This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Monday, April 7, 2025

Kisah suku Sukus dan suku Tukus semenjak datangnya si Gago dan si Sago.

Syahdan di suatu samudera terdapat dua pulau yang bertetangga. Sebut saja Pulau Aya dan Pulau Baya . Di pulau Aya, suku Sukus hidup sejahtera. Mereka dikarunia daratan yang subur. Mereka hidup bercocok tanam. Pertanian mereka menghasilkan aneka sayuran dan buah-buahan tropis. Ikan dan sumber daya laut sangat melimpah. Tidak hanya itu, Pulau Aya terkenal dengan panoramanya yang indah. Gemericik air terjun bisa ditemui di banyak tempat. Sungai-sungainya yang jernih juga menjadi daya tarik tersendiri. Tak heran bila pulau ini menjadi tempat tujuan para pelancong dan wisatawan lokal maupun luar pulau.


Masyarakat Sukus dikenal memiliki peradaban yang cukup maju. Mereka beruntung, pulau yang mereka tempati menghasilkan emas. Dan mereka bekerja keras untuk mendapatkan logam mulia ini. Hampir semua anggota suku memiliki emas dan menyimpannya sebagai simbul harta kekayaan.


Selain sebagai simbul peradaban, emas juga berfungsi sebagai alat transaksi. Sejak Saka, sang ketua suku, mencetak koin emas, maka semua transaksi jual beli yang semula dilakukan dengan barter beralih dan diukur dengan emas. Berdagang pun menjadi lebih mudah dan simpel.


Meskipun begitu, mereka tidak mendewa-dewakan emas sebagai satu-satunya pencapaian. Kehidupan sosial mereka tampak lebih penting. Ini bisa dilihat dari cara mereka yang saling tolong-menolong. (Kami di dunia setan sangat membenci perilaku ini). Ketika anggota suku perlu membangun rumah baru karena rumah lama tersapu ombak, yang berarti menguras emas simpanannya, anggota-anggota suku lainnya dengan suka rela meminjamkan emas miliknya. Hebatnya, tanpa charge atau tambahan apapun. “Dasar manusia bodoh, sudah meminjamkan uang kok tidak mau minta kompensasi,” begitu gerutuan kami.


Kami semakin pusing karena tidak terbatas itu saja, mereka juga bergotong royong satu sama lain dengan ikhlas. Padahal kami ingin, paling tidak, mereka lakukan ini dengan riya. Pantaslah bila kehidupan mereka meskipun sederhana tapi diliputi semangat kesetiakawanan yang tinggi. Anggota suku terbiasa bahu-membahu mengatasi persoalan bersama. Boleh dikata, mereka hidup rukun dan damai.

Sementara pulau tetangganya, Pulau Baya, didiami suku Tukus. Kebanyakan penduduknya bekerja sebagai petani. Mengolah lahan di sawah atau ladang dan memelihara ternak. Sebagian lagi yang memiliki ketrampilan khusus, memproduksi kerajinan tangan.


Dibandingkan suku Sukus, mereka lebih sederhana. Mereka masih menggunakan sistem barter dalam transaksi keseharian. Yang menghasilkan padi menukar berasnya dengan kerajinan tangan atau sebaliknya. Boleh dibilang secara ekonomi, kesejahteraan mereka di bawah suku Sukus. Mereka memang kebanyakan hanya pekerja kasar. Mereka tidak memiliki pusat kota yang indah dan maju seperti halnya Sukus. Sesekali mereka menjual hasil bumi dan handicraft mereka ke suku Sukus. Mereka, apalagi para wanitanya, sangat senang menerima koin emas sebagai jasa dari padi atau kerajinan tangan yang mereka hasilkan. Meskipun berbeda dalam hal kesejahteraan, ada satu persamaan menonjol di antara Sukus dan Tukus. Mereka sama-sama hidup damai, rukun, dan saling tolong-menolong. Mereka sering .bersilaturahmi dan menjalankan ritual agamanya dengan tenang.


Sampai akhimya datang tamu istimewa ke suku Sukus. Berpenampilan perlente, dua orang asing turun dari kapal yang berlabuh di pulau Aya. Gago dan Sago, begitu mereka mengenalkan diri saat dijamu oleh Saka, pimpinan suku Sukus. Kedua tamu ini disambut dengan suka cita. Saka dan para pembantunya sangat terkesan dengan kisah Gago dan Sago yang mengaku sudah melanglang buana. Sebagai bukti, kedua orang asing itu lalu memamerkan koin emas asing yang mereka kumpulkan dari berbagai tempat perlawatan.


Satu hal lagi dan ini yang paling menarik bagi Saka dan punggawanya adalah kertas yang dinyatakan sebagai uang. Gago dan Sago lalu memperkenalkan bagaimana uang kertas jauh lebih efisien ketimbang emas yang sehari-hari mereka pakai. Itulah kenapa uang kertas ini sudah dipakai di negara-negara yang jauh lebih maju dibanding tempat mereka tinggal. Gago dan Sago yang mulai mendapat respon positif semakin bergairah menjelaskan uang kertas ini kepada sang tuan rumah. Lalu, mereka memperkenalkan mesin pencetak uang.


“Gambar Anda nanti akan terpampang dalam lembar uang kertas ini,” Gago menunjuk uang kertas sembari menyunggingkan senyum kearah Saka.


“Benarkah?” sela Saka berbinar. Dalam hati Saka girang bukan kepalang. Seumur hidupnya, tidak ada orang yang memberikan penghormatan sebagaimana dua tamu istimewanya.


