Thursday, August 17, 2023

Kiat Agar Tak Diganggu Setan

PERTAMA: Dzikir, Wudhu dan Sholat


Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berlibur,


عَقِدَ الشَّيْطَانُ عَلَى قَافِيَةِ رَأْسِ أَحَدِكُمْ إِذَا هُوَ نَامَ ثَلاَثَ عُقَدٍ ، يَضْرِبُ كُلَّ عُقْدَةٍ عَلَيْكَ لَيْلٌ طَوِيلٌ فَارْقُدْ ، فَإِنِ اسْتَيْقَظَ فَذَكَرَ اللَّهَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ ، فَإِنْ تَوَضَّأَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ ، فَإِنْ صَلَّى انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَأَصْبَحَ نَشِيطًا طَيِّبَ النَّفْسِ ، وَإِلاَّ أَصْبَحَ خَبِيثَ النَّفْسِ كَسْلاَنَ


“Setan membuat tiga ikatan di tengkuk (leher bagian belakang) salah seorang dari kalian ketika tidur. Di setiap ikatan, setan akan mengatakan, 'Malam masih panjang, tidurlah!' Jika ia bangun lalu berdzikir kepada Allah, lepaslah satu ikatan. Kemudian jika ia berwudhu, lepaslah lagi satu ikatan. Kemudian jika ia mengerjakan shalat, lepaslah ikatan terakhir. Di pagi hari ia akan bersemangat dan bergembira. Jika tidak melakukan seperti ini, ia tidak ceria dan menjadi malas." (HR. Bukhari, no. 1142 dan Muslim, no. 776)


KEDUA: Istintsar (Hirup dan Buang Air Melalui Hidung)


Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berlibur,


إِذَا اسْتَيْقَظَ أَحَدُكُمْ مِنْ مَنَامِهِ فَلْيَسْتَنْثِرْ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ فَإِنَّ ال شَّيْطَانَ يَبِيتُ عَلَى خَيَاشِيمِهِ


“Jika salah seorang di antara kalian bangun dari tidurnya, maka hiruplah udara ke dalam hidung lantas keluarkan, lakukanlah sebanyak tiga kali karena setan itu bermalam di bagian dalam hidungnya.” (HR.Muslim, no.238)


KETIGA: Jangan Tidur Hingga Pagi


Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata, 'Di hadapan Nabi shallallahu :alaihi wa sallam disebutkan tentang seorang lelaki yang tidur semalaman sampai waktu pagi. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun pernah berlibur,


ذَاكَ رَجُلٌ بَالَ الشَّيطَانُ فِي أُذُنَيْهِ – أَوْ قَالَ : في أُذُنِهِ –


“Laki-laki itu telah dikencingi setan pada kedua telinganya.”—Atau beliau pernah melewatkan, 'Pada telinganya." (HR. Bukhari, no. 3270 dan Muslim, no. 774)


KEEMPAT: Berlindung Dari Setan Sebelum Masuk Kamar Kecil


Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, ia berkata,


كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا دَخَلَ الْخَلاَءَ قَالَ « اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِ كَ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ »


“Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ketika masuk kamar kecil, beliau berpikir, “ALLOHUMMA INNI A'UDZU BIKA MINAL KHUBUTSI WAL KHOBAAITS (artinya: Ya Allah, aku meminta perlindungan dari-Mu dari setan laki-laki maupun setan perempuan)." ( HR. Bukhari, no.142, 6322; Muslim, no.375; Abu Daud, no.4; Tirmidzi, no.5; An-Nasai, 1:20; Ibnu Majah, no.296; Ahmad, 19:13) .


Syaikh 'Abdullah Al-Fauzan hafizhahullah menerangkan dalam Minhah Al-'Allam fii Syarh Bulugh Al-Maram (1:363), "Kata 'khubutsi' adalah bentuk jamak dari kata khobits, yang dimaksud adalah setan laki-laki. Kata 'khobaits' adalah bentuk jamak dari kata khobitsah, yang dimaksud adalah setan perempuan. Bisa juga dibaca 'khubtsi' artinya kejelekan, sedangkan 'khabaits' berarti yang memiliki kejelekan. Bacaan ini berarti meminta perlindungan dari kejelekan dan pelaku kejelekan. Al-Khathabi mengatakan bahwa lebih tepat dibaca khubutsi. Sedangkan kalau disebutkan bahwa kebanyakan ulama hadits membacanya khubtsi, ini tidaklah tepat. Intinya, dua cara baca dengan khubutsi dan khubtsi sama-sama dibolehkan.”


KELIMA: Setan Takut Dengan Adzan


Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


إِذَا نُودِىَ بِالأَذَانِ أَدْبَرَ الشَّيْطَانُ لَهُ ضُرَاطٌ حَتَّى لاَ يَسْمَعَ الأَذَانَ فَإِذَا قُضِىَ الأَذَانُ أَقْبَلَ فَإِذَا ثُوِّبَ بِهَا أَدْبَرَ فَإِذَا قُضِىَ التَّثْوِيبُ أَقْبَلَ يَخْطُرُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَنَفْسِهِ يَقُولُ اذْكُرْ كَذَا اذْكُرْ كَذَا. لِمَا لَمْ يَكُنْ يَذْكُرُ حَتَّى يَظَلَّ الرَّجُلُ إِنْ يَدْرِى كَمْ صَلَّى فَإِذَا لَمْ يَدْرِ أَحَدُكُمْ كَمْ صَلَّى فَلْيَسْجُدْ سَجْدَتَيْنِ وَهُوَ جَالِسٌ


"Apabila azan dikumandangkan, setan berpaling sambil kentut hingga dia tidak mendengar azan tersebut. Apabila azan selesai dikumandangkan, ia pun kembali. Apabila dikumandangkan iqamah, setan pun berpaling lagi. Apabila iqamah selesai dikumandangkan, setan pun kembali, ia akan melintas di antara seseorang dan nafsunya. Dia berkata, 'Ingatlah demikian, ingatlah demikian untuk sesuatu yang sebelumnya dia tidak mengingatnya, hingga laki-laki tersebut senantiasa tidak mengetahui berapa rakaat dia shalat. Apabila salah seorang dari kalian tidak mengetahui berapa rakaat dia shalat, hendaklah dia bersujud dua kali dalam keadaan duduk.'" (HR. Bukhari, no. 608 dan Muslim, no. 389)


Ibnul Jauzi rahimahullah mengatakan, "Suara azan membuat setan takut sehingga pergi menjauh karena dalam kumandang azan sulit terjangkit riya' dan kelalaian. Hal ini berbeda dengan shalat, hati mudah diserang oleh setan dan ia selalu membuka pintu was-was." Sampai-sampai Abu 'Awanah membuat judul suatu bab "Dalil bahwa orang mengumandangkan azan dan iqamah tidak dihinggapi was-was setan dan sulit terjangkit riya' karena setan menjauh darinya."


Dari Jabir radhiyallahu 'anhu, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


إِنَّ الشَّيْطَانَ إِذَا سَمِعَ النِّدَاءَ بِالصَّلاَةِ ذَهَبَ حَتَّى يَكُونَ مَكَانَ الرَّوْحَاءِ


"Jika setan mendengar azan shalat, setan kabur dan menjauh hingga tempat Ar-Rauhaa'." (HR. Muslim, no. 388). Dalam Shahih Muslim terdapat keterangan bahwa Ar-Rauhaa' dari Madinah itu berjarak 36 mil (57,93 kilometer).


KEENAM: Berlindung dari godaan setan ketika ia hadir.

ALLAH Ta'ala berfirman,


وَقُلْ رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ , وَأَعُوذُ بِكَ رَبِّ أَنْ يَحْضُرُونِ


"Dan katakanlah: "Ya Rabbku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan setan. Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau ya Rabbku, dari kedatangan mereka kepadaku." (QS. Al-Mu'minun: 97-98)


Dari Al-Walid bin Al-Walid radhiyallahu 'anhu, ia berkata,


يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّى أَجِدُ وَحْشَةً. قَالَ « إِذَا أَخَذْتَ مَضْجَعَكَ فَقُلْ أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ مِنْ غَضَبِهِ وَعِقَابِهِ وَشَرِّ عِبَادِهِ وَمِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ وَأَنْ يَحْضُرُونِ فَإِنَّهُ لاَ يَضُرُّكَ وَبِالْحَرِىِّ أَنْ لاَ يَقْرَبَكَ »


“Wahai Rasulullah, aku sedang sedih (murung)." Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam lantas bersabda, 'Jika engkau hendak tidur, ucapkanlah: A'UDZU BI KALIMAATILLAHIT TAAMMAATI MIN GHODHOBIHI WA SYARRI 'IBAADIHI WA MIN HAMAZAATISY SYAYAATHIIN WA AYYAH-DHURUUN' (artinya: Aku meminta perlindungan dengan kalimat Allah yang sempurna dari murka-Nya, dari siksa-Nya, dari kejelekan makhluk-Nya, dan dari godaan setan ketika hadir). Siapa yang membacanya, setan pasti tidak akan menimpakan mudarat padamu. Setan pun tidak akan mendekatimu." (HR. Ahmad, 4:57)


KETUJUH: Meminta Perlindungan Kepada ALLAH dari setan dengan sifatnya hamz (muutah, kegilaan), nafts (syair setan), dan nafkh (sifat sombong).


Dari 'Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,


عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّهُ كَانَ يَتَعَوَّذُ مِنَ الشَّيْطَانِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْثِهِ وَنَفْخِهِ.


“Dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau biasa meminta perlindungan kepada Allah dari kegilaan setan, syair setan, dan sifat sombongnya setan." (HR. Ahmad, 1:403).


Dari Abu Sa'id Al-Khudri radhiyallahu 'anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam setelah takbir membaca,


أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ


“A'UDZU BILLAHIS SAMII'IL 'ALIIM, MINASY SYAITHOONIR ROJIIM MIN HAMZIHI WA NAFKHIHI WA NAFTSIH (artinya: aku berlindung kepada Allah Yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui dari gangguan syaitan yang terkutuk, dari dia, dia, dan memanggilnya yang tercela). (HR. Abu Daud, no. 775; Tirmidzi, no. 242; An-Nasai, 2:142; Ibnu Majah, no. 804; Ahmad, 8:51).


Sifat setan dalam bacaan ta'awudz ini adalah:


1. Hamz artinya muutah yaitu sejenis gila dan kesurupan. Setan disebut demikian karena setan itu jadi sebab seseorang menjadi gila dan kesurupan.

2. Nafkh artinya kibr (sombong) yaitu setan itu membisikkan pada manusia hingga ia merasa dirinya berada di atas, akhirnya melibatkan yang lain.

3. Nafts artinya syi'ir (syair) karena setan itu membuat para penyair menyanjung, mencela, mengagungkan, dan tertutup bukan pada tempatnya.


KEDELAPAN: Meludah ke kiri untuk menolak setan dalam shalat


Dari Abul 'Alaa' bahwa 'Utsman bin Abil 'Ash mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, ia berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya setan mengganggu shalat dan bacaanku, ia menggodaku." Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian berlibur,


« ذَاكَ شَيْطَانٌ يُقَالُ لَهُ خِنْزِبٌ فَإِذَا أَحْسَسْتَهُ فَتَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِن ْهُ وَاتْفِلْ عَلَى يَسَارِكَ ثَلاَثًا ». قَالَ فَفَعَلْتُ ذَلِكَ فَأَذْهَبَهُ اللَّهُ عَنِّى.


“Itu adalah setan, ia disebut dengan Khinzib. Jika Anda merasa diganggu, mintalah perlindungan kepada Allah dari setan tersebut. Kemudian ludahlah ke sebelah kirimu sebanyak tiga kali.” ‘Utsman kemudian melakukan seperti itu, lantas Allah mengusir setan itu darinya. (HR. Muslim, no. 2203)


Yang dimaksud meludah adalah meludah ringan ke kiri, bentuknya dengan meniupkan udara yang mengandung sedikit air ludah. Ini diperbolehkan, dengan syarat tidak mengganggu orang yang berada di sebelah kiri dan tidak mengotori masjid.


KESEMBILAN: Tidak Menoleh Dalam Shalat


Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha, ia bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengenai saya (menoleh) dalam shalat. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam lantas menjawab,


« هُوَ اخْتِلاَسٌ يَخْتَلِسُ الشَّيْطَانُ مِنْ صَلاَةِ أَحَدِكُمْ »


“Itu adalah copetan yang dicopet oleh setan dari shalat salah seorang di antara kalian.” (HR. Bukhari, no. 751)


KESEPULUH; Tidak Lewat diDepan Orang Sholat


Dari Abu Sa'id, ia berkata bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berlibur,


إِذَا مَرَّ بَيْنَ يَدَىْ أَحَدِكُمْ شَىْءٌ وَهُوَ يُصَلِّى فَلْيَمْنَعْهُ ، فَإِنْ أ َبَى فَلْيَمْنَعْهُ ، فَإِنْ أَبَى فَلْيُقَاتِلْهُ ، فَإِنَّمَا هُوَ شَيْطَانٌ


“Jika ada yang melewati di hadapan salah seorang dari kalian yang sedang shalat, cegahlah. Jika ia enggan, cegahlah lagi. Jika ia masih enggan, cegahlah dengan lebih keras karena sejatinya ia adalah setan.” (HR. Bukhari, no. 3274 dan Muslim, no. 505)


Hadits di atas bukanlah berarti, jika ia memaksa lewat sampai yang ketiga kalinya, hendaklah bunuhlah ia. Maksud hadits adalah cegahlah ia dengan lebih keras. Ibnu Baththol dalam salah satu penjelasannya dalam Syarh Shahih Al-Bukhari menyatakan,


وَلَمْ يَرِدْ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – قَطْعَ الصَّلاَةِ، وَاسْتِبَاحَةَ دَمِّهِ، وَإ ِنَّمَا أَرَادَ دَفْعَهُ بِالشِّدَّةِ وَالقُوَّةِ.


“Tidak ada dalil dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam untuk memutus shalat dan membolehkan membunuh orang yang lewat. Makna hadits adalah mencegah dengan lebih kuat.”


KESEBELAS: Lakukan Sujud Tilawah


Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


إِذَا قَرَأَ ابْنُ آدَمَ السَّجْدَةَ فَسَجَدَ اعْتَزَلَ الشَّيْطَانُ يَبْكِى يَقُولُ يَا وَيْلَهُ أُمِرَ ابْنُ آدَمَ بِالسُّجُودِ فَسَجَدَ فَلَهُ الْجَنَّةُ وَأُمِرْتُ بِالسُّجُودِ فَأَبَيْتُ فَلِىَ النَّارُ


“Jika anak Adam membaca ayat sajadah, lalu dia sujud, setan akan menjauhinya sambil menangis. Setan pun akan berkata-kata, 'Celaka aku.' Anak Adam disuruh sujud, dia pun bersujud, maka baginya surga. Sedangkan aku sendiri diperintahkan untuk sujud, tetapi aku enggan, sehingga pantas bagiku neraka." (HR. Muslim, no. 81)


KEDUABELAS: Lakukan Sujud Sahwi


Dari Abu Sa,'id Al-Khudri radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


إِذَا شَكَّ أَحَدُكُمْ فِى صَلاَتِهِ فَلَمْ يَدْرِ كَمْ صَلَّى ثَلاَثًا أَمْ أَرْبَعًا فَلْيَطْرَحِ الشَّكَّ وَلْيَبْنِ عَلَى مَا اسْتَيْقَنَ ثُمَّ يَسْجُدُ سَجْدَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ يُسَلِّمَ فَإِنْ كَانَ صَلَّى خَمْسًا شَفَعْنَ لَهُ صَلاَتَهُ وَإِنْ كَانَ صَلَّى إِتْمَامًا لأَرْبَعٍ كَانَتَا تَرْغِيمًا لِلشَّيْطَانِ


“Apabila salah seorang dari kalian ragu dalam shalat, kemudian ia tidak mengetahui berapa rakaat, tiga ataukah empat rakaat, hendaklah ia membuang keraguan dan ambilah yang yakin. Kemudian sujudlah dua kali sebelum salam. Jika ternyata ia shalat lima rakaat, sujudnya telah menggenapkan shalatnya. Lalu jika ternyata shalatnya memang empat rakaat, sujudnya tersebut sebagai penghinaan pada setan." (HR. Muslim, no. 571)


Sujud sahwi itu disebabkan karena:


1. Meninggalkan sebagian dari sunnah ab'adh seperti meninggalkan tasyahud awal.

2. Ragu akan jumlah rakaat. Solusinya adalah memilih jumlah rakaat yang paling sedikit, lalu menyempurnakan yang sisa, setelah itu melakukan sujud sahwi.

3. Melakukan perbuatan yang diharamkan dalam keadaan lupa. Jika hal tersebut dilakukan sengaja, shalatnya batal. Seperti, tidak sengaja berbicara sedikit dalam shalat atau tidak sengaja menambah rakaat.

4. Memindahkan perbuatan shalat yang merupakan rukun atau sunnah ab'adh atau surah ke selain tempatnya. Misalnya, membaca surah Al-Fatihah ketika tasyahud, atau membaca surah yang seharusnya dibaca setelah surah Al-Fatihah saat iktidal.


Tata Cara Sujud Sahwi

Cara melakukan sujud sahwi sebelum salam dijelaskan dalam hadits 'Abdullah bin Buhainah,


فَلَمَّا أَتَمَّ صَلَاتَهُ سَجَدَ سَجْدَتَيْنِ فَكَبَّرَ فِي كُلِّ سَجْدَةٍ وَهُوَ جَالِسٌ قَبْلَ أَنْ يُسَلِّمَ


“Setelah beliau menyempurnakan shalatnya, beliau sujud dua kali. Ketika itu beliau bertakbir pada setiap akan sujud dalam posisi duduk. Beliau lakukan sujud sahwi ini sebelum salam." (HR. Bukhari no. 1224 dan Muslim no. 570)


Cara melakukan sujud sahwi sesudah salam dijelaskan dalam hadits Abu Hurairah,


فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ وَسَلَّمَ ثُمَّ كَبَّرَ ثُمَّ سَجَدَ ثُمَّ كَبَّرَ فَرَفَعَ ثُمَّ كَبَّرَ وَسَجَدَ ثُمَّ كَبَّرَ وَرَفَعَ


“Lalu beliau shalat dua rakaat lagi (yang tertinggal), kemudia beliau salam. Sesudah itu beliau bertakbir, lalu bersujud. Kemudian bertakbir lagi, lalu beliau bangkit. Kemudian bertakbir kembali, lalu beliau sujud kedua kalinya. Sesudah itu bertakbir, lalu beliau bangkit." (HR. Bukhari no. 1229 dan Muslim no. 573)


Sujud sahwi sesudah salam ini ditutup lagi dengan salam sebagaimana dijelaskan dalam hadits 'Imron bin Hushain,


فَصَلَّى رَكْعَةً ثُمَّ سَلَّمَ ثُمَّ سَجَدَ سَجْدَتَيْنِ ثُمَّ سَلَّمَ.


