This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sunday, December 22, 2024

AMALAN RASULULLAH BA'DA SHOLAT WAJIB

Syaikh 'Abdurrahman bin Nashir As-Sa'di rahimahullah berkata dalam kitabnya Manhajus Salikin,


فَإِذَا فَرَغَ مِنْ صَلَاتِهِ:


اِسْتَغْفَرَ ثَلَاثًا, وَقَالَ:


اَللَّهُمَّ أَنْتَ اَلسَّلَامُ وَمِنْكَ اَلسَّلَامُ, تَبَارَكْتَ يَا ذَا اَلْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ


لَا إِلَهَ إِلَّا اَللَّهُ, وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ, لَهُ اَلْمُلْكُ وَلَهُ اَلْحَمْدُ, وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ, لَا إِلَهَ إِلَّا اَللَّهُ, وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ, لَهُ اَلنِّعْمَةُ, وَلَهُ اَلْفَضْلُ, وَلَهُ اَلثَّنَاءُ اَلْحَسَنُ, لَا إِلَهَ إِلَّا اَللَّهُ مُخْلِصِينَ لَهُ اَلدِّينُ وَلَوْ كَرِهَ اَلْكَافِرُونَ


سُبْحَانَ اَللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ, وَاَللَّهُ أَكْبَرُ, ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ, وَيَقُولُ: لَا إِلَهَ إِلَّا اَللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ, لَهُ اَلْمُلْكُ, وَلَهُ اَلْحَمْدُ, وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ. تَمَامَ اَلْمِائَةِ


Ketika selesai dari shalat, membaca:


ISTIGHFAR tiga kali lalu mengucapkan: ALLAHUMMA ANTAS SALAAM, WA MINKAS SALAAM, TABAAROKTA YAA DZAL JALAALI WAL IKROOM.

LAA ILAAHA ILLALLOH, WAHDAHU LAA SYARIIKA LAH, LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU WA HUWA 'ALAA KULLI SYAI-IN QODIIR. LAA HAWLA WA LAA QUWWATA ILLAA BILLAAH. LAA ILAAHA ILLALLOH, WA LAA NA'BUDU ILLAA IYYAAH. LAHUN NI'MAH WA LAHUL FADHLU WA LAHUTS TSANAAUL HASAN. LAA ILAAHA ILLALLOH, MUKHLISHIINA LAHUD DIIN, WA LAW KARIHAL KAAFIRUUN.

SUBHANALLAH WALHAMDU LILLAH WALLAHU AKBAR, sebanyak 33 kali, lalu digenapkan menjadi serratus dengan: LAA ILAHA ILLALLAH WAHDAHU LAA SYARIKA LAH, LAHUL MULKU WALAHUL HAMDU WA HUWA 'ALA KULLI SYAI-IN QODIIR.


Bacaan Istighfar dan Allahumma Antas Salaam

Tsauban radhiyallahu 'anhu berkata,


كَانَ رَسولُ اللهِ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا انْصَرَفَ مِنْ صَلاَتِهِ اسْتَغْفَرَ ثَلاثَاً ، وَقَالَ : (( اللَّهُمَّ أنْتَ السَّلاَمُ ، وَمِنْكَ السَّلاَمُ ، تَبَارَكْتَ يَاذَا الجَلاَلِ وَالإكْرَامِ )) قِيلَ لِلأوْزَاعِيِّ – وَهُوَ أحَدُ رواة الحديث – : كَيْفَ الاسْتِغْفَارُ ؟ قَالَ : يقول : أسْتَغْفِرُ الله ، أسْتَغْفِرُ الله


"Apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam selesai dari shalatnya (shalat fardhu, pen.), beliau beristighfar tiga kali dan mengucapkan "ALLAHUMMA ANTAS SALAAM, WA MINKAS SALAAM, TABAAROKTA YAA DZAL JALAALI WAL IKROOM" (artinya: Ya Allah, Engkau pemberi keselamatan, dan dari-Mu keselamatan. Mahasuci Engkau, wahai Tuhan Pemilik Keagungan dan Kemuliaan).


