Bismillahirrahmaanirahiim
Assalamu'alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirobbil
alamin, washolatu wassalamu 'ala asrofil ambiya iwal mursalin wa'ala alihi
wasohbihi aj ma'in. Amma ba'du.
Segala
puji bagi Allah Sang Penguasa alam semesta. Semoga salawat serta keselamatan
tercurahkan selalu kepada Nabi dan Rasul termulia. Berserta keluarga dan
sahabat-sahabatnya, semuanya.
Untuk
anak-anakku Aa Aqib, Neng Fathia dan Neng Queen. Abi dan Umi bangga dan sangat menyayangimu nak.
Abi
dan Umi selalu bahagia seraya memanjatkan syukur Alhamdulillahirabbil 'Alamin,
melihat kalian tumbuh dewasa. Melihat kalian sholeh sholehah, sing balageur nya
kaka Daffa, teteh Fatiha, dan dede Queensa...
Anak-anakku
Rahimakumullahu, ketika engkau lahir, itu adalah saat dimana pertama kalinya
Abi dan Umi mendengar tangis kebahagiaan. Tangisan yang memecahkan heningnya
dunia, tangisan yang akan selalu kami rindukan, tangisan yang menumbuhkan
harapan. Tangisan itu adalah tangisanmu, anakku. Saat kami memelukmu untuk
pertama kalinya, engkau putih bagaikan kertas. Hanya ucapan rasa syukur
Alhamdulillahirabbil'alamiin dan senyuman beriring linangan air mata bahagia
yang dapat kami berikan ketika itu kepadamu. Kami terpaku memandang matamu yang
bulat. Abi dan Umi tersenyum bahagia melihatmu telah hadir di dunia ini,
anakku. Ketika itu kami berjanji, nak, janji tentang suatu kebahagiaan yang
menentramkan bagimu. Engkau kebahagiaan yang dititip oleh Allah pada kami,
engkau cahaya dan bunga yang memberikan kedamaian yang amat sangat kepada kami.
Abi dan Umi sangat menyayangimu, anak-anakku.
Saat
engkau masih kecil dulu, anakku, kami berdoa dan mengusap ubun-ubunmu, kami
menyuapkan makanan padamu, kami menggantikan bajumu, kami pula yang
membersihkan kotoranmu. Sekarang, engkau telah dewasa, anakku. Engkau telah
mampu melakukan semua itu tanpa bantuan Abi dan Umi lagi. Dan nanti, seiring
bertambahnya umurmu, ketika kami tidak lagi sanggup menopang badan ini dengan
kaki kami sendiri, nak. Ketika Abi dan Umi tak lagi dapat mencarikan makan
untukmu. Ketika kami juga sudah tak mampu menggendongmu seperti dulu. Oleh
karna itu, disaat kami sudah tak sanggup lagi menopang tubuh ini, disaat Abi
dan Umi sudah tak lagi mampu berdiri dan berjalan. Jangan engkau hiraukan, nak.
Pergilah anak-anakku, besarkan dirimu, jadilah seseorang yang berguna. Jadilah
seorang pribadi yang menawan, anakku. Kami, Abi dan Umi, hanya ingin melihatmu
tumbuh menjadi seorang insan yang sholeh, sholehah dan menawan.
Saat
ini engkau telah lebih kuat, kini engkau telah lebih mengerti arti hidup nak.
Dunia telah mengajarimu tentang banyak hal. Kecerdasanmu tentu jauh lebih hebat
dibanding ketika kami masih membelai-belai hangat kepalamu dulu. Sekalipun
mungkin Abi dan Umi terlalu bodoh untuk memahami apa yang telah engkau dapatkan
di dunia ini, jangan pernah malu memiliki kami, nak. Sayangilah kami walaupun
tak sebesar kasih sayang yang pernah kami curahkan untukmu. Cintailah Abi dan
Umi ini, sekalipun itu tak sebesar cinta yang kami berikan dalam setiap
tidurmu. Ceritakan kepada kami apa yang telah engkau lihat diluar sana seolah
itu adalah cerita yang jauh lebih hebat dibanding cerita saat pertama kali
engkau dapat berjalan dulu.
