Friday, September 15, 2023

Sehat dengan Menjalankan Syariat

Hari ini masalah kesehatan menjadi momok tersendiri bagi sebagian besar masyarakat. Pasalnya selain mahal, beragam jenis penyakit kerap datang tanpa permisi. Sejak pandemi, banyak orang mudah terkena depresi, bahkan mungkin sampe stroke.


Pada tahun 2018, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan pernyataan bahwa setengah dari gangguan mental yang diidap orang dewasa terbentuk sebelum mereka berusia 14 tahun. Bahkan, sekitar 15 persen anak remaja di negara-negara berkembang pernah berniat untuk melakukan bunuh diri.


*Menahan Amarah*

Yang perlu digarisbawahi, selain stroke. Ada juga darah tinggi, depresi, tidak semata-mata karena gaya hidup dan genetik, tetapi juga kebiasaan diri yang tidak bisa menahan emosi, marah-marah terlebih jika dilakukan secara berlebihan.


Kontribusi mental terhadap penyakit fisik cukup signifikan. Dengan kata lain, apa yang diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya kepada umat Islam sangat berdampak terhadap kesehatan raga. Lebih dari itu balasannya di sisi Allah bagi Muslim yang mampu mengendalikan amarahnya sangatlah luar biasa.


*“Barangsiapa yang dapat menahan amarahnya, sementara ia dapat meluapkannya, maka Allah akan memanggilnya di hadapan segenap mahluk. Setelah itu, Allah menyuruhnya memilih bidadari surga dan menikahkannya dengan siapa yang ia kehendaki.”*

(HR Ahmad).


*عَنْ سُلَـيْمَانَ بـْنِ صُرَدٍ رض قَالَ: اِسْتَبَّ رَجُلاَنِ عِنْدَ النَّبِيِّ ص فَجَعَلَ اَحَدُهُمَا يَـغْضَبُ وَ يَحْمَرُّ وَ جْهُهُ. وَ تَـنْتَـفِخُ اَوْدَاجُهُ فَـنَظَرَ اِلَـيْهِ النَّبِيُّ ص فَـقَالَ: اِنــِّيْ َلاَعْلَمُ كَـلـِمَةً لَوْ قَالَـهَا لَذَهَبَ عَـنْهُ ذَا: اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجـِيْمِ. فَـقَالَ اِلَى الـرَّجُلِ رَجُلٌ مِمَّنْ سَمِعَ النَّبِيَّ ص فَـقَالَ: هَلْ تَـدْرِى مَا قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص آنـِفًا؟ قَالَ: لاَ. قَالَ اِنــِّيْ َلاَعْلَمُ كَـلـِمَةً لَوْ قَالَـهَا لَذَهَبَ عَـنْهُ ذَا. اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الـرَّجـِيْمِ. فَـقَالَ لَهُ الـرَّجُلُ: اَمَجْنُوْنًا تَـرَانــِيْ؟ البخارى و مسلم*


_Dari Sulaiman bin Shurad radhiyallahu anhu, ia berkata: Ada dua orang saling mencaci di sisi Nabi shalallahu ‘alaihi wassallam. Lalu salah seorang diantara keduanya menjadi marah, merah mukanya dan tegang urat lehernya. Kemudian Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassallam melihat kepada orang itu dan bersabda : “Sesungguhnya aku mengetahui suatu kalimat seandainya ia mau mengucapkannya pastilah hilang marah itu darinya, kalimat itu ialah : *A’uudzu billaahi minasy-syaithoonir rojiim (Aku berlindung kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk)”.*_ 


_Maka berdirilah seorang laki-laki diantara orang-orang yang mendengar sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wassallam tersebut menghampiri orang yang marah itu dan berkata : “Tahukah kamu apa yang disabdakan oleh Rasulullah tadi ?”_ 


_Orang yang marah itu menjawab : “Tidak”._


_(Orang yang mengingatkan itu berkata) : Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassallam bersabda : “Sesungguhnya aku mengetahui suatu kalimat seandainya ia mau mengucapkannya pastilah hilang marah itu darinya. Kalimat itu ialah : A’uudzu billaahi minasy-syaithoonir rojiim”._ 


_Orang yang marah itu berkata : “Apakah engkau menganggap aku ini gila?.”_ 

[HR. Bukhari dan Muslim]


Dan, inilah yang diteladankan oleh Nabi Yusuf alaihissalam kepada saudara-saudaranya yang telah menyengsarakan beliau. Nabi Yusuf memaafkan bahkan memohonkan ampunan kepada mereka yang telah berbuat jahat, saat beliau bisa dengan leluasa menetapkan balasan berupa apapun juga.