Kami pun membisikkan ke dada Saka,”Hai Saka, kalau uang kertas bergambarkan dirimu diterbitkan, pasti kamu menjadi manusia terkenal hingga daratan yang pernah disinggahi para tamumu yang luar biasa itu.”


“Seratus persen Anda akan menjadi orang terkenal!” Sago menimpali sembari mengangkat dua ujung jempol tangannya ke atas. Sago memang agen tulen kami. Tanpa kami bisikan sesuatu, la sudah tahu apa yang harus diperbuat. Dan pujian itu pun melambungkan angannya. Ha.ha..ha…pancingan Gago dan Sago mengena. Dua agen kami ini pun semakin antusias meyakinkan suku Sukus bahwa mata uang kertas akan sangat membantu membuat perekonomian mereka efisien.


Dan untuk kepentingan itu, sebuah institusi bernama bank perlu didirikan. Bank akan me¬nyimpan deposit koin emas mereka yang menganggur (idle). Lalu, uang deposan ini sebagai taktik, ya hanya sekedar taktik bisa dipinjamkan kepada anggota suku Sukus yang memerlukan. Dengan demikian, kesannya semua sumber daya yang ada rnenjadi optimal karena dialokasikan untuk kegiatan ekonorni produktif.


Suku Sukus yang terkenal suka. membantu sangat impresif dengan ide itu. Mereka pikir lembaga ini sangat luar biasa karena bisa melanjutkan tradisi mereka untuk membantu orang lain. Jadilah ide itu diamini dan dilanjutkan dengan mendirikan bangunan yang difungsikan sebagai bank yang pertama di Pulau Aya .


Upacara pembukaan perdana bank Aya,sebut saja begitu, sangat meriah. Orang sepulau tumplek blek jadi satu, rnerayakan hari yang bersejarah itu, Sebagian besar dari mereka sudah membawa koin emas yang selama ini disimpan dibawah bantal. Setiap satu koin emas yang mereka simpan, mereka mendapatkan ganti uang kertas dengan jaminan bila sewaktu-waktu mereka menghendaki, mereka bisa menukarkan kembali uang kertas yang saat ini mereka terima dengan koin emas yang pernah mereka simpan.


Hampir semua anggota suku Sukus menyimpan koin emas mereka di Bank Aya. Sejumlah 100.000 lembar uang kertas diserahkan, yang berarti Bank Aya yang dimotori Gago dan Sago rnenerima 100.000 koin emas. Tak terasa, akhirnya penduduk negeri Pulau Aya begitu menikmati uang kertas itu. Mereka merasakan, dengan menggunakan uang kertas itu, transaksi yang mereka lakukan jauh lebih simpel dan nyaman.


Praktis sernakin jarang orang yang menggunakan koin emas dalam transaksi sehari-hari. Sampai akhirnya uang kertas menjadi mata uang dominan .Kenapa mereka begitu? Karena selain lebih memudahkan transaksi, mereka juga bisa dengan mudah menukarkan uang kertas mereka dengan koin emas jika mereka memerlukan. Untuk yang satu ini, Gago dan Sago sangat menjaga kepercayaan. Setiap kali ada yang mau menukarkan, kali itu juga koin emas diberikan. Demikian seterusnya sehingga lama-lama orang tidak khawatir dengan uang kertas miliknya. Toh kalau mereka mau, mereka bisa menukarkannya sepanjang waktu.


Perkembangan ini temyata menjadi berita di mana-mana. Suku Tukus yang mendiami pulau Baya, diam-diam memuji dan ingin sekali praktik yang sama juga diterapkan di pulau mereka. Bayangkan, dari semula melakukan jual beli dengan cara barter, tiba-tiba ada sistem super canggih yang bisa membantu mereka melakukan transaksi dengan sangat mudah dan efisien.


Tak sabar, mereka mengutus duta menemui Gago dan Sago. Mereka minta agar sistem yang mereka bawa juga bisa diterapkan di Pulau Baya. Gago menyanggupi. Dia meminta Sago untuk membuka cabang Bank Aya di Pulau Baya dan mengangkat Sago sebagai manajernya. Hanya bedanya, di sini hanya sedikit penduduknya yang memiliki koin emas.


“Anda tidak perlu kecil hati,” kata Sago menghibur.”Tanpa koin emas pun Anda bisa mengenyam kenikmatan sebagaimana tetangga pulau Anda,” dia bermanis-manis menerangkan. Tentu saja keterangan ini disambut gembira oleh penduduk Pulau Baya.A ha!, Sago betul-betul agen kami yang cemerlang. Otak bulusnya benar-benar tidak menyimpang dari program yang sudah kami tanamkan: keserakahan.


Begitulah,mulailah Sago membagikan uang kertas. Ada 100 kepala keluarga di pulau itu. Setiap kepala keluarga diberikan 1000 lembar uang. Jadi total uang yang tersirkulasi di pulau Baya mencapai 100.000. “Karena Anda tidak menyimpan koin emas seperti halnya penduduk pulau seberang, sebagai gantinya, Anda bisa menggunakan uang yang telah saya bagikan.”


Apa yang dikatakan Sago itu disambut dengan senang. Tepuk tangan riuh membahana. Mereka bersyukur, sebentar lagi negeri mereka tidak akan sekolot dan seprimitif tempo hari. Namun, Sago kemeriahan itu sempat hening ketika Sago menyela,” Harap diingat. Uang yang saya bagikan tadi tidak gratis. Ini adalah pinjaman. Nanti setelah setahun dari saat ini, Anda harus mengembalikan uang ini plus 100 lembar uang tambahan.”


