Sunday, November 28, 2021

TAK BOLEH MEREMEHKAN

Ada beberapa wasiat yang disampaikan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pada Abu Jurayy Jabir bin Sulaim. Wasiat yang pertama kita ulas adalah jangan sampai menghina dan meremehkan orang lain. Boleh jadi yang diremehkan lebih mulia dari kita di sisi Allah.


Abu Jurayy Jabir bin Sulaim, ia berkata, “Aku melihat seorang laki-laki yang melihat kutipannya ditaati orang. Setiap kali ia berkata, pasti diikuti oleh mereka. Aku bertanya, “Siapakah orang ini?” Mereka menjawab, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.” Aku berkata, “'Alaikas salaam (bagimu keselamatan), wahai Rasulullah (mengulangnya dua kali)." Beliau lalu berkata, “Janganlah Anda mengucapkan 'alaikas' (bagimu keselamatan) karena salam seperti itu adalah milik orang mati. Yang baik diucapkan adalah assalamu 'alaik (semoga keselamatan bagimu.”


Abu Jurayy bertanya, “Apakah engkau adalah utusan Allah?” Beliau menjawab, “Aku adalah utusan Allah yang apabila engkau ditimpa malapetaka, lalu berdoa kepada Allah, maka Dia akan menghilangkan kesulitan darimu. Jika engkau ditimpa kekeringan selama satu tahun, maka berdoalah kepada Allah, maka Dia akan menumbuhkan-tumbuhan untukmu. Dan bila engkau berada di suatu tempat yang gersang lalu hilang, kemudian engkau berdoa kepada Allah, maka Dia akan mengembalikan untamu itu.”


Abu Jurayy berkata lagi kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, “Berilah wasiat kepadaku.”


Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam pun memberi wasiat,


لاَ ا


“Janganlah menghina seorang pun.” Abu Jurayy berkata, “Aku pun tidak pernah menghina seorang pun setelah itu, baik kepada orang yang merdeka, seorang budak, seekor unta, maupun seekor domba.”


Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melanjutkan sabdanya,


ولا تحقرن شيئا من المعروف وأن تكلم أخاك وأنت منبسط إليه وجهك إن ذلك من المعروف وارفع إزارك إلى نصف الساق فإن أبيت فإلى الكعبين وإياك وإسبال الإزار فإنها من المخيلة وإن الله لا يحب المخيلة وإن امرؤ شتمك وعيرك بما يعلم فيك فلا تعيره بما تعلم فيه فإنما وبال لِكَ لَيْهِ


“Janganlah meremehkan pujian sedikit pun walau dengan berbicara kepada saudaramu dengan wajah yang tersenyum kepadanya. Amalan tersebut adalah bagian dari kebajikan.


Tinggikanlah sarungmu sampai pertengahan betis. Jika enggan, Anda bisa menurunkannya hingga mata kaki. Jauhilah memanjangkan kain sarung hingga melewati mata kaki. penampilan seperti itu adalah tanda sombong dan Allah tidak menyukai kesombongan.


Jika ada seseorang yang menghinamu dan mempermalukanmu dengan sesuatu yang ia ketahui ada padamu, maka janganlah engkau memikirkannya dengan sesuatu yang kamu ketahui ada kamu. Akibat buruk biarlah yang merusaknya.” (HR. Abu Daud no. 4084 dan Tirmidzi no. 2722).


Di antara wasiat Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits di atas adalah janganlah menghina orang lain. Setelah Rasul menyampaikan hal ini, Jabir bin Sulaim pun tidak pernah menghina seorang pun sampai kepada seorang budak dan seekor hewan pun.


Dalam surat Al Hujurat, Allah Ta'ala memberikan petunjuk kita dalam berakhlak yang baik,


ا ا الَّذِينَ ا لَا ا ا لَا اءٌ اءٍ ا


“Hai orang-orang yang percaya, janganlah mencatat orang laki-laki dengan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula untuk mencatat kumpulan lainnya, boleh jadi direndahkan itu lebih baik.” (QS. Al Hujurat:11)


Ibnu Katsir rahimahullah berkata bahwa ayat di atas berisi larangan melecehkan dan meremehkan orang lain. Dan sifat melecehkan dan meremehkan termasuk dalam kategori sombong sebagaimana sabda Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam,


ال الْحَقِّ النَّاسِ


“Sombong adalah sikap menolak dan meremehkan manusia.” (HR.Muslim no.91). Yang dimaksud di sini adalah meremehkan dan menganggapnya kerdil. Meremehkan orang lain adalah suatu yang diharamkan karena bisa jadi yang diremehkan lebih mulia di sisi Allah seperti yang disebutkan dalam ayat di atas.” (Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim, 6:713).


Ingatlah orang jadi mulia di sisi Allah dengan ilmu dan takwa. Jangan sampai orang lain diremehkan dan enak dipandang hina. Allah Ta'ala berfirman,


اللَّهُ الَّذِينَ ا الَّذِينَ ا الْعِلْمَ اتٍ


“Allah akan meninggikan orang-orang yang percaya di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al Mujadilah:11)


Seorang mantan budak pun bisa jadi mulia dari yang lain karena ilmu. Coba perhatikan kisah seorang bekas budak berikut ini.


افِعَ الْحَارِثِ لَقِىَ انَ انَ لُهُ لَى الَ اسْتَعْمَلْتَ لَى لِ الْوَادِى الَ ابْنَ . الَ ابْنُ الَ لًى الِينَا. الَ اسْتَخْلَفْتَ لَيْهِمْ لًى الَ ارِئٌ لِكِتَابِ اللَّهِ لَّ الِمٌ الْفَرَائِضِ. الَ عُمَرُ ا -صلى الله ليه وسلم- الَ « اللَّهَ ا الْكِتَابِ امًا »


Dari Nafi’ bin ‘Abdil Harits, ia pernah bertemu dengan ‘Umar di ‘Usfaan. ‘Umar memerintahkan Nafi’ untuk mengurus Makkah. Umar pun bertanya, “Siapakah yang mengurus penduduk Al Wadi?” “Ibnu Abza”, jawab Nafi’. Umar balik bertanya, “Siapakah Ibnu Abza?” “Ia adalah salah seorang bekas budak dari budak-budak kami”, jawab Nafi’. Umar pun berkata, “Kenapa bisa kalian menyuruh bekas budak untuk mengurus seperti itu?” Nafi’ menjawab, “Ia adalah seorang yang paham Kitabullah. Ia pun paham ilmu faroidh (hukum waris).” ‘Umar pun berkata bahwa sesungguhnya Nabi kalian -shallallahu ‘alaihi wa sallam- telah bersabda, “Sesungguhnya suatu kaum bisa dimuliakan oleh Allah lantaran kitab ini, sebaliknya bisa dihinakan pula karenanya.” (HR. Muslim no. 817).


WaLLAAHUa'lam

0 comments :

Post a Comment