*قَالَ لَا تَثۡرِيبَ عَلَيۡكُمُ ٱلۡيَوۡمَۖ يَغۡفِرُ ٱللَّهُ لَكُمۡۖ وَهُوَ أَرۡحَمُ ٱلرَّٰحِمِينَ ٩٢*


_“Dia (Yusuf) berkata: “Pada hari ini tak ada cercaan terhadap kalian, mudah-mudahan Allah mengampuni (kalian), dan Dia adalah Maha Penyayang diantara para penyayang.”_ 

(QS Yusuf: 92).


Dengan kata lain, tindakan Nabi Yusuf tersebut secara ragawi bisa dilihat manfaatnya justru di dunia modern, dimana sikap marah, apalagi berlebihan ternyata tidak mendatangkan manfaat apapun barang secuil saja. Untuk itu jauhi marah sebisa mungkin.


*Membaca Al-Qur’an*

Sepintas membaca tidak berhubungan dengan kesehatan. Tetapi tidak demikian jika Al-Qur’an yang dibaca, terutama jika dibaca dengan penuh penghayatan. Membaca Al-Qur’an akan mendatangkan ketenangan batin, bahkan terhindar dari pesimisme.


Ketika seseorang mengalami suatu kesulitan atau kejadian yang karena itu dia tidak bisa mendapatkan apa yang diinginkan disertai kecewa yang mendalam, lantas ia bersegera membaca Al-Qur’an, niscaya akan tenang bathinnya dan stabil pemikirannya.


*مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٖ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَلَا فِيٓ أَنفُسِكُمۡ إِلَّا فِي كِتَٰبٖ مِّن قَبۡلِ أَن نَّبۡرَأَهَآۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٞ ٢٢*


_“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.”_

(QS Al-Hadid: 22).


Pada akhirnya hati akan memahami bahwa apa saja yang terjadi di muka bumi ini semua atas idzin dan kehendak-Nya. Jadi, untuk apa disesali jika itu keburukan. Dan, untuk apa dibangga-banggakan meski itu kebaikan. Pada hakikatnya semua dari Allah.


*Walhasil, hati akan tenang dan tentram.*


*لِّكَيۡلَا تَأۡسَوۡاْ عَلَىٰ مَا فَاتَكُمۡ وَلَا تَفۡرَحُواْ بِمَآ ءَاتَىٰكُمۡۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخۡتَالٖ فَخُورٍ ٢٣*


_“(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.”_(QS Al-Hadiid: 23).


Oleh karena itu, perbanyaklah membaca Al-Qur’an, sehingga cerdas akal kita dan damai hati kita. Karena hanya dengan membaca Al-Qur’an seorang Muslim akan mencapa ketenangan dan kebahagiaan hakiki.


*Shalat*

Shalat dari dimensi waktu melatih diri hidup disiplin, teratur dan tentu saja sehat.


Shalat Subuh misalnya, ibadah ini melatih diri setiap Muslim terbebas dari keterlambatan dalam segala urusan, mulai dari pekerjaan, tugas, hingga jadwal pertemuan. Dengan catatan usai shalat Subuh tidak tidur lagi. Dengan demikian shalat Subuh membantu memperlancar urusan dan tentu juga rezeki untuk kesehatan jiwa raga.


Dan, ini berkelindan dengan perintah Nabi. _“Bersegeralah dalam mencari rezeki dan kebutuhan (hajat) karena dalam kesegeraan (pergi pagi) itu terdapat keberkahan dan kesuksesan.”_ 

(HR. Thabrani).


Dari sisi kesehatan fisik, udara sebelum Subuh jelas steril. Jika Subuh dilaksanakan berjama’ah ke masjid, setiap langkah kaki akan memberikan dampak positif bagi peredaran darah dan jantung.


Dengan demikian hanya Subuh saja banyak manfaat didapat. Seperti kata pepatah, sekali dayung, dua tiga pulau terlampau.


Karena itu, bersungguh-sungguhlah menjalankan syariat agama ini, karena dalam pelaksanaannya tidak saja mendatangkan pahala di akhriat tetapi manfaat langsung di dunia. Selain itu, syariat akan mengantarkan jiwa kita lebih bijaksana, sehingga tidak mudah pesimis, putus asa dan patah arang.


Semoga Allah memudahkan kita menjalankan syariat-Nya dalam keseharian sepanjang hayat, hingga bisa mencapai hidup bahagia dunia-akhirat. Aamiin.*

0 comments :

Post a Comment