Berkah Wirid Baqiyatus Sholihah Sang Ibunda

Nama besar KH. DR. Noer Muhammad Iskandar, SQ tentu tak bisa terlepas dari peran orangtuanya. Terutama sang ibunda, Nyai Hj. Siti Robiah binti KH. Abdul Manan. Saat usianya masih kanak-kanak, sang ayahanda, KH. Askandar, telah berpulang ke Rahmatullah. Sang ibu pun harus merawat seorang diri bocah-bocahnya.

Saat itu, pernikahan antara Kiai Askandar dengan Nyai Robiah dikaruniai 12 orang putra-putri. Di antaranya yang masih bocah kala ayahnya meninggal pada 1967 itu, adalah Anwar Iskandar dan Noer Muhammad Iskandar. Saat itu, adik kakak tersebut hanya terpaut usia lima tahun. Anwar kelahiran 1950, sedangkan sang adik lahir pada 1955.

Sang ibu yang menjadi single parent tersebut, dengan tabah membesarkan buah hatinya. Segenap cinta dan kasih sayang ia curahkan untuk merawat putra-putrinya tersebut.

Tak sebatas ikhtiyar dlohir yang Nyai Robiah berikan. Namun, juga dilengkapi dengan ikhtiyar batin. Salah satu ikhtiyar batin itu - sebagaimana dicatat oleh adiknya, KH. Thoha Munthoha - adalah mendawamkan wirid Baqiyatush Sholihah (amal-amal yang baik) tiap mencuci (Jawa: mucusi) beras yang akan ditanak untuk anak-anak dan keluarganya.

Berikut merupakan redaksi dari wirid tersebut:

سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ ِللهِ وَ لآ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ

Subhanallahi wal hamdu lillahi wa laa Ilaha illa-Llah wa-Llahu akbar wa laa haula wa laa quwata Illa billahi

Sebagaimana termaktub dalam kitab Nashoihud Diniyah, wirid tersebut memiliki banyak faidah. Di antaranya, adalah kalimat yang paling dicintai oleh Allah SWT

Berkat keistiqamahan sang ibunda membaca wirid tersebut di setiap menyajikan makanan untuk anak-anaknya, tak heran jika di kemudian hari, anak-anaknya pun tumbuh menjadi anak yang sholih dan sholihah serta senantiasa menebarkan kemanfaatan. Seperti halnya KH. Anwar Iskandar yang mendirikan Pesantren As-Saidiyah di Kediri dan KH. Noer Muhammad Iskandar merintis Pesantren Ash-Shidiqiyah di Jakarta.