“Kenapa harus ada tambahan 100? Kenapa tidak mengembalikan sejumlah yang kami pinjam?” seorang pemuka suku Tukus menyela.


“Huuh ! Dasar manusia bebal,” umpat kami yang tak sabar mendengar jawaban cerdas dari Sago.


“Betul Anda memang hanya meminjam 1000.Yang 100 itu adalah untuk membayar jasa yang kami sediakan,” ujar Sago dengan senyum lepas menjelaskan. Penjelasan brilian! Kami turut puas. Tak terasa air liur kami berloncatan di sela-sela taring-taring kami yang panjang menunggu agar para manusia bodoh itu tak lagi rewel menyoal tambahan yang wajar.


Meski ada yang masih mengganjal,penjelasan Sago cukup tepat untuk membungkam naluri kritis warga Tukus.itu terlihat dari tak surutnya minat warga Tukus untuk mengambil tawaran Sago.Paling tidak, mereka bisa merasakan mudahnya bertransaksi dengan uang kertas.Dan yang lebih penting lagi, menikmati status sebagai warga dunia baru (Ingat program Iblis : Tatanan dunia baru).Modern dan prestisius.


Setelah sekian lama, dua agen kami itu mulai memainkan kartu truf. Dari pengamatan Gago, dipulau Aya rata-rata hanya sekitar 10 persen uang kertas yang ditukarkan ke koin emas pada setiap waktu. Sisanya 90 persen tetap berada dikotak penyimpanan Bank Aya. Mencermati bahwa uang kertas mereka sudah merajai alat tukar, kami pun tergelak.


“Hai Gago, kenapa tidak kau cetak uang lagi? Bukankah hanya sedikit dari meraka yang menukarkan uang kertasnya dengan koin emas? Bukankah kau bisa meraup untung luar biasa dengan cara ini? Ayolah kawan, tunjukkan otak cerdasmu,” begitu kami tak henti menggelitiki Gago.


Dan benar, Gago memang agen kami yang jempolan. la lalu mencetak uang kertas lebih banyak. Tidak tanggung-tanggung hingga 900.000. Dalam kalkulasinya, jumlah ini, ditambah jumlah uang kertas yang telah dibagikan sebelumnya, totalnya 1.000.000. Kalau ada orang yang datang hendak menukarkan uang kertas ini, berdasarkan pengalaman yang sudah-sudah hanya 10 persen saja. Nah, kalau ini yang terjadi, bukankah la menyimpan 100.000 koin emas, yang tidak lain adalah koin yang telah disetor oleh seluruh penduduk Sukus? Kalau hitung-hitungan pahit itu benar-benar terjadi, bukankah cadangan koin emas yang diperlukan sudah cukup?


Fantastic! Creating Money from nothing! Menciptakan uang dari kekosongan. Hanya orang-orang seperti Gago, kawan kami, yang bisa. Begitulah. Akal bulus Gago bergerak. la pinjamkan 900.000 uang kertas yang baru dicetaknya kepada warga Sukus yang memerlukan. Kalau di pulau Baya, Sago rnengutip tambahan ekstra sebesar 10 persen dari pokok, nah Gago meningkatkan kutipan hingga 15 persen. Artinya kalau seseorang meminjam 1000 lembar uang kertas, di akhir tahun la harus mengembalikan 1150 uang kertas, dimana 150-nya adalah charge dari layanan yang kami berikan.


Hari pun berganti. Bulan berjalan begitu cepat.Tak terasa setahun pun lewat. Apa yang terjadi dengan suku Sukus dan Tukus? Pelan tapi pasti, penduduk pulau Aya merasakan harga-harga kebutuhan barang dan jasa mereka naik. Mereka tidak tahu apa penyebabnya. Banyak di antara orang yang meminjam uang dari Gago mengalami gagal bayar. Mereka bukan orang pemalas atau penganggur. Tapi meski telah bekerja keras, mereka masih kesulitan melunasi utang berikut bunganya. Dan mereka memang tidak akan pernah bisa. Bahkan ketika mereka menjadikan 24 jam untuk bekerja. Lihatlah, uang yang dipinjamkan 900.000 bila ditambah bunga 15 persen, berarti senilai 135.000 atau jumlah total mencapai 1.135.000. Padahal, jumlah uang yang beredar hanya 1.000.000 (100.000 diberikan sebagai ganti 100.000 keping koin emas,ditambah uang baru 900.000 yang dicetak Gago).


Dan inilah panen raya yang kami tunggu. Kesuksesan Gago dan Sago. kami sebut begitu,karena sistem yang dikenalkan dua agen top kami itulah yang pertama kali mengubah watak bisnis kekeluargaan menjadi bisnis yang individual kompetitif. Kehidupan sosial mereka yang harmonis, penuh toleransi dan tolong menolong, perlahan luntur. Masing-masing kepala, apalagi yang berhutang harus bekerja keras demi mengejar uang untuk melunasi kewajibannya. Sehingga, ketika ada ombak besar menyapu sebagian rumah penduduk, kebiasaan mereka untuk saling bantu luntur. Prinsip saling membantu berubah menjadi : Time is money. Membantu orang boleh tapi harus ada kompensasinya : UANG. Sisi kehidupan sosial yang akrab perlahan berubah menjadi individual.Masing-masing mulai terbebani untuk berusaha keras demi kepentingan masing-masing.Sungguh perubahan yang sulit sekali kami capai sendirian,bila tanpa dua kaki tangan kami si Gago dan Sago.


