Bismillahirrahmaanirrahim,
Assalamu’alaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh
Beberapa saat lagi Insya Allah
Adinda AKHI akan mengucapkan ijab kabul dengan wali Adinda UKHTI.
Ketahuilah bahwa akad tersebut
tidak saja akan disaksikan oleh keluarga karib kerabat, handai taulan dan
sahabat, tetapi bumi dan langit serta para malaikat pun menjadi saksi.
Ingatlah bahwa akad nikah adalah
perjanjian yang sangat berat, sama beratnya dengan perjanjian yang diambil
Allah dari Bani Israil di bawah bukit Tursina. Itu sebabnya, jika suatu saat
nanti akad tersebut ptus, maka ‘arsy Allah akan berguncang dengan begitu
dahsyat.
Oleh sebab itu, bagi AKHI,
yakinlah bahwa UKHTI adalah wanita terbaik yang Allah berikan. Begitu juga UKHTI, percayalah bahwa AKHI adalah pria terbaik yang Allah pilihkan.
Dengarlah kata-kata DR. A’idh
Al-Qarni dalam bukunya yang terkenal LaTahzan, bahwa orang yang
menyadari bahwa pilihan Allah adalah yang terbaik bagi hamba-Nya, akan
merasakan bahwa musibah dan kesulitan apapun terasa ringan dan mudah. Dia tidak
akan bersedih dengan apapun yang terjadi. Semua itu disebabkan oleh keyakinan
terhadap kebaikan, kemurahan dan pilihan Allah.
Pada saat itulah, keruwetan dan
kesempitan hati akan sirna dan menyerahkan semua perkaranya kepada Rabb Yang
Mahatinggi. Tidak ada istilah tidak menerima, menentang, murung. Sebaliknya, ia
akan bersyukur dan bersabar sampai akhirnya nanti tampak hasil dengan
sendirinya dan mendung musibah itupun pasti berlalu.
Calon kedua mempelai, para wali
dan saksi, serta hadirin yang saya hormati ...
Agama kita mengajarkan bahwa cinta
harus terbina dari dunia sampai akhirat, dalam Al-Qur’an surat Az-Zukhruf ayat
70-71 berbunyi :
ادْخُلُوا
الْجَنَّةَ أَنتُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ تُحْبَرُونَ {70} يُطَافُ عَلَيْهِم بِصِحَافٍ مِّن ذَهَبٍ
وَأَكْوَابٍ وَفِيهَا مَاتَشْتَهِيهِ اْلأَنفُسُ وَتَلَذُّ اْلأَعْيُنُ وَأَنتُمْ
فِيهَا خَالِدُونَ {71}
“ Masuklah kamu bersama dengan
istrimu ke dalam surga, kamu akan disambut dengan piring-iring dari emas dan
piala-piala. Di dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan
sedap dipandang mata dan kamu kekal di dalamnya”.
Maka berbahagialah AKHI dan
UKHTI yang telah menemukan pasangan seiman, seislam. Tinggal sekarang, ada
kewajiban untuk saling mengingatkan agar bahtera rumah tangga kalian runtut
sauyunan ka cai jadi saleuwi ka darat jadi salebak sapapait samamanis
sareundeuk saigel sabobot sa pihanean di bawah naungan rasa cinta.
Sejak dahulu, bukan hanya para nabi
dan Rasul yang menekankan pentingnya rasa, melainkan juga kaum pujangga di
penjuru dunia
Renungkanlah kata-kata bijak ini :
Kerajaan akan lenyap
Menara akan runtuh
Tapi cinta akan tetap abadi
Mari, kita simak pula kata-kata George Sands
berikut ini, “There is no happiness in our life to love and to be loved – tak
ada kebahagiaan dalam hidup kita ini kecuali mencintai dan dicintai”. Jadi,
menurut Sands, cinta adalah sumber kebahagiaan. Lalu apa kata orang
Melayu “kalau tak ada tinta, mana mungkin kutulis puisi – kalau tak ada
cinta, mana mungkin aku datang ke mari”.
Begitu dahsyatnya energi cinta.
Maka pastikan bahwa cinta yang sekarang mekar di hati kalian berdua, tumbuh
dari hati yang ikhlas. Waspadalah, cinta karena gincu akan segera layu dan
cinta karena dasi akan segera basi. Ini penting karena kalian akan hidup
bersama dalam kurun waktu yang tidak sebentar.
Dengan cinta yang tumbuh dari hati
yang ikhlas, jika sampai satnya nanti, ketika kesegaran dan kecantikan masa
muda mulai meninggalkan kita, maka yang harus tertinggal adalah kecantikan yang
berupa kebaikan dan sifat penuh pengertian.
Karena kalian telah mengikatkan
tali cinta, maka pada hakikatnya kalian adalah satu. Oleh karena itu, jadikanlah
empat mata satu pandangan, empat kaki satu langkah, empat tangan satu pegangan,
dan dua hati satu rasa.
Al-Qur’an bahkan menggambarkan
lebih jauh dari itu tentang kesatuan suami-istri : hunna libasun lakum wa
antum libasun lahunna – para istri adalah pakaian bagi para suami dan para
suami adalah pakaian bagi para istri.
Salah satu fungsi pakaian adalah
penutup aurat, penutup aib. Oleh sebab itu, jika nanti ada aib pada suami,
istri harus menjadi penutupnya. Demikian pula jika ada aib pada istri, suami
harus menutupinya. Jangan sekali-kali menceritakan aib suami atau istri kepada
orang lain.
AKHI dan UKHTI yang berbahagia
...
Kami percaya, kalian menikah
dengan motivasi ibadah. Yakinlah, bahwa kepada orang-orang yang menikah dengan
niat ibadah, Allah berjanji akan memberkati rizki.