“Kemudian beliau pun shalat satu rakaat (menambah raka'at yang kurang tadi). Lalu beliau salam. Setelah itu beliau melakukan sujud sahwi dengan dua kali sujud. Kemudian beliau salam lagi." (HR. Muslim no. 574)


Apakah ada takbiratul ihrom sebelum sujud sahwi?


Sujud sahwi sesudah salam tidak perlu diawali dengan takbiratul ihrom, cukup dengan takbir untuk sujud saja. Pendapat ini adalah pendapat mayoritas ulama. Landasan mengenai hal ini adalah hadits-hadits mengenai sujud sahwi yang telah lewat.


Ibnu Hajar Al Asqolani rahimahullah berkata, "Para ulama berselisih pendapat mengenai sujud sahwi sesudah salam apakah disyaratkan takbiratul ihram ataukah cukup dengan takbir untuk sujud? Mayoritas ulama mengatakan cukup dengan takbir untuk sujud. Inilah pendapat yang nampak kuat dari berbagai dalil."


Apakah perlu tasyahud setelah sujud kedua dari sujud sahwi?


Pendapat yang terkuat di antara pendapat ulama yang ada, tidak perlu untuk tasyahud lagi setelah sujud kedua dari sujud sahwi karena tidak ada dalil dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang menerangkan hal ini. Adapun dalil yang biasa jadi pegangan bagi yang berpendapat adanya, dalilnya adalah dalil-dalil yang lemah.


Jadi cukup ketika melakukan sujud sahwi, bertakbir untuk sujud pertama, lalu sujud. Kemudian bertakbir lagi untuk bangkit dari sujud pertama dan duduk sebagaimana duduk antara dua sujud (duduk iftirosy). Setelah itu bertakbir dan sujud kembali. Lalu bertakbir kembali, kemudian duduk tawaruk. Setelah itu salam, tanpa tasyahud lagi sebelumnya.


Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, "Tidak ada dalil sama sekali yang mendukung pendapat ulama yang memerintahkan untuk tasyahud setelah sujud kedua dari sujud sahwi. Tidak ada satu pun hadits shahih yang membicarakan hal ini. Jika memang hal ini disyariatkan, maka tentu saja hal ini akan dihafal dan dikuasai oleh para sahabat yang membicarakan tentang sujud sahwi. Karena kadar lamanya tasyahud itu hampir sama lamanya dua sujud bahkan bisa lebih. Jika memang Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melakukan tasyahud ketika itu, maka tentu para sahabat akan lebih mengetahuinya daripada mengetahui perkara salam, takbir ketika akan sujud dan ketika akan bangkit dalam sujud sahwi. Semua-semua ini perkara ringan dibanding tasyahud."


Do'a Ketika Sujud Sahwi


Sebagian ulama menganjurkan do'a ini ketika sujud sahwi,


سُبْحَانَ مَنْ لَا يَنَامُ وَلَا يَسْهُو


“Subhana man laa yanaamu wa laa yas-huw" (Maha Suci Dzat yang tidak mungkin tidur dan lupa).


Namun dzikir sujud sahwi di atas cuma anjuran saja dari sebagian ulama dan tanpa didukung oleh dalil. Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan,


قَوْلُهُ : سَمِعْت بَعْضَ الْأَئِمَّةِ يَحْكِي أَنَّهُ يَسْتَحِبُّ أَنْ يَقُولَ فِيهِمَا : سُبْحَانَ مَنْ لَا يَنَامُ وَلَا يَسْهُو – أَيْ فِي سَجْدَتَيْ السَّهْوِ – قُلْت : لَمْ أَجِدْ لَهُ أَصْلًا .


"Perkataan beliau, "Aku telah mendengar sebagian ulama yang menceritakan tentang dianjurkannya bacaan: "Subhaana man laa yanaamu wa laa yas-huw" ketika sujud sahwi (pada kedua sujudnya), maka aku katakan, "Aku tidak mendapatkan asalnya sama sekali.”


Sehingga yang tepat mengenai bacaan ketika sujud sahwi adalah seperti bacaan sujud biasa ketika shalat. Bacaannya yang bisa dipraktekkan seperti,


سُبْحَانَ رَبِّىَ الأَعْلَى


“Subhaana robbiyal a'laa" [Maha Suci Allah Yang Maha Tinggi]


سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ ، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى


“Subhaanakallahumma robbanaa wa bi hamdika, allahummagh firliy." [Maha Suci Engkau Ya Allah, Rabb kami, dengan segala pujian kepada-Mu, ampunilah dosa-dosaku]


KETIGABELAS: Tidak shalat ketika matahari terbit dan ketika matahari tenggelam

Dari Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhuma, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


لاَ تَحَرَّوْا بِصَلاَتِكُمْ طُلُوعَ الشَّمْسِ وَلاَ غُرُوبَهَا فَإِنَّهَا تَطْلُعُ بِقَرْنَىْ شَيْطَانٍ


“Janganlah mengerjakan shalat kalian ketika matahari terbit dan matahari tenggelam karena ketika itu terbit dua tanduk setan." (HR. Bukhari, no. 582 dan Muslim, no. 828. Lafaz hadits ini dari Muslim).


Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


لاَ تُصَلُّوْا عِنْدَ طُلُوْعِ الشَّمْسِ وَلاَ عِنْدَ غُرُوْبِهَا ؛ فَإِنَّهَا تَطْلُعُ وَتَغْرُبُ عَلَى قَرْنِ شَيْطَانٍ وَصَلُّوْا بَيْنَ ذَلِكَ مَا شِئْتُمْ


“Janganlah shalat ketika matahari terbit dan janganlah shalat ketika matahari tenggelam karena ketika itu matahari terbit dan tenggelam di atas tanduk setan. Shalatlah di antara itu semau kamu." (HR. Abu Ya'la dalam musnadnya, 2:200 dan Al-Bazzar, 1/293/613)


Dari Al-'Alaa' bin 'Abdurrahman, bahwasanya ia pernah menemui Anas bin Malik di rumahnya di Bashroh ketika beliau selesai dari shalat Zhuhur. Rumah beliau berada di samping masjid.


Ketika Al-Alaa' bertemu dengan Anas, Anas bertanya, "Apakah kalian sudah shalat 'Ashar?”


“Kami baru saja selesai dari shalat Zhuhur", jawab Al-'Alaa.


Anas memerintahkan mereka untuk shalat 'Ashar. Setelah mereka shalat, Anas berkata bahwa ia pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


تِلْكَ صَلاَةُ الْمُنَافِقِ يَجْلِسُ يَرْقُبُ الشَّمْسَ حَتَّى إِذَا كَانَتْ بَيْنَ قَرْنَىِ الشَّيْطَانِ قَامَ فَنَقَرَهَا أَرْبَعًا لاَ يَذْكُرُ اللَّهَ فِيهَا إِلاَّ قَلِيلاً


“Ini adalah shalat orang munafik. Ia duduk hingga matahari berada antara dua tanduk setan. Lalu ia mengerjakan shalat 'Ashar empat raka'at dengan cepatnya. Ia hanyalah mengingat Allah dalam waktu yang sedikit." (HR. Muslim, no. 622).


KEEMPATBELAS: Membaca Dzikir Pagi dan Petang


Dari 'Utsman bin 'Affan radhiyallahu 'anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


مَا مِنْ عَبْدٍ يَقُولُ فِي صَبَاحِ كُلِّ يَوْمٍ وَمَسَاءِ كُلِّ لَيْلَةٍ : بِسْمِ اللهِ الَّذِي لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الأَرْضِ وَلاَ فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ العَلِيمُ ، ثَلاثَ مَرَّاتٍ ، إِلاَّ لَمْ يَضُرَّهُ شَيْءٌ


“Tidaklah seorang hamba mengucapkan setiap pagi dari setiap harinya dan setiap petang dari setiap malamnya kalimat: BISMILLAHILLADZI LAA YADHURRU MA'ASMIHI SYAI-UN FIL ARDHI WA LAA FIS SAMAA' WA HUWAS SAMII'UL 'ALIIM (artinya: dengan nama Allah Yang dengan nama-Nya tidak ada sesuatu pun yang membahayakan di bumi dan tidak juga di langit, dan Dialah Yang Maha Mendegar lagi Maha Mengetahui) sebanyak tiga kali, maka tidak akan ada apa pun yang membahayakannya." (HR. Abu Daud, no. 5088; Tirmidzi, no. 3388; Ibnu Majah, no. 3388).


Dalam akhir hadits di atas disebutkan bahwa Aban bin 'Utsman menderita lumpuh sebagian. Lantas ada seseorang yang mendengar hadits dari Aban lalu memperhatikan dirinya. Aban berkata,


مَا لَكَ تَنْظُرُ إِلَيَّ ؟ فَوَاللَّهِ مَا كَذَبْتُ عَلَى عُثْمَانَ وَلاَ كَذَبَ عُثْمَانُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ ولَكِنَّ اليَوْمَ الَّذِي أَصَابَني فِيْهِ مَا أَصَابَنِي غَضِبْتُ فنَسِيْتُ أَنْ أَقُوْلَهَا


“Demi Allah, kenapa engkau terus memperhatikan aku seperti itu? Aku tidaklah mendustakan hadits dari 'Utsman. 'Utsman pun tidak mungkin berdusta atas nama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Akan tetapi, hari ini terjadi apa yang sudah terjadi. Aku sedang marah, lantas aku lupa membaca dzikir di atas." (HR. Abu Daud, no. 5088; Tirmidzi, no. 3388)


KELIMABELAS: Baca surah Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Naas


Ada yang dibaca setiap pagi dan petang seperti hadits berikut ini.


