Wednesday, March 3, 2021

PSIKOLOGI : MENDIDIK ANAK DENGAN SEDIKIT AMBISIUS

 Orang tua mana yang tak ingin anak-anaknya sukses di masa depan? Memberi kebebasan anak untuk melakukan apa yang disukainya memang perlu, tetapi itu saja tentu tidak cukup karena tidak akan mengarahkan anak ke mana-mana.

Handika Prasetya, seorang mahasiswa S-2 jurusan Teknik Kimia di University of Twente mengaku dibesarkan oleh orang tua yang agak ambisius. Bukan orang tua yang otoriter atau memaksakan kehendak, tetapi juga tidak membiarkannya tumbuh tanpa tujuan hidup yang jelas.

"Sejak kecil disiplin, dimonitor jam belajar dan bermainnya," kata Dika, demikian ia disapa, dalam pertemuan antara perwakilan dari PT Sari Husada dengan perwakilan pelajar Indonesia di Belanda.

Hal yang sama juga dialami oleh Floretta Niode, atau akrab dipanggil Flo. Sejak kecil orang tuanya cukup disiplin mengarahkan belajarnya, termasuk mendaftarkan dirinya untuk ikut les. Begitu pun dengan pilihan pekerjaan, orang tuanya punya arahan sejak dirinya masih kecil.

"Orang tua saya cuma tahu 2 profesi, yakni dokter atau insinyur," kata Flo yang akhirnya lulus dari jurusan Teknik Industri Universitas Parahyangan, dan kini juga tengah menempuh pendidikan S-2 di Belanda, mendalami bidang Operation Research

Bisa dikatakan, Dika dan Flo merupakan produk orang tua yang tidak begitu saja membiarkan anaknya melakukan apa yang disukainya. Ada ambisi tertentu yang ditanamkan oleh orang tua, yang sedikit banyak telah mengarahkan jalan hidupnya hingga saat ini.

Psikolog anak dan keluarga dari Klinik Terpadu Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Anna Surti Ariani, menyebut tipe orang tua seperti ini sebagai tipe moderat atau autoritatif. Berbeda dengan tipe orang tua otoriter, tipe autoritatif tidak memaksakan kehendak melainkan hanya mengarahkan

Bagi sebagian orang, ambisi orang tua kerap dianggap sebagai beban bagi anak. Banyak yang akhirnya membiarkan anaknya tumbuh semaunya sendiri, kadang tanpa tujuan yang jelas karena anak-anak belum tentu tahu apa yang benar-benar dibutuhkan oleh dirinya.

"Bagaimanapun, orang tua mesti punya tujuan dan ambisi. Nggak bisa cuma 'terserah kamu deh'. Itu (memberi ruang pada anak) memang penting, tapi tidak mengarahkan anak ke mana-mana sebetulnya. Perlu ada ambisi, tentunya ambisi positif," kata psikolog yang kerap disapa Nina ini.

Agar ambisi tersebut tidak malah menjadi beban bagi anak, Nina berpendapat bahwa sensitivitas orang tua sangat diperlukan. Sensitivitas itulah yang membedakan antara tipe orang tua yang autoritatif atau moderat, dengan tipe orang tua yang otoriter.

Orang tua harus sensitif atau peka untuk memastikan bahwa anak-anak masih bisa bergembira, punya waktu untuk bermain dan untuk dirinya sendiri. Bila anak tampak gembira, kemungkinan besar anak-anak tersebut tidak sedang merasa terbebani oleh ambisi orang tua.

Namun itu saja tidak cukup, orang tua masih harus melakukan investigasi lanjutan. Caranya adalah dengan mengajak anak-anak berdiskusi, menanyakan apa saja yang dirasakannya. Tentunya dengan pendekatan tertentu, agar anak tidak malah terintimidasi dengan pertanyaan tersebut dan akhirnya mengiyakan semua kemauan orang tua.

"Cara tersebut paling tepat diterapkan pada anak usia 5 tahun ke atas. Kalau masih di bawah itu memang sensitivitas orang tua lebih dibutuhkan, sebab kemampuan anak untuk berkomunikasi masih terbatas. Kosakata belum banyak sehingga belum bisa mengungkapkan isi hatinya," tambah Nina.

Cara Mendidik Anak Yang Baik Dalam Keluarga

Demi Masa Depan Anak, Orang Tua Boleh Sedikit Ambisius

Memiliki seorang anak merupakan dambaan dari setiap orang tua. Hal ini adalah salah satu unsur yang dibutuhkan dalam sebuah keluarga. Anda juga tidak hanya menginginkan anak saja kan? Anda juga pastinya menginginkan anak anda sholeh, cerdas, jadi kebanggaan anda, betul ya? Maka jika itu yang anda inginkan, anda harus tahu cara mendidik anak yang baik dalam keluarga anda.

Pentingnya Tahu Cara Mendidik Anak Yang Baik.