Ada yang bertanya pada Al-Auza'i, salah satu perawi hadits ini, "Bagaimana cara beristighfar?" Al-Auza'i menjawab, "Caranya membaca 'ASTAGHFIRULLAH … ASTAGHFIRULLAH' (Aku memohon ampun kepada Allah. Aku memohon ampun kepada Allah).  (HR. Muslim, no. 591)


وَعَنِ المُغِيْرَةِ بْنِ شُعْبَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – كَانَ إِذَا فَرَغَ مِنَ الصَّلاَةِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : (( لاَ إلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ ، لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ ، اللَّهُمَّ لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ ، وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ ، وَلاَ يَنْفَعُ ذَا الجَدِّ مِنْكَ الجَدُّ )) . متفقٌ عَلَيْهِ


Dari Al-Mughirah bin Syu'bah bahwa apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam selesai dari shalatnya, beliau mengucapkan,


LAA ILAAHA ILLALLOH, WAHDAHU LAA SYARIIKA LAH, LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU WA HUWA 'ALAA KULLI SYAI-IN QODIIR.


ALLOHUMMA LAA MAANI'A LIMAA A'THOYTA WA LAA MU'THIYA LIMAA MANA'TA WA LAA YANFA'U DZAL JADDI MINKAL JADD.


Artinya:


"Tiada Rabb yang berhak disembah selain Allah yang Maha Esa; tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya puji dan bagi-Nya kerajaan. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, tidak ada yang mampu mencegah hal yang Engkau berikan dan tidak ada yang mampu memberi hal yang Engkau cegah. Tidak berguna kekayaan dan kemuliaan itu bagi pemiliknya (selain iman dan amal shalihnya yang menyelamatkan dari siksaan). Hanya dari-Mu kekayaan dan kemuliaan." (Muttafaqun 'alaih) [HR. Bukhari, no. 844 dan Muslim, no. 593]


وَعَنْ عَبْدِ اللهِ بنِ الزُّبَيْرِ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُمَا أنَّه كَانَ يَقُولُ دُبُرَ كُلِّ صَلاَةٍ ، حِيْنَ يُسَلِّمُ : (( لاَ إلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَريكَ لَهُ، لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ . لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ ، لاَ إلهَ إِلاَّ اللهُ ، وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إيَّاهُ ، لَهُ النِّعْمَةُ وَلَهُ الفَضْلُ وَلَهُ الثَّنَاءُ الحَسَنُ ، لاَ إلهَ إِلاَّ اللهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الكَافِرُونَ )) قَالَ ابْنُ الزُّبَيْرِ : وَكَانَ رَسُولُ الله – صلى الله عليه وسلم – ، يُهَلِّلُ بِهِنَّ دُبُرَ كُلِّ صَلاَةٍ . رواه مسلم


Dari 'Abdullah bin Az-Zubair radhiyallahu 'anhu bahwa ia mengucapkan setiap akhir shalatnya saat mengucapkan salam yaitu bacaan:


LAA ILAAHA ILLALLOH, WAHDAHU LAA SYARIIKA LAH, LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU WA HUWA 'ALAA KULLI SYAI-IN QODIIR.


LAA HAWLA WA LAA QUWWATA ILLAA BILLAAH. LAA ILAAHA ILLALLOH, WA LAA NA'BUDU ILLAA IYYAAH. LAHUN NI'MAH WA LAHUL FADHLU WA LAHUTS TSANAAUL HASAN.


LAA ILAAHA ILLALLOH, MUKHLISHIINA LAHUD DIIN, WA LAW KARIHAL KAAFIRUUN.


Artinya:


"Tiada Rabb (yang berhak disembah) kecuali Allah, yang Maha Esa; tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan pujaan. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali (dengan pertolongan) Allah. Tiada Rabb (yang berhak disembah) kecuali Allah. Kami tidak menyembah kecuali Dia. Bagi-Nya nikmat, anugerah, dan pujaan yang baik. Tiada Rabb (yang hak disembah) kecuali Allah, dengan memurnikan ibadah kepada-Nya, sekalipun orang-orang kafir benci."


Dikatakan oleh Ibnu Az-Zubair, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam biasa membaca bacaan dzikir ini di akhir shalat. (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 594]


Macam-Macam Bentuk Bacaan Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar bada Shalat Wajib

Ada lima versi bacaan untuk dzikir tersebut bada shalat:


1. SUBHANALLAH WALHAMDULILLAH WALLAHU AKBAR sebanyak tiga puluh tiga kali lalu digenapkan dengan LAA ILAHA ILLALLAH WAHDAHU LAA SYARIKA LAH, LAHUL MULKU WALAHUL HAMDU WA HUWA 'ALA KULLI SYAI-IN QODIIR.

