Wednesday, December 28, 2022

'AMAL PENGUNDANG MUSIBAH

Coba kita urutkan berbagai dosa yang dilakukan penduduk suatu negeri.


Mulai dari dosa nomor satu, yaitu syirik. Coba lihat bagaimana kubur-kubur orang saleh dikultuskan begitu luar biasa. Memakai jimat dan rajah dengan tujuan untuk jadi pelindung diri hingga pesugihan menjadi hal yang biasa.


Allah Ta'ala berfirman,


وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا


“Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya." (QS. An Nisa': 116).


Dalam ayat lain dalam nasehat Lukman pada anaknya disebutkan,


إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ


“Sesungguhnya syirik adalah benar-benar kezholiman yang besar." (QS. Lukman: 13).


Allah telah ingatkan bahwa karena sebab dosa, itu yang membuat musibah datang bertubi-tubi. Allah Ta'ala berfirman,


وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ


“Apapun musibah yang menimpa kalian, adalah akibat perbuatan dosa kalian sendiri. Dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)." (QS. Asy-Syuraa: 30)


Jadi, musibah yang terjadi itu adalah akibat merebaknya dosa dan maksiat secara umum.


Adapun paceklik dan kemarau panjang, salah satu pemicu terbesarnya adalah karena banyaknya praktek kecurangan dalam bisnis dan perdagangan. Serta enggannya orang kaya untuk mengeluarkan zakatnya.


Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan,


وَلَمْ يَنْقُصُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ إِلاَّ أُخِذُوا بِالسِّنِينَ وَشِدَّةِ الْمَؤُنَةِ وَجَوْرِ السُّلْطَانِ عَلَيْهِمْ. وَلَمْ يَمْنَعُوا زَكَاةَ أَمْوَالِهِمْ إِلاَّ مُنِعُوا الْقَطْرَ مِنَ السَّمَاءِ وَلَوْلاَ الْبَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوا


“Ketika para pedagang gemar mencurangi timbangan, pasti manusia akan ditimpa musim paceklik panjang, biaya hidup yang tinggi dan kelaliman penguasa. Manakala orang-orang kaya enggan mengeluarkan zakat, pasti air hujan akan ditahan turun dari langit. Andaikata bukan karena (belas kasihan terhadap) hewan-hewan ternak, niscaya hujan tidak akan pernah turun lagi." (HR. Ibnu Majah, no. 4019)


Mengenai kecurangan disebutkan dalam ayat berikut ini.


Allah Ta'ala berfirman,


وَيْلٌ لِلْمُطَفِّفِينَ (1) الَّذِينَ إِذَا اكْتَالُوا عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُونَ (2) وَإِذَا كَالُوهُمْ أَوْ وَزَنُوهُمْ يُخْسِرُونَ (3)


“Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi." (QS. Al Muthoffifin: 1-3).


Ibnu Katsir rahimahullah dalam Tafsir Al-Quran Al-'Azhim berkata bahwa yang dimaksud dengan Al-Muthoffifin adalah berbuat curang ketika menakar dan menimbang. Bentuknya bisa jadi, ia meminta untuk ditambah lebih ketika ia meminta orang lain menimbang. Bisa jadi pula, ia meminta untuk dikurangi jika ia menimbangkan untuk orang lain. Itulah mengapa akibatnya begitu pedih yaitu dengan kerugian dan kebinasaan. Itulah yang dinamakan wail.


WaLLAAHUa'lam

0 comments :

Post a Comment