Abi
dan Umi sadar bahwa kami bukanlah manusia yang sempurna, kami punya kekurangan,
kami juga melakukan kesalahan, kami punya kelemahan. Maafkan Abi dan Umi yang
dulu pernah memarahimu. Maafkan Abi dan Umi jika dulu pernah memukulmu. Maafkan
semua kesalahan yang pernah kami lakukan padamu. Maafkan Abi dan Umi jika
bernada bicara agak tinggi saat mengingatkan engkau agar tidak telat sholat,
maafkan Abi dan Umi jika bernada bicara agak tinggi jika melihat dan merasa apa
yang kamu lakukan kurang benar atau ataupun tidak benar, maafkan jika Abi atau
Umi ini tak mampu untuk senantiasa memenuhi permintaanmu untuk membeli sepatu
yang bagus, sepeda yang bagus, atau sepatu skateline seperti teman-temanmu
punya, sehingga jika ingin sesuatu kalian harus nabung dulu, maafkan kami jika
Umi hanya membuatkan roti atau es krim instan tepung pondan buatan umi sendiri,
untuk dibagikan ke teman-temanmu saat engkau ulang tahun. Itu semua kami
lakukan hanya karna demi kebaikanmu, anakku. Sekali lagi maafkan kami nak ...
Adalah
kebahagiaan yang tak terkira saat kalian salim tangan dan mencium pipi kami
setelah selesai sholat dan pulang mengaji, mengucap salam waktu keluar dan
masuk rumah, Abi dan Umi senaaang sekali tiap mendengarkan kalian membaca
Alquran. Terimakasih kaka Daffa nderes Qurannya, Terimakasih teteh Fatiha waktu abi sakit, teteh Fatiha membacakan
Quran disamping Abi, terimakasih juga untuk Queen yang dari TK kecil sudah
hafal surah Al-Kursi, Subhanallah sungguh suatu kebahagiaan yang tak terkira
....., Abi dan Umi senang saat melihat kalian di dapur menggoreng telur,
membuat nasi goreng, membantu menanak nasi di magic jar,
Anak-anakku,
kehidupan akhirat jauh lebih baik dan kekal, dari pada kehidupan dunia yg remeh
temeh, sendau gurau dan sangat singkat ini... seperti firman Allah SWT dalam
Q.S. Al-An'Am ayat 32: ”Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main
dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi
orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?”...
Pesan
dari Abi dan Umi, jalankan sholat 5 waktu, baca Alquran, jalankan sunnah
tahajud dan dhuha, jagalah hati, pegang teguh iman, selalu ingat bahwa Allah
selalu melihatmu, selalu ingat Allah dalam keadaan suka maupun duka, jemputlah
janji Allah yang banyak dan tesebar dalam kitabNya, berfikir positif dan
lakukanlah hal yang baik, jalin silaturahim, datangilah majelis taklim, berkumpul dengan orang sholeh atau
teman-teman yang baik, rutinkan
bersedekah, jangan lupa zakat, berhati-hatilah dalam melangkah, ukur tiga kali
sebelum memotong sekali, hati-hati dalam berbicara, sertakanlah Allah dalam
setiap langkah-langkahmu anak-anakku.
Jangan takkabur dan sombong, cita-cita boleh setinggi langit tetapi kaki
kita harus tetap menginjak bumi. Ingat-ingat pesan Umi nak, Hirup mah kudu
optimis. Dituntun ku santun. Diasuh ku lungguh. Dipiara ku rasa. Diasah ku
kanyaah. Dijaga ku du'a kanu kawasa. Santun ka saluhureun. Hormat ka sasama.
Someah ka semah. Akur jeung papada dulur. Hirup sauyunan...
Janganlah
kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah
orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang
beriman. (QS Ali ‘Imran [3]: 139)
Anak-anakku,
air mata kami ini takkan lagi dapat engkau artikan sebagai sebuah harapan akan
kebahagiaanmu kelak. Kini, kami dapat melihat dan menatapmu dari jauh. Kau
sudah besar sekarang nak, jadilah orang yang berguna bagi agama, keluarga, dan
bagi orang lain, anak-anakku.
Kini,
hanya engkau yang kami miliki, engkau adalah harapan Abi dan Umi. Dalam
kedewasaanmu, anakku, kami tak lagi dapat memarahimu, kami tak lagi dapat
memukulmu, kami tak lagi dapat memberikan nasihat yang bijak padamu. Abi dan
Umi hanya berusaha memberikan contoh kepadamu, Abi dan Umi tidak akan pernah menuntutmu untuk
memberikan sebuah tempat tidur yang nyaman. Kami tidak akan meminta tempat bernaung
padamu, anakku, karena ketika engkau telah berbahagia, ketika engkau telah
merasakan ketentraman, maka itulah kebahagiaan hakiki yang juga akan kami
rasakan, itulah ketentraman yang amat menenangkan bagi kami. Engkau tak perlu
khawatir mengapa kami harus menangis, engkau tak perlu cemas melihat keadaan
kami. Berbahagialah anakku, berbahagialah! Engkau pantas untuk mendapatkan itu.