2. Bisa juga membaca SUBHANALLAH 33 KALI, ALHAMDULILLAH 33 KALI, ALLAHU AKBAR 33 KALI, lalu digenapkan menjadi seratus dengan LAA ILAHA ILLALLAH WAHDAHU LAA SYARIKA LAH, LAHUL MULKU WALAHUL HAMDU WA HUWA 'ALA KULLI SYAI-IN QODIIR.

3. SUBHANALLAH 33 kali, ALHAMDULILLAH 33 kali, ALLAHU AKBAR 34 kali.

4. SUBHANALLAH WALHAMDULILLAH WA LAA ILAHA ILLALLAH WALLAHU AKBAR sebanyak 25 kali, totalnya berjumlah seratus karena ada empat kalimat di dalamnya.

5. SUBHANALLAH sepuluh kali, ALHAMDULILLAH sepuluh kali, ALLAHU AKBAR sepuluh kali.


WaLLAAHUa'lam

Tuesday, December 10, 2024

WAKTU PAGI

PAGI

Waktu pagi adalah waktu yang berkah, waktu yang penuh kebaikan. Waktu pagi telah dido'akan khusus oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai waktu yang berkah.

Dari sahabat Shokhr Al Ghomidiy, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


اللَّهُمَّ بَارِكْ لأُمَّتِى فِى بُكُورِهَا


“Ya Allah, berkahilah umatku di waktu paginya.”


Apabila Nabi Shallallahu mengirim pasukan peleton, beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam mengirimnya pada pagi hari. Sahabat Shokhr sendiri (yang memeriwayatkan hadits ini) adalah seorang pedagang. Dia biasa membawa barang dagangannya ketika pagi hari. Karena hal itu dia menjadi kaya dan banyak harta. Abu Daud mengatakan bahwa dia adalah Shokhr bin Wada'ah. (HR.Abu Daud no.2606)

Ibnu Baththol mengatakan, “Hadits ini tidak menunjukkan bahwa selain waktu pagi adalah waktu yang tidak berkahi. Sesuatu yang dilakukan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam (pada waktu tertentu) adalah waktu yang berkah dan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sebaik-baik uswah ( suri teladan) bagi umatnya. Adapun Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam memimpin waktu pagi dengan mendo'akan keberkahan pada waktu tersebut daripada waktu-waktu yang lainnya karena pada waktu pagi Waktu tersebut adalah waktu yang biasa digunakan manusia untuk memulai amal (aktivitas). Waktu tersebut adalah waktu yang bersemangat (cocok) untuk beraktivitas. Oleh karena itu, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam memimpin do'a pada waktu tersebut agar seluruh umatnya mendapatkan berkah di dalamnya. "

Dalam Shohih Bukhari terdapat suatu riwayat dari sahabat Abu Hurairah dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ ، وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلاَّ غَلَبَهُ ، فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا ، وَاسْتَعِينُوا بِالْغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ وَشَىْءٍ الدُّلْجَةِ


"Sejujurnya agama itu mudah. ​​Tidak ada seorangpun yang bersandar pada dirinya di luar kemampuannya kecuali dia akan dikalahkan. Hendaklah kalian melakukan amal dengan sempurna (tanpa berlebihan dan menganggap remeh). Jika tidak mampu berbuat yang sempurna (ideal) maka lakukanlah yang mendekatinya. Perhatikanlah ada pahala di balik amal yang selalu terus menerus. Lakukanlah ibadah (secara terus menerus) di waktu pagi dan waktu setelah matahari terbenam serta beberapa waktu di akhir malam." (HR.Bukhari no.39)

Yang dimaksud 'al ghodwah' dalam hadits ini adalah perjalanan di awal siang. Al Jauhari mengatakan bahwa yang dimaksud dengan 'al ghodwah' adalah waktu antara shalat fajar hingga terbitnya matahari. 

Inilah tiga waktu yang dikatakan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari sebagai waktu semangat (fit) untuk beramal.

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa'di mengatakan bahwa inilah tiga waktu utama untuk melakukan safar (perjalanan) yaitu perjalanan fisik baik jauh ataupun dekat. Juga untuk melakukan perjalanan ukhrowi (untuk melakukan amalan akhirat).