Hal yang sama pun dialami Suku Tukus. Awalnya mereka tidak menyadari. Namun, lambat laun mereka merasakan perubahan. Kebutuhan pokok yang dulunya cukup ditukar dengan barang kerajinan atau sebaliknya, kini mulai sedikit bermasalah. Mereka tidak tahu kenapa tanpa terasa, dengan berlalunya waktu, harga-harga terus merambat naik. Padahal, mereka telah membanting tulang dan bekerja lebih keras. Kerjasama antar warga yang semula menjadi tradisi, lama-kelamaan juga mulai luntur. Mereka menjadi egois, diburu kebutuhan masing-masing. Toh di akhir tahun tidak semua bisa membayar kewajibannya. Seperti dialami suku Sukus, suku Tukus pun anggotanya banyak yang default alias gagal bayar.


Melihat perkembangan ini, kami di dunia setan pun bersuka ria. Betapa tidak, dimana kerakusan menjadi idiologi, di situlah singgasana kami dibangun. Karena itu, kami pun semakin rajin membisiki Gago dan Sago untuk tidak hanya berhenti di sini saja. Tapi untuk semakin menguasai manusia-manusia bodoh yang dulunya berlagak saling bantu itu.


Gago dan Sago memang sangat impresif. Mereka adalah ciptaan jenius. Terbukti ketika mereka melancarkan dua trik lanjutan untuk memenangkan keadaan. Kepada para penunggak sebagian ada yang dipaksa membayar. Caranya, dengan menyita harta benda mereka. Rumah, sawah, ternak dan maupun harta benda lainnya pun segera berpindah tangan. Sementara penunggak yang mempunyai hubungan baik dengan Gago dan Sago diberi kesempatan untuk memperpanjang masa angsuran. Kebetulan Taka, pim¬pinan suku Tukus, salah seorang di antara penunggak. Maka untuk atas nama “kebaikan hati” Sago bukan saja memberikan tambahan waktu mengangsur utang, tapi juga memberikan tambahan utang baru. Kenapa? Dia beralasan utang ini biar bisa dipakai untuk melancarkan kegiatan produktifnya. Namun alih-alih bisa membayar periode berikutnya, Taka kembali tak bisa melunasi utangnya.


Malu karena tak bisa membayar kewajiban, Taka menarik diri dan menghindari bertemu dengan Sago. la mulai kehilangan kepercayaan diri. Kewibawaannya sebagai kepala Suku Tukus berbalik ke titik nadir. Sementara, Sago yang semula berlagak membantu, kini tinggal melakukan eksekusi. la semakin kaya. la pun berubah lagaknya Tuan Besar. Ha..ha..ha… Dalam dunia kami, kedua agen ini memang layak sombong. Karena kepintaran dan ke¬jeniusannya. Hanya orang-orang dengki saja yang menyebut cara-caranya menguasai manusia-manusia bodoh itu sebagai keculasan. Tidak bermoral? Ini hanya retorika gombal, persetan dengan moral.


Setelah beberapa tahun berselang, Gago dan Sago yang semula datang ke Aya dan Baya dengan modal mesin pencetak uang, kini telah menjadi pemilik hampir semua kekayaan di dua pulau tersebut. Mereka menguasai ekonomi dan properti. Lambat laun, dengan uang, mereka pun beroleh kekuasaan baru: menguasai politik negeri itu.


Sementara masyarakat dua pulau itu tinggallah sebagai pekerja kasar. Kemiskinan tiba-tiba seperti menjadi endemik yang terus menyebar cepat. Mereka bekerja keras, untuk hasil yang sedikit. Mereka kehilangan waktu untuk saudara dan tetangga. Mereka semakin jarang melakukan upacara keagamaan. Lebih parah lagi, mereka semakin tidak perhatian satu sama lain.


Kejahatan yang semula hanyalah cerita yang sering mereka dengar dari negara antah berantah, kini menghampiri marak di depan hidung mereka sendiri. Karena tidak bisa bayar utang, mereka mengorbankan anak dan bahkan istrinya untuk diperbudak. Prostitusi yang semula begitu tabu bagi mereka, seperti menjadi budaya baru. Semua budaya yang datang dari Gago dan Sago, dianggap superior. Budaya lokal pun lambat laun punah. Gago dan Sago telah menguasai semua, tak ada yang tersisa: ekonomi, budaya, kekuasaan, dan keadilan yang bisa mereka beli melalui uang.


Namun ini bukan akhir petualangan mereka. Mereka tak hanya ingin menaklukkan dua pulau Aya dan Baya. Mereka ingin semua pulau di dunia berada dalam pengaruh kekuasaan mereka. Target mereka bukan untuk menaklukkan tentara musuh di negara-negara jauh. Tapi, menaklukkan ekonomi mereka. Membuat mereka terkesan, lalu ketika saatnya tiba, mencekik mereka dengan sekali hentak: melaiui uang kertas tanpa jaminan, aturan cadangan 10 persen, dan bunga. Tiga kombinasi jurus ini, sudah terbukti ampuh. Setidaknya, dua penduduk negeri sudah mereka kuasai.


