Friday, August 13, 2021

Dzikir

Banyak hal terpuji yang terhimpun di dalam dzikir. Berikut adalah sebagian hal terpuji dalam dzikir yang dinukil dari Hidayat al-Salikin (Petunjuk Para Salik) (Tab’a ala nafqah S.A. al-‘Aydrus, Jakarta 1354 H),  karya Datu Sanggul, Syekh Abdussamad al-Palimbani qaddasallah sirrahu (1704-1832).  

Yang pertama adalah menjunjung perintah Allah SWT: “Hai orang-orang yang beriman, Ingatlah Allah dengan dengan dzikir sebanyak-banyaknya, dan bertasbihlah kepadanya pagi dan petang.” (QS. Al-Baqarah: 152).

Kedua, Allah menyebut terhadap engkau karena firman-Nya: “Sebutlah olehmu akan Aku, niscaya Aku menyebutmu” (QS. Al-Baqarah: 152).

Ketiga, ridha Allah atas Dzikir itu.

Keempat, nyata kebesaran Allah dan ketinggian-Nya di dalam hatimu saat engkau menyebut-Nya. Firman-Nya menyatakan Waladzikrullahi Akbar, “Sesungguhnya dzikir kepada Allah itu terlebih besar daripada ibadah-ibadah yang lain” (QS. Al-Ankabut: 29)

Kelima, sibukkan anggota tubuhmu dalam taat kepada Allah.

Keenam, malaikat mendekat kepadamu dan mereka bergembira dengan dzikirmu.

Ketujuh, Allah mendekat kepadamu dan kawn (keadaan)-Nya besertamu tanpa “bagaimana” dan “batasan”. Allah berfirman dalam hadits qudsi: “Aku bersama persangkaan hamba-Ku dan Aku beserta dia ketika dia berdzikir pada-Ku”.

Kedelapan, malaikat pemelihara (perekam) amal manusia bersegera menyuruh kebajikan bagi orang yang berdzikir.

Kesembilan, setan menjauh daripada engkau. Syekh Afdhaluddin berkata, “Sesungguhnya setan mengendarai seseorang manakala lupa dzikrullah. Sesungguhnya dia selalu berdiam di sisi seorang hamba. Tiap kali lupa si hamba dzikrullah maka setan mengendarai dan mengendalikan helaannya. Tiap kali si hamba berdzikir, maka setan turun darinya. Andaikata dibukakan Allah Ta’ala kepada seseorang daripada kita, niscaya ia melihat Iblis mengendarai seseorang seperti layaknya mengendarai keledai dan berkalung helaan sepanjang yang dikehendaki si Iblis sepanjang siang dan malam.”

Kesepuluh, sesungguhnya dzikrullah Ta’ala berada di atas iman dan hakikatnya itu cinta (mahabbah) hamba kepada Tuhannya.

Kesebelas, sesungguhnya dzikrullah itu melepaskan (bara’atun) si hamba dari munafiq.

0 comments :

Post a Comment