KEBIASAAN RASULULLAAH SAW PAGI HARI

An Nawawi dalam Shohih Muslim membawakan bab dengan judul 'Keutamaan tidak berpindah dari tempat shalat setelah shalat shubuh dan keutamaan masjid'. Dalam bab tersebut terdapat suatu riwayat dari seorang tabi'in –Simak bin Harb-. Beliau rahimahullah mengatakan bahwa dia bertanya kepada Jabir bin Samuroh,


أَكُنْتَ تُجَالِسُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-


“Apakah kamu sering menemani Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk?”


Jabir menjawab,


نَعَمْ كَثِيرًا كَانَ لاَ يَقُومُ مِنْ مُصَلاَّهُ الَّذِى يُصَلِّى فِيهِ الصُّبْحَ أَوِ الْغَدَاةَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ فَإِذَا طَلَعَتِ الشَّمْسُ قَامَ وَكَانُوا يَتَحَدَّثُونَ فَيَأْخُذُونَ فِىأَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ فَيَضْحَكُونَ وَيَتَبَسَّمُ.


"Iya. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam biasanya tidak berpindah dari tempat duduknya setelah shalat shubuh hingga terbit matahari. Apabila matahari terbit, beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam berdiri (meninggalkan tempat shalat). Dulu para sahabat biasa berbincang-bincang (guyon) mengenai perkara jahiliyah, lalu mereka tertawa. Sedangkan beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam hanya tersenyum saja." (HR.Muslim no.670)


An Nawawi mengatakan, “Dalam hadits ini terdapat anjuran berdzikir setelah shubuh dan mengkontinukan duduk di tempat shalat jika tidak memiliki udzur (halangan).

Al Qadhi mengatakan bahwa inilah sunnah yang biasa dilakukan oleh salaf dan para ulama. Mereka biasa memanfaatkan waktu tersebut untuk berdzikir dan berdo'a hingga terbit matahari."


Kebiasaan Ibnu Masud ra. Pagi Hari


Dari Abu Wa'il, dia berkata, "Pada suatu pagi kami mengunjungi Abdullah bin Mas'ud selepas kami melaksanakan shalat shubuh. Kemudian kami salam di depan pintu. Lalu kami mengucapkan untuk masuk. Akan tetapi kami berhenti sejenak di depan pintu. Lalu keluarlah budaknya sambil berkata, “Mari silakan masuk.” Lalu kami masuk sedangkan Ibnu Mas’ud sedang duduk sambil berdzikir.

Ibnu Mas'ud juga berkata, "Apa yang menghalangi kalian padahal aku telah mengizinkan kalian untuk masuk?"

Lalu kami menjawab, "Tidak, kami mengira bahwa sebagian anggota keluargamu sedang tidur."

Ibnu Mas'ud juga berkata, "Apakah kalian mengira bahwa keluargaku telah lalai?"

Kemudian Ibnu Mas'ud kembali berdzikir hingga dia mengira bahwa matahari telah terbit. Lalu beliau memanggil budaknya, "Wahai budakku, lihatlah apakah matahari telah terbit. "Si budak tadi kemudian melihat ke luar. Jika matahari belum terbit, ia kembali melanjutkan dzikirnya. Hingga dia mengira lagi bahwa matahari telah terbit, dia kembali memanggil budaknya sambil berkata, “Lihatlah apakah matahari telah terbit.” Kemudian budak tadi melihat ke luar. Jika matahari telah terbit, beliau berkata,


الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى أَقَالَنَا يَوْمَنَا هَذَا


"Segala puji bagi Allah yang telah menolong kami berdzikir pada pagi hari ini." (HR.Muslim no.822)


Mengisi Waktu Pagi-1


Ingatlah bahwa Al Qur'an nanti bisa memberi syafa'at bagi kita di hari yang penuh kesulitan pada hari berhenti kelak. Dari Abu Umamah Al Bahiliy, (beliau berkata), “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِهِ اقْرَءُوا الزَّهْرَاوَيْنِ الْبَقَرَةَ وَسُورَةَ آلِ عِمْرَانَ فَإِنَّهُمَا تَأْتِيَانِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَأَنَّهُمَا غَمَامَتَانِ أَوْ كَأَنَّهُمَا غَيَايَتَانِ أَوْ كَأَنَّهُمَا فِرْقَانِ مِنْ طَيْرٍ صَوَافَّ تُحَاجَّانِ عَنْ Perlindungan Lingkungan dan Perlindungan Lingkungan Perlindungan Lingkungan dan Perlindungan Lingkungan