Dari Mu'adz bin Abdullah bin Khubaib, dari bapaknya ia berkata,


خَرَجْنَا فِى لَيْلَةِ مَطَرٍ وَظُلْمَةٍ شَدِيدَةٍ نَطْلُبُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لِيُصَلِّىَ لَنَا فَأَدْرَكْنَاهُ فَقَالَ « أَصَلَّيْتُمْ ». فَلَمْ أَقُلْ شَيْئًا فَقَالَ « قُلْ ». فَلَمْ أَقُلْ شَيْئًا ثُمَّ قَالَ « قُلْ ». فَلَمْ أَقُلْ شَيْئًا ثُمَّ قَالَ « قُلْ ». فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَقُولُ قَالَ « (قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ) وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ حِينَ تُمْسِى وَحِينَ تُصْبِحُ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ تَكْفِيكَ مِنْ كُلِّ شَىْءٍ »


"Pada malam hujan lagi gelap gulita kami keluar mencari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam untuk shalat bersama kami, lalu kami menemukannya. Beliau bersabda, "Apakah kalian telah shalat?" Akan tetapi, sedikit pun aku tidak berkata-kata. Beliau bersabda, "Katakanlah." Akan tetapi, sedikit pun aku tidak berkata-kata. Beliau bersabda, "Katakanlah." Akan tetapi, sedikit pun aku tidak berkata-kata. Kemudian beliau bersabda, "Katakanlah." Hingga aku berkata, "Wahai Rasulullah, apa yang harus aku katakan?” Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Katakanlah (bacalah surah) QUL HUWALLAHU AHAD (surah Al-Ikhlas) dan  al-mu'awwidzatain (surah Al-Falaq dan An-Naas) ketika sore dan pagi sebanyak tiga kali, maka dengan ayat-ayat ini akan mencukupkanmu (menjagamu) dari segala keburukan." (HR. Abu Daud, no. 5082 dan An-Nasai, no. 5428).


Tiga surah ini juga bisa dibaca bebas pada waktu kapan pun.


Dari 'Uqbah bin 'Amir Al-Juhani, ia berkata,


بَيْنَا أَنَا أَقُودُ بِرَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- رَاحِلَتَهُ فِى غَزْوَةٍ إِذْ قَالَ « يَا عُقْبَةُ قُلْ ». فَاسْتَمَعْتُ ثُمَّ قَالَ « يَا عُقْبَةُ قُلْ ». فَاسْتَمَعْتُ فَقَالَهَا الثَّالِثَةَ فَقُلْتُ مَا أَقُولُ فَقَالَ « (قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ) ». فَقَرَأَ السُّورَةَ حَتَّى خَتَمَهَا ثُمَّ قَرَأَ (قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ) وَقَرَأْتُ مَعَهُ حَتَّى خَتَمَهَا ثُمَّ قَرَأَ (قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ) فَقَرَأْتُ مَعَهُ حَتَّى خَتَمَهَا ثُمَّ قَالَ « مَا تَعَوَّذَ بِمِثْلِهِنَّ أَحَدٌ ».


“Di antara kami, aku menuntun Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dengan untanya pada suatu peperangan. Beliau berkata, 'Wahai 'Uqbah, ucapkanlah.' Aku pun mendengarkannya, kemudian beliau berkata, 'Wahai 'Uqbah, ucapkanlah.' Aku pun mendengarkannya, kemudian beliau berkata yang ketiga kalinya. Aku pun bertanya, 'Apa yang mesti aku ucapkan?' Beliau membaca, :QUL HUWALLAHU AHAD'. Lantas beliau membaca surah Al-Ikhlas hingga mengkhatamkannya. Kemudian beliau membaca, ‘       QUL A'UDZU BIROBBIL FALAQ'. Aku lantas membaca bersama beliau hingga mengkhatamkannya. Kemudian beliau membaca, 'QUL A'UDZU BIROBBIN NAAS'. Aku lantas membaca bersama beliau hingga mengkhatamkannya. Terakhir, beliau berkata, 'Tidak ada seorang pun yang berlindung (dari segala keburukan) seperti orang orang yang berlindung dengan tiga surah tersebut.'" (HR. An-Nasai, no. 5432; Ath-Thabrani, 17:346, An-Nasai dalam Sunan Al-Kubra, 7846)


KEENAMBELAS; Lakukan Shalat Dhuha Empat Rakaat

Dari Nu'aim bin Hammar Al-Ghothofaniy radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


قَالَ رَبُّكُمْ تَبَارَكَ وَتَعَالَى ابْنَ آدَمَ صَلِّ لِى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ أَوَّلَ النَّهَارِ أَكْفِكَ آخِرَهُ


“Allah Tabaraka wa Ta'ala berfirman: Wahai anak Adam, shalatlah untuk-Ku sebanyak empat rakaat pada awal siang, maka itu akan mencukupimu di akhir siang." (HR. Ahmad, 5:286; Abu Daud, no. 1289; Tirmidzi, no. 475; Ad-Darimi, no. 1451).

Al-'Azhim Abadi mengatakan, "Hadits ini bisa mengandung pengertian bahwa shalat Dhuha akan menyelamatkan pelakunya dari berbagai hal yang membahayakan. Pengertian lainnya, shalat Dhuha dapat menjaga dirinya dari terjerumus dalam dosa atau ia pun akan dimaafkan jika terjerumus di dalamnya. Maknanya pun bisa lebih luas dari yang disebutkan di sini.” 

At-Thibiy berkata, "Engkau akan diberi kecukupan dalam kesibukan dan urusanmu, serta akan dihilangkan dari hal-hal yang tidak disukai setelah engkau shalat hingga akhir siang. Maksud hadits adalah selesaikanlah urusanmu dengan beribadah pada Allah di awal siang (di waktu Dhuha), maka Allah akan mudahkan urusanmu di akhir siang."


KETUJUHBELAS: Meminta Perlindungan Untuk Anak Kecil


Istri 'Imran ketika melahirkan Maryam, ia berkata sebagaimana disebutkan dalam ayat,


وَإِنِّي أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ


"Dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada setan yang terkutuk." (QS. Ali Imran: 36)


Dari Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma, ia berkata, "Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam meminta perlindungan untuk Al-Hasan dan Al-Husain dengan berkata, 'Sesungguhnya bapak (nenek moyang) kalian berdua biasa meminta perlindungan pada Ismail dan Ishak dengan bacaan:


أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ ، وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لاَمَّةٍ


“A'UDZU BI KALIMAATILLAHIT TAAMMATI MIN KULLI SYAITHONIN WA HAAMMATIN, WA MIN KULLI 'AININ LAAMMATIN' (Artinya: Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang telah sempurna dari godaan setan, binatang beracun dan dari pengaruh 'ain yang buruk)." (HR. Bukhari, no. 3371)


Dari Jabir bin 'Abdillah radhiyallahu 'anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


إِذَا كَانَ جُنْحُ اللَّيْلِ – أَوْ أَمْسَيْتُمْ – فَكُفُّوا صِبْيَانَكُمْ ، فَإِنَّ الشَّيَاطِينَ تَنْتَشِرُ حِينَئِذٍ ، فَإِذَا ذَهَبَ سَاعَةٌ مِنَ اللَّيْلِ فَحُلُّوهُمْ ، وَأَغْلِقُوا الأَبْوَابَ ، وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لاَ يَفْتَحُ بَابًا مُغْلَقًا


“Apabila datang gelap malam (sore hari), maka halangilah anak-anakmu dari keluar rumah karena setan ketika itu berkeliaran. Jika telah berlalu sesaat dari waktu malam (waktu Isya), maka lepaskanlah mereka lagi. Hendaklah kalian menutup pintu dan berdzikir kepada Allah karena sesungguhnya setan tidak dapat membuka pintu yang tertutup." (HR. Bukhari, no. 3304 dan Muslim, no. 2012)


KEDELAPANBELAS: Menjauh Dari Tempat Tempat Yang Syubhat


Dari Ummul Mukminin Shafiyyah binti Huyay bin Akh-thab radhiyallahu 'anha, ia berkata,


كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – مُعْتَكِفًا ، فَأَتَيْتُهُ أَزُورُهُ لَيْلاً فَحَدَّثْتُهُ ثُمَّ قُمْتُ ، فَانْقَلَبْتُ فَقَامَ مَعِى لِيَقْلِبَنِى . وَكَانَ مَسْكَنُهَا فِى دَارِ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ ، فَمَرَّ رَجُلاَنِ مِنَ الأَنْصَارِ ، فَلَمَّا رَأَيَا النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – أَسْرَعَا ، فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « عَلَى رِسْلِكُمَا إِنَّهَا صَفِيَّةُ بِنْتُ حُيَىٍّ » . فَقَالاَ سُبْحَانَ اللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ . قَالَ « إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِى مِنَ الإِنْسَانِ مَجْرَى الدَّمِ ، وَإِنِّى خَشِيتُ أَنْ يَقْذِفَ فِى قُلُوبِكُمَا سُوءًا – أَوْ قَالَ – شَيْئًا »


"Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah beriktikaf di masjid, lantas aku mengunjungi beliau pada malam hari lalu berbincang-bincang dengan beliau, lalu aku berdiri. Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengantarkanku pulang ke rumah.” Rumah Shafiyyah Ketika itu di rumah Usamah bin Yazid. Ketika mengantarkan pulang, lewatlah dua orang Anshar di jalan. Dua orang Anshar itu memandang Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam (dengan penuh curiga), kemudian mereka bergegas melewati Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pun berkata, "Tak perlu curiga seperti itu, ini adalah istriku Shafiyyah binti Huyay." Mereka berdua pun mengatakan, "Subhanallah, wahai Rasulullah." Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pun bersabda, "Sesungguhnya setan mengalir dalam diri manusia melalui pembuluh darahnya. Aku benar-benar khawatir ada sesuatu prasangka jelek yang ada dalam diri kalian berdua." (HR. Bukhari, no. 2038 dan Muslim, no. 2175)

Hadits ini berisi perintah untuk menjaga diri dari tempat yang mengundang kecurigaan orang lain. Sebagian ulama mengatakan bahwa kedua orang Anshar ini bisa saja kafir karena tuduhan mereka. Akan tetapi, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ingin mengajarkan umatnya. Intinya, para ulama dan yang menjadi pengikut mereka tidak boleh melakukan sesuatu yang mengundang prasangka jelek pada mereka. Walaupun di situ bisa ada jalan keluar dengan memberikan penjelasan (membantah tuduhan tadi). Akan tetapi, kecurigaan seperti ini akan membuat keengganan mengambil ilmu dari mereka.