Anak itu merupakan aset di masa depan. Anaklah yang akan meneruskan keturunan dari keluarga anda. Jika anda tidak memperhatikan cara mendidik anak anda, suatu saat anak anda bukannya menjadi aset yang mengharumkan nama orang tuanya malah menjadi aib bagi keluarga. Saat ini banyak orang

Cara Mendidik Anak Yang Baik Dalam Keluarga antara lain

1. Berikan Teladan

Anak-anak adalah pembelajar yang baik karena pada saat itu mereka sangat penuh dengan rasa ingin tahu. Mereka terlahir kedunia ini ibarat kertas yang putih dan bersih, tinggal orang tua dan lingkungannya lah yang akan menentukan apakah kelak dia akan mengisi kertas yang putih itu dengan gambar yang baik atau justru sebaliknya. Anak-anak belajar dengan cara melihat dan mendengar. Maka sebagai orang tua harus bisa meneladankan perilaku yang baik dan perkataan yang baik dan benar.

Banyaknya terjadi kegagalan dalam mendidik anak biasanya karena tidak bisanya orang tua meneladankan perilaku kepada anaknya. Pepatah mengatakan "buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya", pepatah ini memang benar sekali. Anak adalah cermin dari orang tuanya. Jika anda sebagai orang tua ingin mengajarkan kejujuran maka anda harus jujur, jika ingin mengajarkan sopan santun, maka anda harus sopan santun, jika anda ingin mengajarkan kedisplinan maka anda harus disiplin. contoh kejadian yang sungguh menggelikan dan banyak terjadi di masyarakat yaitu orang tua yang melarang anaknya merokok tapi dianya sendiri merokok. Makanya anak remaja yang merokok saat ini semakin meningkat.

2. Berikan Pengertian

Cara mendidik anak berikutnya yaitu mulai dari kecil orang tua harus memberikan pengertian-pengertian yang baik tentang kehidupan. Pengertian ini bisa dikatakan adalah teori-teori kehidupan yang baik yang akan berguna untuk kesuksesan anak di masa depan. Contoh pengertian tentang kejujuran, tentang kedisiplinan, tentang integritas, tentang menolong sesama, peduli lingkungan, bekerja keras dan lain-lain. Dengan pengertian-pengertian hidup yang baik maka anak anda akan lebih cepat dewasa. Dewasa yaitu bisa menentukan mana yang baik dan mana yang tidak. Untuk memberikan pengertian ini berarti orang tua harus menambah ilmu-ilmu tentang pengertian hidup yang baik, itu tandanya sebagai orang tua pun tidak ada kata untuk berhenti belajar.

3. Berikan Penderitaan Artificial

Fakta membuktikan bahwa banyak sekali orang yang sekarang sukses dahulunya adalah seorang anak yang lahir dari keluarga tidak mampu atau keluarga biasa-biasa saja. Hal ini ternyata anak-anak yang lahir dari keluarga tidak mampu mereka dipaksa untuk bekerja keras dan merasakan penderitaan dibandingkan dengan anak orang kaya. Penderitaan yang dialami waktu kecil itu akan membangkitkan mental anak-anak yang berguna untuk masa depan mereka. Pepatah mengatakan : "Orang yang selagi mudanya lemah, maka akan dipaksa bekerja keras di masa tuanya". Untuk menghasilkan seorang anak yang sukses jangan pernah memanjakan anak. Justru anak harus dilatih penderitaan dan perjuangan mulai dari kecil, hal ini bisa dimulai ketika anak sudah mulai berjalan logika berpikirnya.

Penderitaan artificial bukan berarti anak disiksa untuk menderita, tapi anak dikondisikan serba terbatas dan ada syarat untuk menginginkan sesuatu. Contoh ketika anak ingin dibelikan mainan, maka orang tua harus memberikan syarat yang syarat itu adalah untuk mendidik mental dan kepribadian anak. Misalkan "Kamu akan mama beliin handphone asalkan kamu rajin membereskan dan membersihkan kamar tidurmu" atau "Kamu akan mama belikan komputer jika kamu rajin belajar dan nilaimu rata-rata 8". Silahkan anda kreasikan sesuai kebutuhan.

4. Dorong anak untuk berani mencoba sesuatu

Seorang anak adalah pembelajar yang hebat, dan mereka dilahirkan dengan tidak ada rasa takut. Rasa takut itu mulai muncul ketika lingkungan mulai memasukan virus-virus ketakutan dengan kata-kata "jangan, Tidak boleh, awas". Sebagai orang tua harus memperhatikan keberanian anak, jika anak anda mulai menjadi orang yang tidak berani, pemalu, tidak percaya diri, maka anda harus mendorong dan memotivasi mereka untuk berani dan percaya diri. Contoh ketika ada pentas doronglah mereka untuk maju ke pentas seni baik itu menyanyi, menari, berpidato dan lain-lain. Ikutkanlah lomba-lomba untuk mengasah keberanian dan kepercayaan dirinya. Jika dalam lomba dia kalah teruslah dimotivasi untuk mencoba lagi dan berikan harapan terus menerus. Anak yang didik dengan harapan, kelak akan menjadi orang yang mampu bermimpi dan berjiwa besar

Kesimpulan

Yang paling pokok dari semua cara mendidik anak adalah keteladanan dan perhatian dari orang tuanya. Mari kita jadikan anak-anak Indonesia generasi pemimpin hebat yang akan mengangkat Indonesia ke kancah persaingan dunia di masa depan.


http://health.detik..com/read/2013/10/14/145628/2386004/1301/psikolog-demi-masa-depan-anak-orang-tua-boleh-sedikit-ambisius?

0 comments :

Post a Comment