Bacalah Al Qur'an karena Al Qur'an akan datang pada hari berhenti nanti sebagai syafi' (pemberi syafa'at) bagi yang membacanya. Bacalah Az Zahrowain (dua surat cahaya) yaitu surat Al Baqarah dan Ali Imran karena keduanya datang pada hari Pengiriman nanti seperti dua awan atau seperti dua cahaya sinar matahari atau seperti dua ekor burung yang membentangkan sayapnya (bersambung satu dengan yang lainnya), keduanya akan menjadi pembela bagi yang rajin membaca dua surat tersebut tersebut adalah suatu keberkahan dan meninggalkannya akan mendapat penyesalan. Para tukang sihir tidak mungkin menghafalnya." (HR.Muslim no.1910)

Lebih baik lagi selain membaca kita dapat memahami makna/tafsirnya melalui kitab-kitab tafsir seperti tafsir Ibnu Katsir dan tafsir As Sa'di yang penuh dengan banyak faedah di dalamnya. Keutamaan memahami tafsir Al Qur'an dapat dilihat pada hadits berikut ini.

Dari Abu Musa Al Asy'ariy, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda


الْمُؤْمِنُ الَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَعْمَلُ بِهِ Perlindungan Lingkungan dan Perlindungan Lingkungan وَالْمُؤْمِنُ الَّذِى لاَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَعْمَلُ بِهِ كَالتَّمْرَةِ ، طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَلاَ رِيحَ لَهَا ، وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ Layanan Pelanggan dan Layanan Pelanggan وَطَعْمُهَا مُرٌّ ، وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِى لاَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَالْحَنْظَلَةِ ، طَعْمُهَا مُرٌّ – أَوْ خَبِيثٌ – وَرِيحُهَا مُرٌّ


Permisalan orang yang membaca Al Qur'an dan mengamalkannya adalah bagaikan buah utrujah, rasa dan baunya enak. Orang mukmin yang tidak membaca Al Qur'an dan mengamalkannya adalah bagaikan buah kurma, rasanya enak namun tidak beraroma. Orang munafik yang membaca Al Qur' an adalah bagaikan royhanah, baunya menyenangkan namun rasanya pahit. Dan orang munafik yang tidak membaca Al Qur'an bagaikan hanzholah, rasa dan baunya pahit dan tidak enak." (HR.Bukhari no.5059)


Mengisi Waktu Pagi-2


Mengulang Hafalan Al Qur'an

Bagi yang memiliki hafalan Al Qur'an juga dapat mengisi waktu pagi dengan mengulangi hafalan karena waktu pagi adalah waktu terbaik untuk menghafal dibandingkan dengan waktu siang yang penuh dengan kesibukan. Di antara keutamaan menghafal Al Qur'an terdapat dalam hadits berikut.


Dari Abdullah bin 'Amr, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ اقْرَأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِى الدُّنْيَا فَإِنَّ مَنْزِلَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَؤُهَا


Dikatakan kepada orang yang membaca (menghafalkan) Al Qur'an nanti : 'Bacalah dan naiklah serta tartillah sebagaimana engkau di dunia mentartilnya. Karena kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca (hafal).' (HR. Abu Daud no. 1464 dan Tirmidzi no. 2914)


Yang dimaksud dengan 'membaca' dalam hadits ini adalah menghafalkan Al Qur'an.


“Ketahuilah bahwa yang terkandung dengan shohibul qur'an (orang yang membaca Al Qur'an) di sini adalah orang yang menghafalkannya dari hati sanubari. orang yang paling menghafal Kitabullah (Al Qur'an).'

Kedudukan yang bertingkat-tingkat di surga nanti tergantung dari banyaknya hafalan seseorang di dunia dan bukan tergantung pada banyak bacaannya saat ini, sebagaimana hal ini banyak disalahpahami banyak orang. Inilah keutamaan yang tampak bagi seorang yang menghafalkan Al Qur'an, namun dengan syarat hal ini dilakukan untuk mengharap wajah Allah semata dan bukan untuk mengharapkan dunia, dirham dan dinar. Ingatlah, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda,


"Kebanyakan orang munafik di tengah-tengah umatku adalah qurro'uha (yang menghafalkan Al Qur'an dengan niat yang jelek)." (HR.Ahmad)


