Saturday, June 20, 2015

Takdir Kauniyah dari Kisah Tempe Setengah Jadi

Di suatu desa hiduplah seorang ibu penjual tempe.
Tak ada pekerjaan lain yang dapat dia lalukan sebagai penyambung hidup.
Meski demkian, nyaris tak pernah lahir keluhan dari bibirnya.
Ia jalani hidup dengan riang. "Jika tempe ini yang nanti mengantarku ke surga, kenapa aku harus menyesalinya...?",
Demikian dia selalu memaknai hidupnya.

Suatu pagi dia berkemas. Mengambil keranjang bambu tempat tempe..,
dia berjalan ke dapur. Diambilnya tempe-tempe yang dia letakkan di atas meja panjang.
Tapiii...,
Deg! dadanya gemuruh.
Tempe yang akan di jual, ternyata belum jadi....

Masih berupa kacang kedelai, sebagian berderai, belum disatukan ikatan-ikatan putih kapas dari proses peragian.

Tempe itu masih harus menunggu 1 hari lagi untuk jadi.
Tubuhnya lemas...
Dia bayangkan, hari ini pasti dia tidak akan mendapatkan uang, untuk makan, dan modal membeli kacang kedelai lagi.

Di tengah putus asa, terbersit harapan di dadanya.
Dia tau.., jika meminta kepada Allah, pasti tak akan ada yang mustahil.
Maka, di tengadahkan kepala, dia angkat tangan, dia baca doa...,
"Ya Allah, Engkau tahu kesulitanku.
Aku tahu Engkau pasti menyayangi hamba-Mu yang hina ini.
Bantulah aku ya Allah, jadikanlah kedelai ini menjadi tempe. Hanya kepada-Mu kuserahkan nasibku...".

Dalam hati.., dia yaqin.., Allah akan mengabulkan doanya.

Dengan tenang, dia tekan dan mampatkan daun pembungkus tempe.
Dia rasakan hangat yang menjalari daun itu.
Proses peragian memang masih berlangsung...

Dadanya bergemuruh...
Dan pelan, dia buka daun pembungkus tempe.
Dan...  Dia kecewa.

Tempe itu masih belum juga berubah,  belum  menyatu oleh kapas-kapas ragi putih.
Tapi, dengan memaksa senyum, dia berdiri.

🔹 Dia yakin.., Allah pasti sedang "memproses" doanya. Dan tempe itu pasti akan jadi.

🔹 Dia yakin..., Allah tidak akan menyengsarakan hambanya yang setia beribadah.

Sambil meletakkan semua tempe setengah jadi itu ke dalam keranjang,dia berdoa lagi..
 "Ya Allah, aku tau tak pernah ada yang mustahil bagi-Mu.
 Engkau Maha Tahu, bahwa tak ada yang bisa aku lakukan selain berjualan tempe...
Karena itu ya Allah, jadikanlah...! Bantulah aku, kabulkan doaku...".

Sebelum mengunci pintu dan berjalan menuju pasar, dia buka lagi daun pembungkus tempe.
Pasti telah jadi sekarang, batinnya.
Dengan berdebar, dia
intip dari daun itu, dan... belum jadi.
Kacang kedelai itu belum sepenuhnya memutih. Tak ada perubahan apa pun atas ragian kacang kedelai tsb.

"Keajaiban Tuhan akan datang... pasti..!",
Yakin-nya.

Dia pun berjalan ke pasar...

Di sepanjang perjalanan itu, dia yakin..., "tangan" Tuhan tengah bekerja untuk mematangkan proses peragian atas tempe-tempenya.

Berkali-kalii  dia memanjatkan doa...
Berkali-kali dia yakinkan diri, Allah pasti mengabulkan doanya.

Sampai di pasar, di tempat dia biasa berjualan, dia letakkan keranjang-keranjag itu...

"Pasti sekarang telah jadi tempe..", batinnya.
Dengan berdebar, dia buka daun pembungkus tempe itu, pelan-pelan.
Dan... dia terlonjak.
Tempe itu masih tak ada perubahan.

Masih sama seperti ketika pertama kali dia buka di dapur tadi.

Air mata pun menitiki keriput pipinya.

Kenapa doaku tidak dikabulkan...?

Kenapa tempe ini tidak jadi...?
 Apakah Tuhan ingin aku menderita...?
Apa salahku...?
Demikian batinnya berkecamuk.

Dengan lemas, dia gelar tempe-tempe setengah jadi itu di atas plastik yg telah dia sediakan.
Tangannya lemas..., tak ada keyakinan akan ada yang mau membeli tempenya itu.
Dan dia tiba-tiba merasa lapar... merasa sendirian...

 "Tuhan telah meninggalkan aku..", batinnya.

Airmatanya kian menitik... Terbayang esok dia tak dapat berjualan...
Esok diapun tak akan dapat makan.
Dilihatnya kesibukan pasar, orang yang lalu lalang,dan "teman-teman" sesama penjual tempe di sisi kanan dagangannya yang mulai
berkemas.

