Sunday, February 10, 2019

Kimi sahabat Kami

Awal ketemu Kimi adalah saat membaca status WA teman SMA ku, tertulis "barangkali ada yang mau adopsi kucing silahkan ambil ke rumah". Diupload dua gambar kucing yang masih kecil, satu warnanya Kuning cowo (kami kasih nama Kimi) dan satu lagi warna abu gelap cewe (kami kasih nama Kimo). Saya coba WA ke temanku "kalau boleh saya mau mengadopsi mbak Ana".
Kimi 
Kimo

Diperbolehkan dan saya ambil ke rumahnya. Untungnya dua kucing itu sudah tidak menyusu sama induknya.

Akhirnya Kimi dan Kimo jadi extend family di rumah kami.

Sejalan dengan waktu kimi tumbuh makin besar. Kimi dan kimo sengaja tidak kami kandang, walaupun kami ada kandang second, dua tingkat pemberian tetangga.


Mereka berdua teratur dalam hal BAB dan BAK kami sediakan tempat tersendiri di sudut rumah. Disitu mereka BAB dan BAK tidak di sembarang tempat.

Mereka berdua akur kadang saling bersihkan bulu-bulu nya. Tapi yang anehnya Kimo tidak mau di kawin sama Kimi. Tidak tau ada faktor apa. Justru Kimo punya 3 anak malah sama kucing tetangga.

Bagi kami, Kimi dan kimo berjasa, karena sebagai teman istri di rumah. Kadang menemani istri di meja setrikaan, menemani ketika di dapur. Dan polah tingkah mereka berdua sering bikin kita senyum bahkan tertawa. Banyak lucunya daripada ngeselinnya.


Bebagai cara Allah bangunkan malam kami diantaranya melalui Kimi

Kesukaan Kimi adalah rutin setiap sekitar jam 3 dini hari, selalu lompat ke kasur kemudian naik ke dada saya atau istri, dengan wajahnya menghadap ke wajah kami, ditungguin sampai bangun. Setelah kami bangun giliran dia lanjutin tidur lagi, atau minta keluar rumah dengan mengeong di depan pintu utama. Kalau kami sudah bangun sebelum jam 3 (duluin Kimi), dia tidak ribut lompat ke kasur, paling minta keluar rumah. Kalau pintu kamar kami tutup, dia garuk-garuk itu pintu pakai Kuku nya (pintu kamar kami dari triplex jadi suaranya keras kalau digaruk kuku Kimi). Kalau kucing kami satunya yang kimo tidak pernah demikian.

Kesukaan Kimi dan Kimo lainnya adalah naik ke rumah tetangga yang kebetulan tidak ditempati, tapi dihuni burung sriti. Disitu Kimi dan Kimo sering bawa ke rumah hasil buruannya yaitu burung sriti. Sepertinya mereka berdua berada di posisi dimana jadi pintu keluar masuk burung sriti. Kami menduga mereka ulurkan kaki depannya di jalur keluar masuk burung jadi salah satu ada yg tertangkap. Tidak dimakan, hanya dipakai mainan, kadang sampai mati, atau kalau ketahun kami, itu burung kalau masih hidup kami pisahkan dari kimi kimo agar tidak mati.

Untuk makan mereka berdua tidak pilih-pilih, kadang kami belikan makanan pelet di toko, tidak jarang malah berbagi dengan kami. Kalau istri saya beli ikan (pindang/japuh) di pasar beli mentah kemudian di masak presto. Jadi kalau mengoreng ya sebagian untuk mereka dan sebagian untuk kami makan sekeluarga.

Untuk kimi kimo, oleh istri pindang disuwir kecil-kecil kemudian dicampur nasi untuk makan kimi kimo.

Untuk makan kami sekeluarga, ikan pindang biasa dimasak balado, atau dioseng dengan irisan cabe.
Bisa jadi karena itu, biarpun ada makanan di atas meja makan, kadang kita lupa menutup tudung saji, mereka tidak berani ambil.

Kami pernah baca dari sesama pecinta kucing. Sebetulnya kucing ketika kita kasih tulang dan dimakan, itu bukan karena kucing suka tulang. Dia makan tulang karena tidak ada pilihan lain. Disitulah kami berusaha berbagi dengan mereka. Karena kami percaya Allah menjamin rizki kepada semua ciptaanya.

Akhir-akhir ini ada yang aneh dengan Kimi, karena biasanya jam 3 sudah lompat ke kasur, ini sudah 3 malam tidak ada yang lompat ke kasur atau garuk pintu kamar pake kuku.
Awalnya ga ngeh, setelah 2 hari ga lompat ke kasur, saya tanya ke istri, kenapa Kimi ga bangunin, dari pengamatan istri, Kimi kesulitan pipis karena biasa disudut rumah tempat dia BAB BAK, diperhatikan mengejan lama tidak beranjak. Setelah dia geser dan dilihat hanya sedikit pipisnya. Kemudian tampak tidak semangat seperti hari biasanya.

Pada hari ketiga sakitnya, sore hari sekitar jam 16.00 an, kami putuskan membawa ke dokter hewan tidak jauh dari rumah.
Dokter menyimpulkan Kimi menderita Feline lower urinary tract disease (FLUTD) yaitu infeksi saluran kencing bagian bawah, jadi sulit kencing akhirnya kencingnya terserap ke darah dan meracuni darah.
Oleh dokter diberikan obat untuk diminumkan. Sampai rumah istri coba minumkan pakai spet / alat suntik tanpa jarum di teteskan ke mulutnya.

Malam itu Sabtu malam, saya sedang kebagian Jaga Kamling di pos Ronda RT. Sekitar jam 23.25 istri WA saya "Abi, ini Kimi nya mati, ini dipeluk umi, tadinya Kimi merintih mengeog, terus umi peluk, eh malah mati Kimi nya". aku istri saya nge WA saya sambil nangis pastinya, demikian juga dengan kedua putri kami mereka menangis sejadinya, karena bagi kami kimi bukan hanya peliharaan tapi mereka adalah keluarga yang saling mengisi kekurangan dan saling membagi kebahagian. Yah begitulah cinta kami terjalin dengan indahnya antar makhluk ciptaan Allah yang berbeda spesies.
Akhirnya minggu paginya kami kubur disamping rumah.

Kisah nyata ini bisa jadi terkesan lebay, cara kami perlakukan kucing, tapi ya begitulah kami.
Selamat jalan Kimi ...terimakasih telah hadir di tengah keluarga kami. Memberi kebahagian dan ke ceriaan. Maafkan kami bila ada kekurangan dalam memberi perlindungan dan makanan. Selamat jalan. Kami akan selau mencintai mu Kimi.



Kadang gelut sama sepatu ... hehe ..

Tidur di mesin jahit
Kimi dan Kimo






0 comments :

Post a Comment