Bagi yang sudah memiliki banyak hafalan, ikatlah hafalan tersebut dengan banyak kembalinya. Dari Abdullah bin 'Umar, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


إِنَّمَا مَثَلُ صَاحِبِ الْقُرْآنِ كَمَثَلِ الإِبِلِ الْمُعَقَّلَةِ إِنْ عَاهَدَ عَلَيْهَا أَمْسَكَهَا وَإِنْ أَطْلَقَهَا ذهَبَتْ


"Sejujurnya orang yang menghafalkan Al Qur'an adalah bagaikan unta yang terikat. Jika unta itu tidak akan lari. Jika dibiarkan tanpa dibekukan, maka dia akan pergi." (HR. Bukhari no. 5031 dan Muslim no. 789).


Dalam riwayat Muslim yang lain terdapat tambahan,


Perlindungan Lingkungan dan Perlindungan Lingkungan ذَكَرَهُ وَإِذَا لَمْ يَقُمْ بِهِ نَسِيَهُ


"Apabila orang yang menghafal Al Qur'an membacanya di waktu malam dan siang hari, dia akan mengingatnya. Namun jika dia tidak melakukannya, maka dia akan lupa." (HR.Muslim no.789)


Al Faqih Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin memiliki kebiasaan menghafal Al Qur'an di pagi hari sehingga bisa menguatkan hafalannya. Beliau rahimahullah mengatakan,


"Cara yang paling bagus untuk menghafalkan Al Qur'an -menurutku- adalah jika seseorang pada suatu hari menghafalkan beberapa ayat maka hendaklah dia mengulanginya pada keesokan paginya. Ini lebih akan banyak membantunya untuk menguasai apa yang telah dia hafalkan di hari sebelumnya. Ini juga adalah kebiasaan yang biasa saya lakukan dan menghasilkan hafalan yang bagus."


Mengisi Waktu Pagi-3


Membaca Dzikir-dzikir Pagi

Mengisi waktu pagi


Di antara dzikir di pagi hari yang mudah untuk kita baca adalah bacaan istigfar.


Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


مَصْبَحْتُ غَدَاةً قَطٌّ إِلاَّ اِسْتَغْفَرْتُ اللهَ مِائَةَ مَرَّةٍ


“Tidaklah aku berada di pagi hari (antara terbit fajar hingga terbit matahari, pen) kecuali aku telah beristigfar pada Allah sebanyak 100 kali.” (HR.An Nasa'i)


Dan bacaan istigfar yang paling sempurna adalah sebagaimana yang terdapat dalam shohih Al Bukhari dari Syaddad bin Aus radhiyallahu 'anhu, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, "Penghulu istigfar adalah apabila engkau bersedia,


اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ Perlindungan Lingkungan dan Perlindungan Lingkungan اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ


Ya Allah! Engkau adalah Rabbku, tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau. Engkaulah yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu. Aku akan setia pada perjanjianku dengan-Mu semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang kuperbuat. Aku mengakui nikmatnya -Mu aku dan aku mengakui dosaku, oleh karena itu, ampunilah aku sejatinya tiada yang mengampuni dosa kecuali Engkau." (HR.Bukhari no.6306)

Faedah dari bacaan ini adalah sebagaimana yang Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam sabdakan dari lanjutan hadits di atas, "Barangsiapa mengucapkannya pada siang hari dan meyakininya, lalu dia mati pada hari itu sebelum waktu sore, maka dia termasuk penghuni surga. Dan barangsiapa merekamnya pada malam hari dalam meyakini keadaannya, lalu dia mati sebelum waktu pagi, maka dia termasuk penghuni surga."

Bacaan sayyidul istigfar ini meliputi makna taubat dan terdapat pula hak-hak keimanan. Di dalam bacaan ini juga terkandung kemurnian ibadah dan kesempurnaan ketundukan serta perasaan sangat membutuhkan kepada Allah. Sehingga bacaan dzikir ini melebihi bacaan istigfar lainnya karena keutamaan yang dimilikinya.