Anakku-anakku
yang tersayang, Abi dan Umi tidak tahu kapan ajal itu datang, tapi pasti
datang. Kelak jika nanti Abi dan Umi meninggalkan dunia ini, mohon jangan
engkau menangis ya nak. Lepaskanlah kami dengan hati yang ikhlas. Tersenyumlah,
anakku, senyummu menenangkan kami. Tersenyumlah seperti yang pernah engkau
berikan ketika engkau dilahirkan dulu. Jangan lupakan Abi dan Umi. Ingatlah
nasihat-nasihat baik dan contoh yang baik yang selalu kami berikan kepadamu,
jangan tiru contoh buruk dan hal bodoh yang kami lakukan, dan ingatlah ketika
kami memarahimu dulu. Kelak, ketika Abi dan Umi takkan pernah dapat melihatmu
lagi, ketika Abi dan Umi tak bisa mengawasimu lagi, ketika Abi dan Umi sudah
tak bisa memegang tanganmu lagi, ketika Abi dan Umi juga tak dapat mencium
keningmu lagi, jagalah dirimu sebaik mungkin, anakku. Engkau anak-anak Abi dan
Umi, harus senantiasa tersenyum dalam kebahagiaan yang menentramkan.
Ingat
nak, Abi dan Umi ini hanya bertugas menjemput rizki, dan sama sekali tidak bisa
memberi rizki. Jadi jangan khawatir, jika penjemput rizki pergi maka
sesungguhnya pemberi rizki itu abadi yaitu Allah SWT.
Nak,
sempatkankah waktu untuk mendoakan Abi dan Umi sehabis sholat, dan sempatkanlah
waktu sejenak mendoakan kami disela-sela kesibukanmu, jika engkau mempunyai
waktu, kelak datanglah ke pemakaman tempat Abi dan Umi tertidur untuk terakhir
kalinya. Siramilah kami dengan doamu, berdo'alah kepada Allah untuk kami,
anakku.
Saat menulis ini, Abi dan Umi membayangkan anak cucu Abi dan Umi banyak yang hafal Al Quran dan setiap selesai dengan hafalannya selalu berdoa dan menghadiahkan kepada kami di alam kubur.
Sekali lagi, maafkan semua kesalahan yang pernah Abi dan Umi lakukan padamu, maafkan kami nak ... maafkan. Kami bangga mempunyai anak-anak sepertimu. Semua kesalahan yang pernah engkau lakukan pada Abi dan Umi telah lama kami maafkan. Engkau anak-anak Abi dan Umi, kami menyayangimu nak... kami menyayangimu....
Saat menulis ini, Abi dan Umi membayangkan anak cucu Abi dan Umi banyak yang hafal Al Quran dan setiap selesai dengan hafalannya selalu berdoa dan menghadiahkan kepada kami di alam kubur.
Sekali lagi, maafkan semua kesalahan yang pernah Abi dan Umi lakukan padamu, maafkan kami nak ... maafkan. Kami bangga mempunyai anak-anak sepertimu. Semua kesalahan yang pernah engkau lakukan pada Abi dan Umi telah lama kami maafkan. Engkau anak-anak Abi dan Umi, kami menyayangimu nak... kami menyayangimu....
‘Allahumma
anta Rabbii. Laa ilaha illa anta. Kholaqtanii, wa ana ‘abduka. Wa ana ‘ala
‘ahdika wawa’dika mastatho’tu. A’udzubika min syarri ma shona’tu. Abu’u laka
bini’matika ‘alayya. Wa abu’u bidzanbii, faghfirli. Fa innahu la yaghfirudz
dzunuba illa anta.
(Ya
Allah, Engkaulah Rabbku. Tiada Ilah yang hak kecuali Engkau. Engkau telah
menciptakanku dan aku adalah Hamba-Mu, dan aku senantiasa memegang teguh
janji-Mu sekuat tenagaku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang telah
kuperbuat. Aku mengakui anugerah nikmat-Mu bagi diriku dan aku juga mengakui
dosa-dosaku, maka ampunilah aku. Sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa-dosa
kecuali Engkau.’”
Rabbana
hab lana min azwajina wa dzurriyyatina qurrata a’yunin waj-’alna lil-muttaqîna
imama.
Artinya,
"Ya
Tuhan kami, anugerahkan kepada kami, pasangan kami dan keturunan kami sebagai
penyejuk hati kami, dan jadikan kami pemimpin bagi orang-orang yang
bertakwa". (QS. Al Furqaan : 72)
Wassalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh