjakan rutinitas duniawi atau bisa jadi dosa dan kezoliman

Ketika anggota tubuh sudah tak mampu lagi mengerjakan kebaikan , tapi hanya rutinitas duniawi dan bahkan dosa atau maksiat

Ketika ayat ayatNya sudah jarang dan hampir tak pernah dibaca dan kitabNya hanya sekedar pajangan di rak rak buku tanpa sempat di baca dan tadaburi

Ketika peringatan peringatanNya dan RasulNya yang terbaca dan di dengar tak mampu lagi menggetarkan jiwa dan hatinya untuk berubah

Ketika banyak yang mengingatkan tapi tak jua tergerak dan tergetar dengan peringatanNya

Ketika membicarakan orang lain dengan fitnah dan ghibah menjadi makanan pagi siang malam untuk jiwanya

Ketika urusan dunia begitu luar biasa membuat berlinangan airmata dan sedih luar biasa namun urusan akhirat yang terlewat hanya sekedar angin lalu buatnya

Mungkin ada baiknya “bermain main” ke rumah sesungguhnya yang akan menjadi tempat penantian sampai hari yang ditentukanNya

Mungkin saatnya pelajari lagi dan baca lagi betapa dahsyatnya alam kubur seperti yang di sampaikan Rasulullah ﷺ dan fitnah di dalamnya

Hati itu akan semakin keras dan mengeras dengan dosa dan maksiat dan kematian adalah nasehat terbaik untuk melembutkannya

Suatu hari ada seorang yang bertanya kepada usman bin affan radiyallahu anhu

Tatkala mengingat surga dan neraka engkau tidak menangis, mengapa engkau menangis ketika melihat perkuburan?” Utsman pun menjawab, “Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:

Sesungguhnya liang kubur adalah awal perjalanan akhirat. Jika seseorang selamat dari (siksaan)nya maka perjalanan selanjutnya akan lebih mudah. Namun jika ia tidak selamat dari (siksaan)nya maka (siksaan) selanjutnya akan lebih kejam.” (HR. Tirmidzi)

@yezerkiarfatihzarlis

0 comments :

Post a Comment