Perangkap inilah yang dengan cerita dan intensitas berbeda terjadi dalam krisis di Asia Tenggara. Cara-cara yang sama akan terus kami kembangkan, sehingga segelintir agen kami yang berkuasa, menyisakan masyarakat banyak yang hidup sengsara. Kalau di kawasan itu sekarang sudah mulai recovery, sasaran bisa dialihkan ke tempat lain. Boleh juga, di kawasan yang sama, tentu menunggu saat yang tepat muncul kembali. Saat-saat balon ekonomi dan keuangan tak lagi bisa menggelembung. Saat-saat ketika manusia kelimpungan. Saat-saat ketika kami untuk kesekian kali merayakan kemenangan karena tiga pilar utama setan, fiat money, fractional reserve requirement, dan interest berhasil menggoyang ekonomi. Cerita ini disadur dari buku satanic finance karya A. Riawan Amin.

Friday, March 7, 2025

MANFA'AT SEDEQAH

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


مَنْ تَصَدَّقَ بِعَدْلِ تَمْرَةٍ مِنْ كَسْبٍ طَيِّبٍ وَلاَ يَقْبَلُ اللهُ إِلاَّ الطَّيِّبَ فَإِنَّ اللهَ يَقْبَلُهَا بِيَمِيْنِهِ ثُمَّ يُرَبِّيْهَا لِصَاحِبِهِ كَمَا يُرَبِّيْ أَحَدُكُمْ فَلُوَّهُ، حَتَّى تَكُوْنَ مِثْلَ الْجَبَلِ.


"Barangsiapa yang bersedekah dengan sesuatu yang senilai dengan sebutir kurma dari usaha yang halal, sedangkan Allah tidaklah menerima kecuali yang thayyib (yang baik), maka Allah akan menerima sedekahnya dengan tangan kanan-Nya kemudian mengembangkannya untuk pemiliknya seperti seorang di antara kalian membesarkan kuda kecilnya hingga sedekah tersebut menjadi besar seperti gunung." (HR. Bukhari, no. 1410 dan Muslim, no. 1014)


Manfaat sedekah di antaranya adalah dapat menjaga badan serta dapat menolak berbagai musibah dan penyakit. Dari Al-Aswad bin Yazid, dari 'Abdullah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


دَاوُوا مَرْضَاكُمْ بِالصَّدَقَةِ


"Mintalah kesembuhan penyakitmu (kepada Allah) dengan bersedekah." (HR. Al-Baihaqi, 3:193)


Ada kusah, penulis kitab Al-Mustadrak, Imam Abu 'Abdillah Al-Hakim pernah mengalami cacar selama hampir setahun. Lantas ia meminta doa kepada orang-orang saleh, dia terus memperbanyak itu. Ia pun rajin bersedekah kepada kaum muslimin dengan memberikan minum pada rumah-rumah mereka. Orang-orang pun memanfaatkan minuman tersebut. Ternyata lewat beberapa pekan, Allah tampakkan kesembuhan baginya, cacar tadi hilang dan wajahnya kembali seperti sedia kala.


WaLLAAHUa'lam

DO'A SESAMA ORANG BERIMAN MELEBUR DOSA

Dari 'Aisyah dan Anas bin Malik, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda,


مَا مِنْ مَيِّتٍ يُصَلِّي عَلَيْهِ أُمَّةٌ مِنْ الْمُسْلِمِينَ يَبْلُغُونَ مِائَةً كُلُّهُمْ يَشْفَعُونَ إلَّا شُفِّعُوا فِيهِ


"Tidaklah seorang mayit dishalati oleh sekelompok kaum muslimin yang jumlahnya hingga 100 orang, maka mereka semua akan memberikan syafa'at pada mayit tersebut" (HR. Muslim no. 947 dan An Nasai no. 1991)


Dari Ibnu 'Abbas, ia berkata,


مَا مِنْ رَجُلٍ مُسْلِمٍ يَمُوتُ فَيَقُومُ عَلَى جِنَازَتِهِ أَرْبَعُونَ رَجُلًا لَا يُشْرِكُونَ بِاَللَّهِ شَيْئًا إلَّا شَفَّعَهُمْ اللَّهُ فِيهِ


"Tidaklah seorang muslim meninggal dunia lalu ia dishalati (dengan shalat jenazah) oleh 40 orang di mana mereka tidak berbuat syirik kepada Allah dengan sesuatu apa pun melainkan orang yang dishalati tadi akan mendapatkan syafa'at dari mereka." (HR. Muslim no. 948)


Kedua hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim. Ini adalah do'a bagi seorang mukmin setelah ia mati. Tidak boleh dipahami bahwa ampunan bagi orang mukmin yang bertakwa ini disyaratkan jika ia menjauhi dosa besar, lalu dosa-dosa kecilnya saja yang diampuni. Penjelasan ini menunjukkan bahwa dosa si mayit tadi diampuni menurut dua kubu yang berselisih. 


Dua kubu di sini: pertama, yang menganggap bahwa kebaikan hanya menghapuskan dosa kecil sedangkan dosa besar harus dengan taubat, dan kedua, yang menganggap bahwa kebaikan itu bisa menghapus dosa besar sekaligus. Pendapat kedua inilah yang dipilih oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah.


Dari sini dipahami pula bahwa do'a merupakan sebab ampunan bagi si mayit.


WaLLAAHUa'lam

MENJAGA ALLAH TA'ALA

Nasehat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pada sahabat junior, Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, berikut potongan hadits tersebut yang penuh makna,


احْفَظِ اللَّهَ يَحْفَظْكَ


"Jagalah hak Allah, niscaya Allah akan menjagamu." (HR. Tirmidzi, no. 2516 dan Ahmad, 1:293).