Hadits ini juga menunjukkan begitu bahayanya serangan setan pada jiwa. Walaupun prasangka itu sulit dicegah sehingga seseorang tidak dihukum karenanya.


KEDUAPULUH: Jangan mendo'akan Kehinaan Buat Orang Yang Terjerumus Dalam Maksiat

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda mengenai orang yang minum khamar, beliau perintahkan pada para sahabat untuk memukulnya.

Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata bahwa di antara para sahabat ada yang memukul dengan tangannya, ada yang memukul dengan sandalnya, ada yang memukul dengan pakaiannya. Ketika telah selesai, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


لاَ تَقُولُوا هَكَذَا لاَ تُعِينُوا عَلَيْهِ الشَّيْطَانَ


“Janganlah mengatakan demikian. Janganlah engkau menjadi penolong setan untuk mencelakakannya.” (HR. Bukhari, no. 6777)

Dalam riwayat Ahmad, lafaznya adalah,


لاَ تَقُولُوا هَكَذَا لاَ تُعِينُوا عَلَيْهِ الشَّيْطَانَ وَلَكِنْ قُولُوا رَحِمَكَ اللَّهُ


“Janganlah mengatakan demikian. Janganlah kalian menjadi penolong setan untuk mencelakakan saudara kalian. Hendaklah kalian mengucapkan: 'Semoga Allah merahmatimu'." (HR. Ahmad, 2:299)

Pelajaran yang sama agar kita tidak menghinakan ahli maksiat dapat diambil dari kisah 'Umar bin Khattab berikut ini.

Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Hatim, diceritakan dari ayahku (Abu Hatim), diceritakan oleh Musa bin Marwan Ar-Riqqi, 'Umar Ibnu Ayyub menceritakan kepada kami, diceritakan kepada kami dari Ja'far bin Barqan, dari Yazid bin Al-Asham, ia berkata,

“Dahulu ada seorang dari Syam yang kuat. Awalnya ia jadi utusan 'Umar bin Al-Khaththab lantas ia menghilang dari Umar. Kemudian Umar bertanya, "Apa yang dilakukan Fulan bin Fulan?”

Orang-orang mengatakan, "Ia sekarang jadi pecandu minuman keras.”

Lantas Umar memanggil sekretarisnya, lalu memerintahkan, "Tulislah." Umar mendiktekan,


مِنْ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ إِلَى فُلاَنٍ ابْنِ فُلاَنٍ، سَلاَمٌ عَلَيْكَ، [أَمَّا بَعْدُ] : فَإِنِّي أَحْمَدُ إِلَيْكَ اللهَ الَّذِي لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ، غَافِرُ الذَّنْبِ وَقَابِلُ التَّوْبِ، شَدِيْدُ العِقَابِ، ذِيْ الطَّوْلِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ إِلَيْهِ المَصِيْرُ


“Dari Umar bin Al-Khaththab kepada Fulan bin Fulan. Semoga keselamatan untukmu. Amma ba'du. Sungguh untukmu aku menyanjung Allah yang tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Dia, Allah itu Maha mengampuni dosa dan menerima taubat lagi keras hukuman-Nya, Allah Yang mempunyai karunia, tiada sesembahan (yang berhak disembah) selain Dia. Hanya kepada-Nya-lah kembali (semua makhluk).”

Kemudian 'Umar berkata pada sahabatnya,


اُدْعُوْا اللهَ لِأَخِيْكُمْ أَنْ يُقْبِلَ بِقَلْبِهِ، وَأَنْ يَتُوْبَ اللهَ


“Berdoalah kepada Allah untuk saudara kalian agar ia bisa menerima hidayah dengan hatinya, lalu semoga ia bisa bertaubat kepada Allah.”

Ketika surat Umar sampai di tangannya, ia membaca surat tersebut dan ia terus mengulanginya. Ia membaca,


غَافِرِ الذَّنْبِ وَقَابِلِ التَّوْبِ شَدِيدِ الْعِقَابِ


“Allah Yang Maha mengampuni dosa dan Menerima taubat lagi keras hukuman-Nya”, berarti Allah telah mengingatkanku akan hukuman-Nya dan telah memberikan janji padaku jika mau memohon ampun kepada-Nya.”

Dikeluarkan pula oleh Al-Hafizh Abu Nu'aim dari hadits Ja'far bin Barqan, ada tambahan,


فَلَمْ يَزَلْ يُرَدِّدُهَا عَلَى نَفْسِهِ، ثُمَّ بَكَى ثُمَّ نَزَعَ فَأَحْسَنَ النَّزْعِ


“Dirinya terus mengulangi bacaan ayat tadi, kemudian ia menangis, kemudian ia sekarat dengan akhir yang baik.”

Lalu berita meninggalnya orang tersebut sampai kepada 'Umar radhiyallahu 'anhu, ia pun berkata,


هَكَذَا فَاصْنَعُوْا، إِذَا رَأَيْتُمْ أَخَاكُمْ زَلَّ زَلَّةً فَسَدِّدُوْهُ وَوَفِّقُوْهُ، وَادْعُوا اللهَ لَهُ أَنْ يَتُوْبَ عَلَيْهِ، وَلاَ تَكُوْنُوْا أَعْوَانًا لِلشَّيْطَانِ عَلَيْهِ


“Demikianlah yang harus dilakukan. Jika kalian melihat saudara kalian tergelincir pada suatu kesalahan, maka tunjukkanlah ia ke jalan yang benar, dan ajak ia pada kebaikan, berdoalah kepada Allah untuknya agar ia bertaubat kepada-Nya. Dan janganlah jadi kroni (kawan dekatnya) setan untuk menyesatkannya.”

(Dikeluarkan oleh Abu Nu'aim dalam tarjamah Yazid Al-Asham dengan sanad dan matannya, yaitu dalam Hilyah Al-Auliya', 4:97-98. Ibnu Katsir menyebutkan pula dari jalur Abu Nu'aim dengannya kemudian menyatakan bahwa sanadnya jayyid, dan di dalamnya ada inqitha' —terputus–, Musnad Al-Faruq, 2:517. Lihat catatan kaki Tafsir Al-Qur'an Al-'Azhim karya Ibnu Katsir, penerbit Ibnul Jauzi, tahqiq: Prof. Dr. Hikmat bin Baysir bin Yasin, 6:481)


KEDUAPULUHSATU; Jangan Berkata Seandainya


Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


الْمُؤْمِنُ الْقَوِىُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِى كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَىْءٌ فَلاَ تَقُلْ لَوْ أَنِّى فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا. وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ


“Mukmin yang kuat (yang semangat menggapai akhirat) lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah dibanding dengan mukmin yang lemah imannya. Namun, setiap mereka yang beriman itu baik. Bersemangatlah dalam hal yang bermanfaat untukmu, minta tolonglah kepada Allah, dan janganlah malas (dalam melakukan ketaatan maupun dalam meminta tolong kepada Allah). Jika ada sesuatu yang menimpamu, janganlah mengatakan 'andai terjadi seperti ini dan seperti itu'. Akan tetapi, ucapkanlah 'ini semua sudah menjadi takdir Allah dan apa yang Allah kehendaki pasti terjadi'. Karena ucapan law (seandainya) hanya akan membuka pintu setan (untuk menentang takdir)." (HR. Muslim, no. 2664. Lihat penjelasan Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim).


