Tuesday, May 18, 2021

STOP BERKATA REZEKI ANAK SHOLEH

 Batasan shalih itu adalah Al-Quran dan as-Sunnah. Sebelum “membanggakan diri” dengan keshalihan, hendaknya kita teladani sikap Shahabat terbaik Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam yaitu Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallaahu ‘anhu ketika mendapatkan pujian.


Beliau berkata :


اللَّهُمَّ أَنْتَ أَعْلَمُ مِنِّى بِنَفْسِى وَأَنَا أَعْلَمُ بِنَفْسِى مِنْهُمْ اللَّهُمَّ اجْعَلْنِى خَيْرًا مِمَّا يَظُنُّوْنَ وَاغْفِرْ لِى مَا لاَ يَعْلَمُوْنَ وَلاَ تُؤَاخِذْنِى بِمَا يَقُوْلُوْنَ


“Ya Allah, Engkau lebih mengetahui keadaan diriku daripada diriku sendiri dan aku lebih mengetahui keadaan diriku daripada mereka yang memujiku. Ya Allah, jadikanlah diriku lebih baik dari yang mereka sangkakan, ampunilah aku terhadap apa yang mereka tidak ketahui dariku, dan janganlah menyiksaku dengan perkataan mereka.” [Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman, 4: 228, no.4876. Lihat Jaami’ul Ahadits, Jalaluddin As Suyuthi, 25: 145, Asy Syamilah]


Ini keadaan sahabat terbaik yang dipuji orang lain. Lalu masih pantaskah kita memuji diri sendiri? “Seberapa shalih kita dibandingkan Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu?” Pertanyaan ini yang mesti kita ingat, saat terbersit keinginan untuk mensucikan diri.


Semoga Allah Ta’ala senantiasa menjaga kita semua dari perbuatan tercela seperti itu dan membimbing kita ke jalan-Nya yang lurus. Hadaana Allah shirathahul mustaqiim. Aamiin.


Baarakallaah fiikum…


🌐 kajiansunnahbandung

0 comments :

Post a Comment