Disebutkan dalam Jami' Al-'Ulum wa Al-Hikam (1:462), yang dimaksud menjaga hak Allah di sini adalah menjaga batasan-batasan, hak-hak, perintah, dan larangan-larangan Allah. Yaitu seseorang menjaganya dengan melaksanakan perintah Allah, menjauhi larangan-Nya, dan tidak melampaui batas dari batasan-Nya (berupa perintah maupun larangan Allah). Inilah yang disebutkan dalam firman Allah,


هَذَا مَا تُوعَدُونَ لِكُلِّ أَوَّابٍ حَفِيظٍ ,مَنْ خَشِيَ الرَّحْمَنَ بِالْغَيْبِ وَجَاءَ بِقَلْبٍ مُنِيبٍ


"Inilah yang dijanjikan kepadamu, (yaitu) kepada Setiap hamba yang selalu kembali (kepada Allah) lagi memelihara (semua peraturan-peraturan-Nya), (yaitu) orang yang takut kepada Tuhan yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan (olehnya) dan Dia datang dengan hati yang bertaubat." (QS. Qaaf: 32-33)


Bentuk menjaga hak Allah

1. Menjalankan shalat, bahkan ini adalah bentuk perkara yang paling penting untuk dijaga.

2. Menjaga bersuci, karena bersuci adalah pembuka shalat.

3. Menjaga kepala dan perut. Bentuk menjaga kepala adalah menjaga pendengaran, penglihatan dan lisan dari berbagai keharaman. Sedangkan bentuk menjaga perut adalah menjaga apa yang ada di dalamnya yaitu menjaga hati dari perkara haram, serta menjaga perut dari dimasuki makanan dan minuman yang haram.

4. Menjaga lisan dan kemaluan.

5. Belajar ilmu agama sehingga bisa menjalankan ibadah dan muamalah dengan baik, serta berdakwah dengan ilmu untuk diajarkan pada yang lain.


WaLLAAHUa'lam

BERSEGERA DALAM KEBAIKAN

Hadits berikut ini dibawakan oleh Imam Nawawi dalam karya beliau Riyadhus Sholihin dalam Bab "Bersegera dalam kebaikan dan anjuran kepada orang yang menuju kebaikan supaya menghadapinya dengan sungguh-sungguh tanpa keragu-raguan". Berikut salah satu hadits yang beliau rahimahullah bawakan.

Dari Abu Sirwa'ah yaitu 'Uqbah bin Al Harits radhiyallahu 'anhu, ia pernah berkata,

صَلَّيْتُ وَرَاءَ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – بِالْمَدِينَةِ الْعَصْرَ فَسَلَّمَ ثُمَّ قَامَ مُسْرِعًا ، فَتَخَطَّى رِقَابَ النَّاسِ إِلَى بَعْضِ حُجَرِ نِسَائِهِ ، فَفَزِعَ النَّاسُ مِنْ سُرْعَتِهِ فَخَرَجَ عَلَيْهِمْ ، فَرَأَى أَنَّهُمْ عَجِبُوا مِنْ سُرْعَتِهِ فَقَالَ « ذَكَرْتُ شَيْئًا مِنْ تِبْرٍ عِنْدَنَا فَكَرِهْتُ أَنْ يَحْبِسَنِى ، فَأَمَرْتُ بِقِسْمَتِهِ »

"Aku pernah shalat 'Ashar di belakang Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam di Madinah. Ketika salam, beliau dengan cepat berdiri. Lalu beliau melangkahi leher para jama'ah untuk menuju ke sebagian kamar istri-istri beliau. Para sahabat pun terkejut dengan gerak cepatnya Nabi shalllallahu 'alaihi wa sallam ketika itu. Lantas beliau shallallahu 'alaihi wa sallam pun keluar. Beliau pun mengetahui bahwa mereka itu heran atas cepat geraknya beliau. Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan, "Aku itu teringat akan sepotong emas (yang belum dibentuk)  yang kami miliki (dan diniatkan untuk disedekahkan). Aku tidak suka ditahan lama-lama. Oleh karenanya, aku memerintahkan agar emas itu segera dibagikan." (HR. Bukhari no. 851).

Al Jauhari mengatakan bahwa "tibr" yang disebutkan dalam hadits tidak dimaksudkan dalam hadits tidak dimaksudkan kecuali pada emas sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Hajar dalam Al Fath, 2: 337. Imam Nawawi dalam Riyadhus Sholihin mengatakan bahwa "tibr" adalah potongan emas atau perak.

Faedah Hadits

Berikut beberapa faedah dari Ibnu Hajar yang disebutkan dalam Fathul Bari (2: 337).

1- Diam sebentar setelah salam dalam shalat tidaklah wajib sebagaimana dicontohkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam di atas, beliau tidak berdzikir setelah shalat ketika itu.

2- Melangkahi para jama'ah lainnya ketika ada hajat (keperluan) masih dibolehkan.

3- Berpikir tentang perkara lain di luar shalat tidak mencacati shalat dan tidak mengurangi kesempurnaan shalat sebagaimana Rasul -shallallahu 'alaihi wa sallam- kepikiran akan sedekah yang belum dibagikan saat itu.

4- Bertekad di pertengahan shalat untuk melakukan hal lain setelah shalat dirampungkan juga tidak mencacati shalat.

5- Mewakilkan pada yang lain untuk membagikan sedekah atau zakat padahal mampu melakukan sendiri masih dibolehkan.

Syaikh Salim bin 'Ied memberikan faedah lainnya sebagai berikut.

1- Bolehnya heran atau takjub pada orang yang mengerjakan sesuatu yang tidak biasanya sebagaimana herannya para sahabat pada Rasul -shallallahu 'alaihi wa sallam- yang baru kali ini terlihat bergerak cepat.