Dianggukinya mereka yang pamit, karena tempenya telah laku.

Kesedihannya mulai memuncak.
Diingatnya, tak pernah dia mengalami kejadian ini.

Tak pernah tempenya tak jadi. Tangisnya kian keras. Dia merasa cobaan itu terasa berat...

Di tengah kesedihan itu, sebuah tepukan menyinggahi pundaknya.

Dia memalingkan wajah, seorang perempuan, paro baya, tengah tersenyum, memandangnya...,
"Maaf Ibu, apa ibu punya tempe yang setengah jadi...?
"Capek saya sejak pagi mencari-cari di pasar ini, tak ada yang menjualnya. Ibu punya..?".

Penjual tempe itu bengong..
Terkesima...
Tiba-tiba wajahnya pucat. Tanpa menjawab pertanyaan si ibu cantik tadi, dia cepat menadahkan tangan.
"Ya Allah, saat ini aku tidak ingin tempe itu jadi.
Jangan engkau kabulkan doaku yang tadi.
Biarkan sajalah tempe itu seperti tadi, jangan jadikan tempe.."

Lalu segera dia mengambil tempenya. Tapi, setengah ragu, dia letakkan lagi.
"jangan-jangan, sekarang sudah jadi tempe...??"

"Bagaimana Bu...? Apa ibu menjual tempe setengah jadi..?", tanya perempuan itu lagi.

Kepanikan melandanya lagi...
"Duh Gusti... bagaimana ini...?
Tolonglah ya Allah, jng jadikan tempe ya..?", ucapnya berkali-kali.

Dan dengan gemetar, dia
buka pelan-pelan daun pembungkus tempe itu.

Dan apa yang dia lihat, sahabat...??
Di balik daun yang hangat itu, dia lihat tempe yang masih sama.
Belum jadi..!.

 "Alhamdulillah!", pekiknya,
tanpa sadar.
Segera dia angsurkan tempe itu kepada si pembeli.

Sembari membungkus, dia pun bertanya kepada si ibu  itu.
"Kok Ibu aneh ya, mencari tempe kok yang belum jadi..?".

"Oohh..., bukan begitu, Bu. Anak saya yang kuliah S2 di Seoul ingin sekali makan tempe, asli buatan sini.

Nah, agar bisa sampai sana belum busuk, saya pun mencari tempe yang belum jadi.
Jadi, saat saya bawa besok, sampai sana masih layak dimakan. Oh ya, jadi semuanya berapa, Bu...?".

🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹

Sahabat semua..., dalam kehidupan sehari-hari, kita acap berdoa, dan "memaksakan"
Allah memberikan apa yang menurut kita paling cocok untuk kita.
Dan jika doa kita tidak dikabulkan, kita merasa diabaikan, merasa kecewa dan merasa ditinggalkan...

Padahal Allah paling tau apa yang paling cocok untuk kita.

Bahwa semua rencananya adalah SEMPURNA..

Tempe setengah jadi tersebut tidak akan pernah dalam waktu singkat menjadi tempe, karena itu melawan takdir qauniyah yang telah Allah tetapkan.

Takdir qauniyah ini atau takdir kausalitas (sunnatullah) itu akan berjalan seperti biasanya... Itulah hukumnya.

Seperti air akan mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah..

Namun kita berharap dengan takdir ghaibiyah yang Allah tetapkan, sepet pertolongan yang Allah berikan dari arah yang tdk pernah kita duga..

Contoh lain takdir ghaibiyah ini adalah kita tidak tau dimana dan kapan kita meninggal..., karena itu rahasia-Nya.

Namun, Dia telah menetapkan takdir syar'iat bagi manusia bahwa
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal kebaikan diberikan tempat kembali yang terbaik.

Allah swt  mengingatkan di dalam Al Quran bahwa boleh jadi kita sangat menginginkan sesuatu, padahal itu tidak baik bagi kita...

"Dan boleh jadi kita sangat tidak menyukai sesuatu, padahal itu banyak menyimpan kebaikan bagi
kita.. " (Al Baqarah 216).

Nah, disini Allah ingin menegaskan Allah-lah Yang Maha Mengetahui apa yang terbaik.

Ketahuilah..,
Tugas kita sebagai manusia sederhana saja yaitu....
berusaha semaksimal mungkin,
seikhlas mungkin...
dan hasil akhir adalah ketentuan اللّهُ تعالى
Sang Penguasa Alam Semesta ini....

Al Qur'an menyatakan bahwa :
"Sesungguhnya Allah tidak akan membebani manusia melebihi kemampuannya dan bagi orang yang bertaqwa.."

Allah berikan priviledge
yaitu pasti ...
Allah berikan rizki dari "arah yang tidak pernah dia duga...."
(AlBaqarah 286, Aththolaq 2-3)

Semoga bermanfaat..
Selamat beribadah di bulan penuh berkah...

0 comments :

Post a Comment