Saturday, December 25, 2021

Wahyu atau sabda Nabi perlu diverifikasi dan divalidasi

Ini yg sering disalahpahami. Wahyu atau sabda Nabi perlu diverifikasi dan divalidasi. Caranya? Menggunakan akal.

Kalaupun kita mengandalkan orang lain dlm hal verifikasi dan validasi, info tsb tetap akan diproses oleh akal kita, bukan langsung masuk begitu saja. Tetapi, pendapat saya ini ternyata banyak ditentang. Info  (umum, ataupun) agama agar bisa kita pahami, masuk lewat mata dan telinga. Lalu? Tentu diproses oleh akal.

Sbg contoh, daging babi haram/atau bahkan bangkai manusia, tetapi kalau terpaksa boleh dimakan secukupnya saja (tdk berlebihan) (6:145). Ketika dlm kondisi di restaurant (warung, atau pasar) kita hrs bisa membedakan mana daging babi mana yg bukan. Kemudian, ketika di tengah hutan/gurun (pasir, atau salju) kita hrs bisa menentukan kondisi terpaksa itu yg spt apa. Ustadz tdk akan ikut kita terus.

Most of the time, kita akan hrs mengambil keputusan sendiri. Nampak di (6:145) ada ajaran ttg makanan haram, tetapi agama juga mengajarkan utk menjaga kita tetap hidup. Apakah kalau dlm keadaan terpaksa, kita tidak mau makan bangkai hewan daging babi, atau bahkan bangkai manusia, dan kita mati, apakah dihitung bunuh diri? Akal perannya banyak sekali.

Tidak mungkin Tuhan yg menciptakan kita menyuruh kita utk miskin. Tetapi, umumnya orang hanya melihat aspek individu, bukan aspek negara/bangsa. (8:60) itu perintah utk menyiapkan segala macam senjata utk pertahanan. Bagaimana mungkin negara yg semua (ingat : semua) penduduknya miskin bisa memiliki senjata, apalagi riset senjata?

Setiap muslim hafal surat al-Dhuha. (93:8) Allah mendapatimu (Muhammad) dlm kondisi kekurangan, dan Dia menjadikannya kaya. Tentux kaya bukan utk berfoya-foya, tetapi utk membantu sesama. Yg membiayai riset penyakit tropis misalnya Melinda & Bill Gates. Orang kaya! Itu point saya. Mengapa kegiatan keagamaan terkesan mengandalkan infaq dan shodaqoh? Dari mana infaq dan shodaqoh itu kalau semua orang dlm kondisi miskin (artinya income <= biaya hidup minimal)?

Memang ada ajaran utk melihat kpd yg lbh rendah. Tetapi itu bukan ajaran utk lbh baik miskin. Sila baca (20:131) yg gak boleh adalah iri dg apa yg dimiliki orang lain. Bukan tdk boleh kaya, atau tdk boleh bekerja keras/cerdas, dan hanya "ongkang-ongkang" di masjid menunggu saat adzan, dan nasi bungkus gratis.

Sumber : Prof. Jazi

0 comments :

Post a Comment