2- Barangsiapa yang lihat sesuatu yang aneh di mata para sahabatnya, maka hendaklah ia menghilangkan syubhat atau keanehan tersebut.

3- Bersegera melakukan amalan kebajikan sebagaimana dicontohkan oleh Rasul -shallallahu 'alaihi wa sallam- yang tidak mau menunda-nunda pembagian sedekah.

4- Disunnahkan untuk berlepas diri dari hal-hal yang mengganggu pikiran yang bisa memalingkan dari dekat pada Allah.

5- Melangkah cepat bukan berarti tidak tenang.


WaLLAAHUa'lam

Saturday, January 4, 2025

SOLUSI MENGATASI KESUMPEKAN DUNIA AKHIRAT


ابن حجر الهيتمي رحمه الله: "مَن جعل الصّلاةَ على النّبيّ ﷺ معظمَ عباداتِه كفاه الله ﷻ هَمَّ دنياه وآخرتِه".


Ibnu Hajar Al Haitami Ra berkata, "Siapa orang yang menjadikan sholawat sebagai ibadah yang selalu dia perhatikan untuk dilaksanakan, maka Allah akan menyelesaikan segala  kesumpekan dunia dan akhiratnya."


(الدّرّ المنضود، ص١٦٦)

Sunday, December 22, 2024

AMALAN RASULULLAH BA'DA SHOLAT WAJIB

Syaikh 'Abdurrahman bin Nashir As-Sa'di rahimahullah berkata dalam kitabnya Manhajus Salikin,


فَإِذَا فَرَغَ مِنْ صَلَاتِهِ:


اِسْتَغْفَرَ ثَلَاثًا, وَقَالَ:


اَللَّهُمَّ أَنْتَ اَلسَّلَامُ وَمِنْكَ اَلسَّلَامُ, تَبَارَكْتَ يَا ذَا اَلْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ


لَا إِلَهَ إِلَّا اَللَّهُ, وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ, لَهُ اَلْمُلْكُ وَلَهُ اَلْحَمْدُ, وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ, لَا إِلَهَ إِلَّا اَللَّهُ, وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ, لَهُ اَلنِّعْمَةُ, وَلَهُ اَلْفَضْلُ, وَلَهُ اَلثَّنَاءُ اَلْحَسَنُ, لَا إِلَهَ إِلَّا اَللَّهُ مُخْلِصِينَ لَهُ اَلدِّينُ وَلَوْ كَرِهَ اَلْكَافِرُونَ


سُبْحَانَ اَللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ, وَاَللَّهُ أَكْبَرُ, ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ, وَيَقُولُ: لَا إِلَهَ إِلَّا اَللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ, لَهُ اَلْمُلْكُ, وَلَهُ اَلْحَمْدُ, وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ. تَمَامَ اَلْمِائَةِ


Ketika selesai dari shalat, membaca:


ISTIGHFAR tiga kali lalu mengucapkan: ALLAHUMMA ANTAS SALAAM, WA MINKAS SALAAM, TABAAROKTA YAA DZAL JALAALI WAL IKROOM.

LAA ILAAHA ILLALLOH, WAHDAHU LAA SYARIIKA LAH, LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU WA HUWA 'ALAA KULLI SYAI-IN QODIIR. LAA HAWLA WA LAA QUWWATA ILLAA BILLAAH. LAA ILAAHA ILLALLOH, WA LAA NA'BUDU ILLAA IYYAAH. LAHUN NI'MAH WA LAHUL FADHLU WA LAHUTS TSANAAUL HASAN. LAA ILAAHA ILLALLOH, MUKHLISHIINA LAHUD DIIN, WA LAW KARIHAL KAAFIRUUN.

SUBHANALLAH WALHAMDU LILLAH WALLAHU AKBAR, sebanyak 33 kali, lalu digenapkan menjadi serratus dengan: LAA ILAHA ILLALLAH WAHDAHU LAA SYARIKA LAH, LAHUL MULKU WALAHUL HAMDU WA HUWA 'ALA KULLI SYAI-IN QODIIR.


Bacaan Istighfar dan Allahumma Antas Salaam

Tsauban radhiyallahu 'anhu berkata,


كَانَ رَسولُ اللهِ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا انْصَرَفَ مِنْ صَلاَتِهِ اسْتَغْفَرَ ثَلاثَاً ، وَقَالَ : (( اللَّهُمَّ أنْتَ السَّلاَمُ ، وَمِنْكَ السَّلاَمُ ، تَبَارَكْتَ يَاذَا الجَلاَلِ وَالإكْرَامِ )) قِيلَ لِلأوْزَاعِيِّ – وَهُوَ أحَدُ رواة الحديث – : كَيْفَ الاسْتِغْفَارُ ؟ قَالَ : يقول : أسْتَغْفِرُ الله ، أسْتَغْفِرُ الله


"Apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam selesai dari shalatnya (shalat fardhu, pen.), beliau beristighfar tiga kali dan mengucapkan "ALLAHUMMA ANTAS SALAAM, WA MINKAS SALAAM, TABAAROKTA YAA DZAL JALAALI WAL IKROOM" (artinya: Ya Allah, Engkau pemberi keselamatan, dan dari-Mu keselamatan. Mahasuci Engkau, wahai Tuhan Pemilik Keagungan dan Kemuliaan).