KEDUAPULUHDUA: Meminta Perlindungan Kepada ALLAH Ketika Datang WasWas Setan Yang Ingin Mengingkari Adanya ALLAH


Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


يَأْتِى الشَّيْطَانُ أَحَدَكُمْ فَيَقُولُ مَنْ خَلَقَ كَذَا مَنْ خَلَقَ كَذَا حَتَّى يَقُولَ مَنْ خَلَقَ رَبَّكَ فَإِذَا بَلَغَهُ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ ، وَلْيَنْتَهِ


“Setan datang pada salah seorang di antara kalian, lalu ia berkata, 'Siapa yang menciptakan ini, siapa yang menciptakan itu.' Setan pun akhirnya mengatakan, 'Siapa yang menciptakan Rabbmu.' Jika sampai seperti itu, minta perlindunganlah kepada Allah dan berhentilah (dari bertanya seperti itu)." (HR. Bukhari, no. 3276 dan Muslim, no. 134)


Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


لاَ يَزَالُ النَّاسُ يَتَسَاءَلُونَ حَتَّى يُقَالَ هَذَا خَلَقَ اللَّهُ الْخَلْقَ فَمَنْ خَلَقَ اللَّهَ فَمَنْ وَجَدَ مِنْ ذَلِكَ شَيْئًا فَلْيَقُلْ آمَنْتُ بِاللَّهِ


"Manusia akan terus bertanya-tanya, sampai muncul pertanyaan, 'Allah menciptakan makhluk ini, lantas siapakah yang menciptakan Allah.' Siapa yang mendapati dari yang demikian itu, maka ucapkanlah, 'Aku beriman kepada Allah.'" (HR. Muslim, no. 134)


KEDUAPULUHTIGA: Meminta Perlindungan ALLAH Untuk Meredam Marah


Allah Ta'ala berfirman,


وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ ۚ إِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ


"Dan jika setan datang menggodamu, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar Maha Mengetahui." (QS. Al-A'raf: 200)


Sulaiman bin Shurad radhiyallahu 'anhu berkata,


كُنْتُ جَالِسًا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرَجُلاَنِ يَسْتَبَّانِ، فَأَحَدُهُمَا احْمَرَّ وَجْهُهُ، وَانْتَفَخَتْ أَوْدَاجُهُ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” إِنِّي لَأَعْلَمُ كَلِمَةً لَوْ قَالَهَا ذَهَبَ عَنْهُ مَا يَجِدُ، لَوْ قَالَ: أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ، ذَهَبَ عَنْهُ مَا يَجِدُ


"Pada suatu hari aku duduk bersama-sama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sedangkan dua orang lelaki saling mengeluarkan kata-kata kotor satu dan lainnya. Salah seorang daripadanya telah merah mukanya dan tegang pula urat lehernya. Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya aku tahu satu perkataan sekiranya dibaca tentu hilang rasa marahnya jika sekiranya ia mau membaca, 'A'udzubillahi minas-syaitani' (Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan), niscaya hilang kemarahan yang dialaminya." (HR. Bukhari, no. 3282)


Juga ada hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


إِذَا غَضِبَ الرَّجُلُ فَقَالَ أَعُوْذُ بِاللهِ ، سَكَنَ غَضْبُهُ


“Jika seseorang dalam keadaan marah, lantas ia ucapkan, 'A'udzu billah (Aku meminta perlindungan kepada Allah)', maka redamlah marahnya." (HR. As-Sahmi dalam Tarikh Jarjan, 252)


KEDUAPULUHEMPAT: Minta Perlindungan ALLAH Jetika Mendengar Suara Anjing Menggonggong atau Suara Keledai


Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


إِذَا سَمِعْتُمْ صِيَاحَ الدِّيَكَةِ فَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ ، فَإِنَّهَا رَأَتْ مَلَكًا ، وَإِذَا سَمِعْتُمْ نَهِيقَ الْحِمَارِ فَتَعَوَّذُوا بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ ، فَإِنَّهُ رَأَى شَيْطَانًا


“Jika kalian mendengar suara ayam jantan berkokok, mintalah karunia kepada Allah karena ayam jantan tersebut melihat malaikat. Jika kalian mendengar suara keledai, mintalah perlindungan kepada Allah dari setan karena keledai tersebut melihat setan." (HR. Bukhari, no. 3303 dan Muslim, no. 2729)


Dari Jabir bin 'Abdullah radhiyallahu 'anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


إِذَا سَمِعْتُمْ نُبَاحَ الْكِلاَبِ وَنَهِيقَ الْحُمُرِ بِاللَّيْلِ فَتَعَوَّذُوا بِاللَّهِ فَإِنَّهُنَّ يَرَيْنَ مَا لاَ تَرَوْنَ


“Jika kalian mendengar suara gonggongan anjing dan suara keledai pada malam hari, maka mintalah perlindungan kepada Allah karena anjing dan keledai tersebut melihat apa yang tidak kalian lihat." (HR. Abu Daud, no. 5103)


KEDUAPULUHLIMA: Baca Surah Al-Baqarah


Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


لاَ تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ مَقَابِرَ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ مِنَ الْبَيْتِ الَّذِى تُقْرَأُ فِيهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ


“Janganlah menjadikan rumah kalian seperti kuburan karena setan itu lari dari rumah yang di dalamnya dibacakan surah Al-Baqarah." (HR. Muslim, no. 780)


KEDUAPULUHENAM: Menyebut Nama ALLAH Saat Masuk Rumah atau Mau Makan


Dari Jabir bin 'Abdillah radhiyallahu 'anhu, ia pernah mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


إِذَا دَخَلَ الرَّجُلُ بَيْتَهُ فَذَكَرَ اللَّهَ عِنْدَ دُخُولِهِ وَعِنْدَ طَعَامِهِ قَالَ الشَّيْطَانُ لاَ مَبِيتَ لَكُمْ وَلاَ عَشَاءَ. وَإِذَا دَخَلَ فَلَمْ يَذْكُرِ اللَّهَ عِنْدَ دُخُولِهِ قَالَ الشَّيْطَانُ أَدْرَكْتُمُ الْمَبِيتَ. وَإِذَا لَمْ يَذْكُرِ اللَّهَ عِنْدَ طَعَامِهِ قَالَ أَدْرَكْتُمُ الْمَبِيتَ وَالْعَشَاءَ


“Jika seseorang memasuki rumahnya lantas ia menyebut nama Allah saat memasukinya, begitu pula saat ia makan, maka setan pun berkata (pada teman-temannya), 'Kalian tidak ada tempat untuk bermalam dan tidak ada jatah makan.' Ketika ia memasuki rumahnya tanpa menyebut nama Allah, setan pun mengatakan (pada teman-temannya), 'Saat ini kalian mendapatkan tempat untuk bermalam.' Ketika ia lupa menyebut nama Allah saat makan, maka setan pun berkata, 'Kalian mendapat tempat bermalam dan jatah makan malam.'" (HR. Muslim, no. 2018).


Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin rahimahullah berkata, "Jika seseorang menyebut nama Allah ketika memasuki rumah, tetapi tidak menyebutnya saat makan, maka setan akan berserikat dengannya saat makan. Jika seseorang menyebut nama Allah ketika makan, tetapi tidak saat memasuki rumahnya, maka setan akan berserikat dengannya di tempat bermalamnya. Sedangkan jika saat masuk rumah dan saat makan malam, ia menyebut nama Allah, maka setan akan menjauhi tempat bermalam dan jatah makannya. Wallahul muwaffiq.”


Dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,


كُنَّا إِذَا حَضَرْنَا مَعَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- طَعَامًا لَمْ نَضَعْ أَيْدِيَنَا حَتَّى يَبْدَأَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَيَضَعَ يَدَهُ وَإِنَّا حَضَرْنَا مَعَهُ مَرَّةً طَعَامًا فَجَاءَتْ جَارِيَةٌ كَأَنَّهَا تُدْفَعُ فَذَهَبَتْ لِتَضَعَ يَدَهَا فِى الطَّعَامِ فَأَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بِيَدِهَا ثُمَّ جَاءَ أَعْرَابِىٌّ كَأَنَّمَا يُدْفَعُ فَأَخَذَ بِيَدِهِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنَّ الشَّيْطَانَ يَسْتَحِلُّ الطَّعَامَ أَنْ لاَ يُذْكَرَ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ وَإِنَّهُ جَاءَ بِهَذِهِ الْجَارِيَةِ لِيَسْتَحِلَّ بِهَا فَأَخَذْتُ بِيَدِهَا فَجَاءَ بِهَذَا الأَعْرَابِىِّ لِيَسْتَحِلَّ بِهِ فَأَخَذْتُ بِيَدِهِ وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ إِنَّ يَدَهُ فِى يَدِى مَعَ يَدِهَا ».


"Jika kami bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menghadiri jamuan makanan, maka tidak ada seorang pun di antara kami yang meletakkan tangannya hingga Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memulainya. Kami pernah bersama beliau menghadiri jamuan makan, lalu seorang budak wanita datang yang seolah-oleh ia terdorong, lalu ia meletakkan tangannya pada makanan, tetapi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memegang tangannya. Kemudian seorang arab badui datang sepertinya ia terdorong hendak meletakkan tangannya pada makanan, tetapi beliau memegang tangannya dan beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sungguh, setan menghalalkan makanan yang tidak disebutkan nama Allah padanya. Setan datang bersama budak wanita tadi, dengannya setan ingin menghalalkan makanan tersebut, maka aku pegang tangannya. Setan tersebut juga datang bersama arab badui ini, dengannya ia ingin menghalalkan makanan tersebut, maka aku pegang tangannya. Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, sesungguhnya tangan setan tersebut ada di tanganku bersama tangan mereka berdua." (HR. Muslim, no. 2017)


KEDUAPULUHTUJUH: Membaca Dzikir Ketika Mampir di Suatu Tempat


Dari Khaulah binti Hakim As-Sulamiyyah radhiyallahu 'anha, ia berkata, ia mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


إِذَا نَزَلَ أَحَدُكُمْ مَنْزِلاً فَلْيَقُلْ أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ. فَإِنَّهُ لاَ يَضُرُّهُ شَىْءٌ حَتَّى يَرْتَحِلَ مِنْهُ