Bekerjapun, yang bagi kebanyakan
orang melelahkan, bagi mereka yang sudah menikah menjadi ringan karena mereka
bekerja dengan cinta.
Apa itu bekeja dengan cinta?
Kata Kahalil Gibran, bekerja dengan
cinta adalah Engkau menenun kain dengan benang-benang dari hatimu, seakan-akan
kekasihmu yang akan mengenakannya.
Bekerja dengan cinta adalah Engkau
membangun rumah dengan batu-batu dari jantungmu, seakan-akan kekasihmu yang
akan menempatinya.
Bekerja dengan cinta adalah Engkau
menabur benih dengan penuh kelembutan dan memanennya dengan rasa senang,
seakan-akan kekasihmu yang akan menjadikan buah-buahan itu sebagai hidanganya.
Bekerja dengan cinta adalah
meneguhkan segala yang telah Kau bangun dengan hembusan ruhmu sendiri dan
menyadari bahwa orang-orang yang telah meninggal berdiri bersamamu dan
mengamati.
Betapa nikmat keluarga yang
bekerja dan hidup dengan cinta. Bagaimana tidak, sebab bagi para pecinta semua
benda menjadi bunga-bunga yang indah warna-warni dan harum semerbak mewangi.
Bagi para pecinta semua suara adalah musik yang mengalun lembut mendayu-dayu,
mengalir bersama darah, mengangkat kesadaran membumbung tinggi bersama awan.
Bagi para pecinta semua gerakan adalah tarian dan setiap kata adalah puisi yang
berkisah tentang waktu yang berlalu menuju dunia yang abadi.
Namun AKHI dan UKHTI...
Ingatlah bahwa cinta seperti bunga
mawar. Kata peribahasa “Jangan Kau mau petik bunga mawar kalau tak mau
tertusuk durinya”. Menikah tak ubahnya mengarungi samudera. Jika angin
bertiup sepoi-sepoi, kapalpun tenang. Tapi tak jarang, bila badai datang
menerjang, kapal kehilangan keseimbangan.
Badai rumah tangga bisa datang
dari mana saja. Bila badai itu datang lewat UKHTI, sadari, itulah saat
kesalehan Adinda tengah diuji. Peganglah cita-cita menjadi perempuan hiasan
terbaik dunia, karena dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah
perempuan shalehah. Ingat pula bahwa tidak ada rizki yangpaling besar bagi
seorang suami sesudah taqwa kepada Allah kecuali istri yang shalehah.
Demikian pula jika badai itu
datang lewat AKHI, sadari itulah saat dipertaruhkannya kualitas kepribadian
Adinda, bukankah Nabi SAW bersabda “sebaik-baik kamu adalah yang paling baik
perangai terhadap keluarganya”.
Tak perlu takut dengan badai rumah
tagga. Mengikuti kata-kata Buya Hamka, kehidupan rumah tangga itu seperti
meniti tangga. Ada saat ketika salah satu kaki menginjak anak tangga, kaki yang
lain melayang-layang di udara, mungkin terpeleset atau jatuh, itu resiko. Tapi
jika kita tidak mau menghadapi resiko, kita tidak akan pernah beranjak dari
anak tangga terbawah.
Nabi Muhammad SAW, memberikan
contoh cara bergaul dengan keluarga, yaitu bergurau. Hadist mencatat bahwa
beliau sering membaca Al-Qur’a dengan kepala bersandar di pangkuan Aisyah,
sementara pada kali yang lain, Nabi beberapa kali mengajak istrinya balap lari.
Bayangkan, Nabi yang begitu mulia, kepala negara, panglima perang, pemimpin
ummat, setiap malam tidak pernah melewatkan shalat tahajud, masih begitu mesra
bercengkerama dengan istrinya.
Sepeninggal Nabi salah seorang
sahabat bertanya kepada Aisyah tentang akhlak suaminya. Apa jawabannya?, dengan
berlinang air mata, Aisyah menjawab “khuluquhu Al-Qur’an – akhlaknya
persis seperti Al-Qur’an”.
AKHI dan UKHTI, demikanlah
khutbah yang sederhana ini. Sekarang telah tiba saatnya kalian mengaikat janji
dengan mengucapkan akad nikah. Kemudian terimalah salam dan do’a dari para tamu
undangan.
Ya Allah limpahkanlah kepada kedua
mempelai ini, cinta yang KAU jadikan pengikat rindu Rasulullah kepada Khadijah
Al-Kubra, yang KAU jadikan mata air kasih sayang Imam Ali dan Fatimah Zahra,
yang KAU jadikan penghias keluarga nabiMU yang suci.
Ya Allah, andai semua itu tak
layak bagi mereka berdua, maka cukupkanlah permohonan keduanya dengan ridha-MU.
Jadikanlah keduanya suami-istri yang saling mencintai di kala dekat, saling
menjaga kehormatan di kala jauh, saling menghibur di kala duka, saling
mengingatkan di kala bahagia, saling mendoakan dalam kebaikan dan taqwa, saling
menyempurnakan dalam ibadat.
YA Allah sempurnakanlah
kebahagiaan dalam pernikahan ini sebagai ibadah kepada-MU. Himpunlah yang
terserak dari kedua mempelai ini dan berkahilah mereka berdua. Tingkatkanlah
kualitas keturunan keduanya dan jadikanlah mereka pembuka pintu-pintu rahmat,
sumber ilmu dan hikmah serta pemberi rasa aman bagi ummat.
Barakallahu laka wabarakata
‘alaika wajama’a baina-kuma fi kahirin was-sa’adah. Walhamdulillahi-rabbil
‘alamin.
Wassalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh
Disusun oleh : Ayi Sobarna, M.Pd. Dosen UNISBA
0 comments :
Post a Comment