Juga bacaan sederhana yang bisa kita baca adalah dengan membaca surat Al Ikhlas, Al Falaq dan An Naas masing-masing sebanyak 3x. Rasulullah Shallallahu :alaihi wa sallam bersabda,


« (قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ) وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ حِينَ تُمْسِى وَحِينَ تُصْبِحُ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ تَكْفِيكَ مِنْ كُلِّ شَىْءٍ »


“Membaca Qul huwallahu ahad (surat Al Ikhlas) dan Al Muwa'idzatain (surat Al Falaq dan An Naas) ketika sore dan pagi hari sebanyak tiga kali akan mencukupkanmu dari segala sesuatu).” (HR.Abu Daud no.5082)


WaLLAAHUa'lam

UMUR PANJANG

Dari 'Abdullah bin Busr, ada seorang Arab Badui bertanya pada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, siapakah manusia yang paling baik. Jawaban Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam,


مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ


"(Yang paling baik adalah) yang panjang umur dan baik pula amalnya." (HR. Tirmidzi, no. 2329; Ahmad, 4: 190).


Kalau kita perhatikan hadits di atas, yang bagus bukanlah hanya berumur panjang, namun baik pula amalan.


Oleh karena itu, jika kita menginginkan umur yang panjang, patut diingat dua hal:


1. Umur panjang adalah sebagai alasan bagi Allah, bahwa Allah telah memberi kesempatan pada kita untuk beramal.

2. Umur panjang adalah wadah untuk beramal. Boleh jadi isi wadah tersebut berisi amal shalih. Boleh jadi umur panjang berisi kesia-siaan, berakhlak dan beramal yang jelek. Akhirnya, isi wadah tadi akan ditanya. 


Ingatlah asal usulnya, di tengah jalan tak ada tempat berhenti sama sekali. Yang kita temui, ada yang punya jalan tujuan yang berbeda-beda. Ada yang cepat jalan, ada yang lambat jalan.


Allah Ta'ala berfirman,


إِنَّهَا لَإِحْدَى الْكُبَرِ (35) نَذِيرًا لِلْبَشَرِ (36) لِمَنْ شَاءَ مِنْكُمْ أَنْ يَتَقَدَّمَ أَوْ يَتَأَخَّرَ (37)


"Sesungguhnya Saqar itu adalah salah satu bencana yang sangat besar, sebagai ancaman bagi manusia. (Yaitu) bagi siapa di antaramu yang berkehendak akan maju atau mundur." (QS. Al-Muddatsir : 35-37)


Cuma disebutkan siapa yang mau maju atau mundur. Tak disebutkan pilihan ketiga untuk berhenti. Karena tak ada pilihan ketiga di luar surga dan neraka. Ujung akhir manusia hanyalah surga atau neraka. Karenanya bila seseorang tidak segera maju untuk beramal baik, maka ia akan telat dengan beramal jelek.


Jangan sampai kita menginginkan hasrat pada dunia,


قَلْبُ الشَّيْخِ شَابٌّ عَلَى حُبِّ اثْنَتَيْنِ حُبِّ الْعَيْشِ وَالْمَالِ


Masih ada yang sudah berumur memiliki hati seperti anak muda yaitu mencintai dua hal: cinta berumur panjang (panjang angan-angan) dan cinta harta. (HR.Muslim, no.1046)


Dalam riwayat lain disebutkan,


يَهْرَمُ ابْنُ آدَمَ وَتَشِبُّ مِنْهُ اثْنَتَانِ الْحِرْصُ عَلَى الْمَالِ وَالْحِرْصُ عَلَى الْعُمُرِ


Ada yang sudah tua dari usia, namun masih bernafsu seperti anak muda yaitu dalam dua hal: tamak pada harta dan terus panjang angan-angan (ingin terus hidup lama). (HR.Muslim, no.1047)


Rajinlah berdo'a seperti ini,


اللَّهُمَّ أكْثِرْ مَالِي، وَوَلَدِي، وَبَارِكْ لِي فِيمَا أعْطَيْتَنِي Perlindungan Lingkungan dan Perlindungan Lingkungan dan واغفِرْ لِي


Allahumma ak-tsir maalii wa waladii, wa baarik lii fiimaa a'thoitanii wa athil hayaatii 'ala tho'atik wa ahsin 'amalii wagh-fir lii (Ya Allah perbanyaklah harta dan anakku serta berkahilah karunia yang Engkau beri. Panjangkanlah umurku dalam ketaatan pada-Mu dan baguskanlah amalku serta ampunilah dosa-dosaku).


Jika memang ingin memiliki umur panjang, khususnya umur panjang adalah kesempatan untuk mengisinya dengan beramal shalih.


WaLLAAHUa'lam