Ada yang bertanya pada Al-Auza'i, salah satu perawi hadits ini, "Bagaimana cara beristighfar?" Al-Auza'i menjawab, "Caranya membaca 'ASTAGHFIRULLAH … ASTAGHFIRULLAH' (Aku memohon ampun kepada Allah. Aku memohon ampun kepada Allah).  (HR. Muslim, no. 591)


وَعَنِ المُغِيْرَةِ بْنِ شُعْبَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – كَانَ إِذَا فَرَغَ مِنَ الصَّلاَةِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : (( لاَ إلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ ، لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ ، اللَّهُمَّ لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ ، وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ ، وَلاَ يَنْفَعُ ذَا الجَدِّ مِنْكَ الجَدُّ )) . متفقٌ عَلَيْهِ


Dari Al-Mughirah bin Syu'bah bahwa apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam selesai dari shalatnya, beliau mengucapkan,


LAA ILAAHA ILLALLOH, WAHDAHU LAA SYARIIKA LAH, LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU WA HUWA 'ALAA KULLI SYAI-IN QODIIR.


ALLOHUMMA LAA MAANI'A LIMAA A'THOYTA WA LAA MU'THIYA LIMAA MANA'TA WA LAA YANFA'U DZAL JADDI MINKAL JADD.


Artinya:


"Tiada Rabb yang berhak disembah selain Allah yang Maha Esa; tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya puji dan bagi-Nya kerajaan. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, tidak ada yang mampu mencegah hal yang Engkau berikan dan tidak ada yang mampu memberi hal yang Engkau cegah. Tidak berguna kekayaan dan kemuliaan itu bagi pemiliknya (selain iman dan amal shalihnya yang menyelamatkan dari siksaan). Hanya dari-Mu kekayaan dan kemuliaan." (Muttafaqun 'alaih) [HR. Bukhari, no. 844 dan Muslim, no. 593]


وَعَنْ عَبْدِ اللهِ بنِ الزُّبَيْرِ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُمَا أنَّه كَانَ يَقُولُ دُبُرَ كُلِّ صَلاَةٍ ، حِيْنَ يُسَلِّمُ : (( لاَ إلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَريكَ لَهُ، لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ . لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ ، لاَ إلهَ إِلاَّ اللهُ ، وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إيَّاهُ ، لَهُ النِّعْمَةُ وَلَهُ الفَضْلُ وَلَهُ الثَّنَاءُ الحَسَنُ ، لاَ إلهَ إِلاَّ اللهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الكَافِرُونَ )) قَالَ ابْنُ الزُّبَيْرِ : وَكَانَ رَسُولُ الله – صلى الله عليه وسلم – ، يُهَلِّلُ بِهِنَّ دُبُرَ كُلِّ صَلاَةٍ . رواه مسلم


Dari 'Abdullah bin Az-Zubair radhiyallahu 'anhu bahwa ia mengucapkan setiap akhir shalatnya saat mengucapkan salam yaitu bacaan:


LAA ILAAHA ILLALLOH, WAHDAHU LAA SYARIIKA LAH, LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU WA HUWA 'ALAA KULLI SYAI-IN QODIIR.


LAA HAWLA WA LAA QUWWATA ILLAA BILLAAH. LAA ILAAHA ILLALLOH, WA LAA NA'BUDU ILLAA IYYAAH. LAHUN NI'MAH WA LAHUL FADHLU WA LAHUTS TSANAAUL HASAN.


LAA ILAAHA ILLALLOH, MUKHLISHIINA LAHUD DIIN, WA LAW KARIHAL KAAFIRUUN.


Artinya:


"Tiada Rabb (yang berhak disembah) kecuali Allah, yang Maha Esa; tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan pujaan. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali (dengan pertolongan) Allah. Tiada Rabb (yang berhak disembah) kecuali Allah. Kami tidak menyembah kecuali Dia. Bagi-Nya nikmat, anugerah, dan pujaan yang baik. Tiada Rabb (yang hak disembah) kecuali Allah, dengan memurnikan ibadah kepada-Nya, sekalipun orang-orang kafir benci."


Dikatakan oleh Ibnu Az-Zubair, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam biasa membaca bacaan dzikir ini di akhir shalat. (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 594]


Macam-Macam Bentuk Bacaan Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar bada Shalat Wajib

Ada lima versi bacaan untuk dzikir tersebut bada shalat:


1. SUBHANALLAH WALHAMDULILLAH WALLAHU AKBAR sebanyak tiga puluh tiga kali lalu digenapkan dengan LAA ILAHA ILLALLAH WAHDAHU LAA SYARIKA LAH, LAHUL MULKU WALAHUL HAMDU WA HUWA 'ALA KULLI SYAI-IN QODIIR.

2. Bisa juga membaca SUBHANALLAH 33 KALI, ALHAMDULILLAH 33 KALI, ALLAHU AKBAR 33 KALI, lalu digenapkan menjadi seratus dengan LAA ILAHA ILLALLAH WAHDAHU LAA SYARIKA LAH, LAHUL MULKU WALAHUL HAMDU WA HUWA 'ALA KULLI SYAI-IN QODIIR.

3. SUBHANALLAH 33 kali, ALHAMDULILLAH 33 kali, ALLAHU AKBAR 34 kali.

4. SUBHANALLAH WALHAMDULILLAH WA LAA ILAHA ILLALLAH WALLAHU AKBAR sebanyak 25 kali, totalnya berjumlah seratus karena ada empat kalimat di dalamnya.

5. SUBHANALLAH sepuluh kali, ALHAMDULILLAH sepuluh kali, ALLAHU AKBAR sepuluh kali.


WaLLAAHUa'lam