“Jika salah seorang di antara kalian mampir pada suatu tempat, ucapkanlah 'A'UDZU BI KALIMAATILLAHIT TAAMMAATI MIN SYARRI MAA KHOLAQ (artinya: aku meminta perlindungan kepada Allah dengan kalimat-Nya yang sempurna dari kejahatan segala makhluk).' Bacaan tersebut akan membuat yang membacanya tidak mendapatkan mudarat sedikit pun juga sampai ia berpindah dari tempat tersebut." (HR. Muslim, no. 2708)


KEDUAPULUHDELAPAN: Berdzikir Ketika Kendaraan Tergelincir


Dari Abul Malih dari seseorang, dia berkata, "Aku pernah diboncengi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu tunggangan yang kami naiki tergelincir. Kemudian aku pun mengatakan, "Celakalah setan". Namun, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menyanggah ucapanku tadi, beliau berkata,


لاَ تَقُلْ تَعِسَ الشَّيْطَانُ فَإِنَّكَ إِذَا قُلْتَ ذَلِكَ تَعَاظَمَ حَتَّى يَكُونَ مِثْلَ الْبَيْتِ وَيَقُولَ بِقُوَّتِى وَلَكِنْ قُلْ بِسْمِ اللَّهِ فَإِنَّكَ إِذَا قُلْتَ ذَلِكَ تَصَاغَرَ حَتَّى يَكُونَ مِثْلَ الذُّبَابِ


“Janganlah engkau ucapkan 'celakalah setan, karena jika engkau mengucapkan demikian, setan akan semakin besar seperti rumah. Lalu setan pun dengan sombongnya mengatakan, 'Itu semua terjadi karena kekuatanku'. Akan tetapi, yang tepat ucapkanlah "Bismillah". Jika engkau mengatakan seperti ini, setan akan semakin kecil sampai-sampai dia akan seperti lalat." (HR. Abu Daud, no. 4982)


KEDUAPULUHSEMBILAN: Menahan Mulut Ketika Menguap


Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


إَنَّ اللهَ يُحِبُّ العُطَاسَ ، وَيَكْرَهُ التَّثَاؤُبَ ، فَإذَا عَطَسَ أَحَدُكُمْ وَحَمِدَ اللهَ تَعَالَى كَانَ حَقّاً عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ سَمِعَهُ أَنْ يَقُولَ لَهُ : يَرْحَمُكَ اللهُ ، وَأَمَّا التَّثَاؤُبُ فَإنَّمَا هُوَ مِنَ الشَّيْطَانِ ، فَإذَا تَثَاءَبَ أحَدُكُمْ فَلْيَرُدَّهُ مَا اسْتَطَاعَ ، فَإنَّ أحَدَكُمْ إِذَا تَثَاءَبَ ضَحِكَ مِنْهُ الشَّيْطَانُ


“Sesungguhnya Allah menyukai bersin dan membenci menguap. Maka, apabila salah seorang di antara kalian bersin dan memuji Allah, maka wajib bagi setiap orang muslim yang mendengarnya untuk mengucapkan, 'YARHAMUKALLAH (artinya: semoga Allah merahmatimu)'.”


Adapun menguap, maka itu adalah dari setan. Apabila salah seorang di antara kalian menguap, hendaklah ia menahannya semampu mungkin. Karena, jika salah seorang di antara kalian menguap maka setan tertawa karenanya." (HR. Bukhari, no. 6223)


Dari Abu Sa'id Al-Khudri radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


إِذَا تَثَاوَبَ أَحَدُكُمْ فِى الصَّلاَةِ فَلْيَكْظِمْ مَا اسْتَطَاعَ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَدْخُلُ


“Jika salah seorang di antara kalian menguap dalam shalat, hendaklah ia tahan semampunya karena setan ketika itu sedang masuk." (HR. Muslim, no. 2995)


Dalam riwayat lainnya disebutkan,


فَلْيُمْسِكْ بِيَدِهِ


"Hendaklah ia tahan dengan tangannya." (HR. Muslim, no. 2995)


KETIGAPULUH: Tak Berkhalwat Dengan Yang Bukan Muhrim


Dari 'Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu :anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


لاَ يَخْلُوَنَّ أَحَدُكُمْ بِامْرَأَةٍ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ ثَالِثُهُمَا


“Salah seorang di antara kalian tidaklah boleh berkhalwat (berdua-duaan) dengan seorang wanita karena yang ketiga adalah setan." (HR. Ahmad, 1:18)


KETIGAPULUHSATU: Berdoa Ketika ahubungan Intim


Dari Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَأْتِىَ أَهْلَهُ فَقَالَ بِاسْمِ اللَّهِ ، اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ ، وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا . فَإِنَّهُ إِنْ يُقَدَّرْ بَيْنَهُمَا وَلَدٌ فِى ذَلِكَ لَمْ يَضُرُّهُ شَيْطَانٌ أَبَدًا


“Jika salah seorang dari kalian (yaitu suami) ingin berhubungan intim dengan istrinya, lalu ia membaca doa:


BISMILLAH ALLAHUMMA JANNIBNAASY SYAITHOONA WA JANNIBISY SYAITHOONA MAA ROZAQTANAA.


Artinya: 'Dengan (menyebut) nama Allah, ya Allah jauhkanlah kami dari (gangguan) setan dan jauhkanlah setan dari rezeki yang Engkau anugerahkan kepada kami", kemudian jika Allah menakdirkan (lahirnya) anak dari hubungan intim tersebut, maka setan tidak akan bisa mencelakakan anak tersebut selamanya.'" (HR. Bukhari, no. 6388; Muslim, no. 1434)


Termasuk dalam "maa rozaqtanaa" adalah rezeki berhubungan intim dan anak yang dihasilkan.


KETIGAPULUHDUA: Baca Dua Ayat Terakhir Surah Al-Baqarah


Dua ayat terakhir dari surah Al-Baqarah adalah,


آَمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آَمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ (285) لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ (286)


“Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Rabbnya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat." (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Rabb kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.”


Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): "Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Rabb kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Rabb kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir." (QS. Al-Baqarah: 285-286)


Disebutkan dalam hadits dari Abu Mas'ud Al-Badri radhiyallahu 'anhu bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


مَنْ قَرَأَ بِالآيَتَيْنِ مِنْ آخِرِ سُورَةِ الْبَقَرَةِ فِى لَيْلَةٍ كَفَتَاهُ


“Siapa yang membaca dua ayat terakhir dari surah Al-Baqarah pada malam hari, maka ia akan diberi kecukupan." (HR. Bukhari, no. 5009 dan Muslim, no. 808)


Dari An-Nu'man bin Basyir radhiyallahu 'anhuma, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


إِنَّ اللهَ تَبَارَكَ وَ تَعَالَى كَتَبَ كِتَابًا قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَ الأَرْضَ بِأَلْفَي عَامٍ وَ أَنْزَلَ مِنْهُ آيَتَيْنِ خَتَمَ بِهِمَا سُوْرَةَ البَقَرَةِ وَ لاَ تُقْرَآنِ فِي دَارٍ فَيَقْرُبُهَا شَيْطَانٌ ثَلاَثَ لَيَالٍ


“Sesungguhnya Allah Tabaraka wa Ta'ala menulis catatan takdir 2.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi. Allah menurunkan dua ayat terakhir dari surah Al-Baqarah. Dua ayat tersebut bila dibaca akan membuat setan tidak bisa mendekat selama tiga malam." (HR. Al-Hakim dalam mustadraknya, 1:562)


KETIGAPULUHTIGA: Baca Surah Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Naas, dan Ayat Kursi Ketika Hendak Tidur


Dari Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata,


أَنَّ رَسُولَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، كَانَ إِذَا أخَذَ مَضْجَعَهُ نَفَثَ في يَدَيْهِ ، وَقَرَأَ بالمُعَوِّذَاتِ ، ومَسَحَ بِهِمَا جَسَدَهُ


Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam apabila akan tidur, beliau meniup di kedua tangannya, membaca surah mu'awwidzaat (surah Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Naas) lalu mengusapkan kedua tangannya pada tubuhnya. (Muttafaqun 'alaih)


Dalam riwayat lain oleh Bukhari dan Muslim disebutkan,


أَنَّ النَّبِيَّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – كَانَ إذا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ كُلَّ لَيْلَةٍ جَمَعَ كَفَّيْهِ ، ثُمَّ نَفَثَ فِيهِمَا فَقَرأَ فِيْهِمَا : (( قُلْ هُوَ اللهُ أحَدٌ ، وَقَلْ أعُوذُ بِرَبِّ الفَلَقِ ، وَقُلْ أعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ )) ثُمَّ مَسَحَ بِهِمَا مَا اسْتَطَاعَ مِنْ جَسَدِهِ ، يَبْدَأُ بِهِمَا عَلَى رَأْسِهِ وَوجْهِهِ ، وَمَا أَقْبَلَ مِنْ جَسَدِهِ ، يَفْعَلُ ذَلِكَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ


Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam apabila menghampiri tempat tidurnya, beliau menyatukan kedua telapak tangannya kemudian meniupnya, lalu membacakan pada kedua tangannya tadi, "QUL HUWALLAHU AHAD, QUL A'UDZU BIROBBIL FALAQ, QUL A'UDZU BIROBBIN NAAS." Kemudian beliau mengusapkan kedua telapak tangannya ke seluruh tubuhnya yang dapat ia jangkau. Beliau mulai dari kepala, wajah, dan bagian depan tubuhnya. Beliau melakukan itu tiga kali. (Muttafaqun 'alaih. HR. Bukhari, no. 6320 dan Muslim, no. 2714)


Dalam kitab Riyadh Ash-Shalihin (hadits, no. 1461), ahli bahasa mengatakan bahwa an-naftsu adalah meniup dengan pelan tanpa disertai air liur/ ludah.


Adapun keutamaan membaca ayat kursi sebelum tidur disebutkan dalam hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu yang mengadukan pada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tentang seseorang yang mengajarkan padanya ayat kursi.


Abu Hurairah mengatakan, "Wahai Rasulullah, ia mengaku bahwa ia mengajarkan suatu kalimat yang Allah beri manfaat padaku jika membacanya. Sehingga aku pun melepaskan dirinya." Nabi shallallahu 'alaihi wa sallambertanya, "Apa kalimat tersebut?" Abu Hurairah menjawab,


قَالَ لِى إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِىِّ مِنْ أَوَّلِهَا حَتَّى تَخْتِمَ ( اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ )


وَقَالَ لِى لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللَّهِ حَافِظٌ وَلاَ يَقْرَبَكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ


"Ia mengatakan padaku, jika aku hendak pergi tidur di ranjang, hendaklah membaca ayat kursi hingga selesai yaitu bacaan 'ALLAHU LAA ILAHA ILLA HUWAL HAYYUL QOYYUM'. Lalu ia mengatakan padaku, Allah akan senantiasa menjagamu dan setan pun tidak akan mendekatimu hingga pagi hari.


Dan para sahabat lebih semangat dalam melakukan kebaikan." Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pun bersabda,


« أَمَا إِنَّهُ قَدْ صَدَقَكَ وَهُوَ كَذُوبٌ ، تَعْلَمُ مَنْ تُخَاطِبُ مُنْذُ ثَلاَثِ لَيَالٍ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ » . قَالَ لاَ . قَالَ « ذَاكَ شَيْطَانٌ


"Adapun dia kala itu berkata benar, tetapi asalnya dia pendusta. Engkau tahu siapa yang bercakap denganmu sampai tiga malam itu, wahai Abu Hurairah?" "Tidak", jawab Abu Hurairah. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata, "Dia adalah setan." (HR. Bukhari, no. 2311)


KETIGAPULUHEMPAT: Menjaga Diri Saat Mimpi


Dari Abu Sa'id Al-Khudri radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallambersabda,


إِذَا رَأى أَحدُكُم رُؤْيَا يُحِبُّهَا فَإِنَّمَا هِيَ مِنَ اللهِ تَعَالَى فَليَحْمَدِ اللهَ عَلَيْهَا وَلْيُحُدِّثْ بِهَا وَفِي رِوَايَةٍ: فَلاَ يُحَدِّثْ بِهَا إِلاَّ مَنْ يُحِبُّ وَإذا رَأَى غَيَر ذَلِكَ مِمَّا يَكرَهُ فَإِنَّما هِيَ مِنَ الشَّيْطَانِ فَليَسْتَعِذْ مِنْ شَرِّهَا وَلا يَذْكُرْهَا لِأَحَدٍ فَإنَّهَا لاَ تَضُرُّهُ


"Apabila salah seorang di antara kalian bermimpi sesuatu yang disukainya, bahwasanya mimpi itu berasal dari Allah, maka pujilah Allah karenanya, dan ceritakanlah hal itu." —Di dalam riwayat lain disebutkan, maka janganlah ia menceritakan mimpinya kecuali kepada orang yang menyukainya–. "Dan apabila ia bermimpi sesuatu yang tidak ia sukai, bahwasanya mimpi itu berasal dari setan, maka mintalah perlindungan dari kejelekannya dan janganlah ia menceritakan mimpi buruk tadi kepada siapa pun, niscaya mimpi itu tidak akan membahayakannya." (HR. Bukhari, no. 6985)


Dari Abu Qatadah radhiyallahu 'anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


الرُّؤْيَا الصَّالَحِةُ وَفِي رِوَايَةٍ الرُّؤيَا الحَسَنَةُ مِنَ اللهِ، والحُلُمُ مِنَ الشَّيْطَانِ، فَمَنْ رَأَى شَيْئاً يَكْرَهُهُ فَلْيَنْفُثْ عَنْ شِمَالِهِ ثَلاَثاً، ولْيَتَعَوَّذْ مِنَ الشَّيْطَانِ فَإنَّهَا لاَ تَضُرُّهُ


"Mimpi yang baik (shalihah)–dalam riwayat lain, mimpi yang indah (hasanah)—itu berasal dari Allah, dan mimpi buruk itu dari setan. Barangsiapa yang bermimpi sesuatu yang tidak disukainya, hendaklah ia meludah ke sebelah kirinya tiga kali dan mintalah perlindungan kepada Allah dari kejahatan setan, niscaya mimpi itu tidak akan membahayakannya." (HR. Bukhari, no. 3292 dan Muslim, no. 2261). 


An-naftsu adalah hembusan nafas yang halus tanpa disertai air ludah. Hal ini disebutkan dalam Riyadh Ash-Shalihin karya Imam Nawawi rahimahullah.


[13/9 03.38] Mutiara Ediyus HZ: السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه

HADITS HARI INI

26 SHAFAR 1445H


Kiat Agar Tak Diganggu Setan


KETIGAPULUHLIMA: Minta Perlindungan Kepada ALLAH Dari Dikuasai Setan Ketika Akan Meninggal Dunia


Dari Abul Yasr radhiyallahu 'anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam biasa membaca,


اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ التَّرَدِّي وَالْهَدْمِ وَالْغَرَقِ وَالْحَرِيقِ وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ يَتَخَبَّطَنِي الشَّيْطَانُ عِنْدَ الْمَوْتِ وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ أَمُوتَ فِي سَبِيلِكَ مُدْبِرًا وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ أَمُوتَ لَدِيغًا


ALLOOHUMMA INNII A'UUDZU BIKA MINAT TARODDI WAL HADMI WAL GHOROQI WAL HARIIQI, WA A'UUDZU BIKA AN-YATAKHOBBATHONISY SYAITHOONU ‘INDAL MAUTI, WA A'UDZU BIKA AN AMUUTA FII SABIILIKA MUDBIRON, WA A'UDZU BIKA AN AMUUTA LADIIGHO.


Artinya: Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kebinasaan (terjatuh), kehancuran (tertimpa sesuatu), tenggelam, kebakaran, dan aku berlindung kepada-Mu dari dirasuki setan pada saat mati, dan aku berlindung kepada-Mu dari mati dalam keadaan berpaling dari jalan-Mu, dan aku berlindung kepada-Mu dari mati dalam keadaan tersengat.


(HR. An-Nasa'i, no. 5531).


Yang dimaksud dengan beberapa kalimat dalam doa:


1. At-taroddi artinya jatuh dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah.

2. Al-hadm artinya tertimpa bangunan.

3. Al-ghoroq artinya tenggelam dalam air.

4. Al-hariq artinya terbakar api.

5. An-yatakhobbathonisy syaithoonu 'indal mauti artinya dikuasai oleh setan ketika akan meninggal dunia, sehingga setan menghalanginya untuk bertaubat.

6. Al-ladhiiga artinya mati dalam keadaan terkena racun dari kalajengking dan ular.


KETIGAPULUHENAM: Ikuti Petunjuk Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam Ketika Diganggu Dalam Shalat


Dari 'Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu, ia berkata,


لاَ يَجْعَلْ أَحَدُكُمْ لِلشَّيْطَانِ شَيْئًا مِنْ صَلاَتِهِ ، يَرَى أَنَّ حَقًّا عَلَيْهِ أَنْ لاَ يَنْصَرِفَ إِلاَّ عَنْ يَمِينِهِ ، لَقَدْ رَأَيْتُ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – كَثِيرًا يَنْصَرِفُ عَنْ يَسَارِهِ


"Janganlah salah seorang di antara kalian menjadikan setan sesuatu dari shalatnya, di mana ia berpendapat bahwa yang benar padanya adalah tidak berpaling kecuali dari sebelah kanannya. Sungguh, aku telah melihat Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam kebanyakan berpaling dari arah kiri (setelah shalat." (HR. Bukhari, no. 852 dan Muslim, no. 707)


KETIGAPULUHTUJUH: Tidak Banyak Makan


Dari Al-Miqdam bin Ma'dikarib radhiyallahu 'anhu, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


مَا مَلَأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ أُكُلَاتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ فَإِنْ كَانَ لَا مَحَالَةَ فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ


"Tidak ada tempat yang lebih jelek daripada memenuhi perut keturunan Adam. Cukup keturunan Adam mengonsumsi yang dapat menegakkan tulangnya. Kalau memang menjadi suatu keharusan untuk diisi, maka sepertiga untuk makannya, sepertiga untuk minumannya, dan sepertiga untuk nafasnya." (HR. Ahmad, 4:132; Tirmidzi, no. 2380; Ibnu Majah, no. 3349).


Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan, "Manfaat dari sedikit makan bagi baiknya hati adalah hati akan semakin lembut, pemahaman semakin mantap, jiwa semakin tenang, hawa nafsu jelek tertahan, dan marah semakin terkendali. Hal ini berbeda dengan kondisi seseorang yang banyak makan.”


KETIGAPULUHDELAPAN - Terakhir: Jangan Banyak Bicara


Dari Mu'adz bin Jabal radhiyallahu 'anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِى النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ أَوْ قاَلَ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ


"Semoga ibumu kehilanganmu! (Kalimat ini maksudnya adalah untuk memperhatikan ucapan selanjutnya). Tidaklah manusia tersungkur di neraka di atas wajah atau di atas hidung mereka melainkan dengan sebab lisan mereka.'" (HR. Tirmidzi, no. 2616 dan Ibnu Majah, no. 3973)

WaLLAAHUa'lam

0 comments :

Post a Comment