Saturday, March 28, 2015

untuk anak-anakku

Bismillahirrahmaanirahiim
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirobbil alamin, washolatu wassalamu 'ala asrofil ambiya iwal mursalin wa'ala alihi wasohbihi aj ma'in. Amma ba'du.
Segala puji bagi Allah Sang Penguasa alam semesta. Semoga salawat serta keselamatan tercurahkan selalu kepada Nabi dan Rasul termulia. Berserta keluarga dan sahabat-sahabatnya, semuanya.

Untuk anak-anakku Aa Aqib, Neng Fathia dan Neng Queen. Abi dan Umi bangga dan sangat menyayangimu nak.

Abi dan Umi selalu bahagia seraya memanjatkan syukur Alhamdulillahirabbil 'Alamin, melihat kalian tumbuh dewasa. Melihat kalian sholeh sholehah, sing balageur nya kaka Daffa, teteh Fatiha, dan dede Queensa...

Anak-anakku Rahimakumullahu, ketika engkau lahir, itu adalah saat dimana pertama kalinya Abi dan Umi mendengar tangis kebahagiaan. Tangisan yang memecahkan heningnya dunia, tangisan yang akan selalu kami rindukan, tangisan yang menumbuhkan harapan. Tangisan itu adalah tangisanmu, anakku. Saat kami memelukmu untuk pertama kalinya, engkau putih bagaikan kertas. Hanya ucapan rasa syukur Alhamdulillahirabbil'alamiin dan senyuman beriring linangan air mata bahagia yang dapat kami berikan ketika itu kepadamu. Kami terpaku memandang matamu yang bulat. Abi dan Umi tersenyum bahagia melihatmu telah hadir di dunia ini, anakku. Ketika itu kami berjanji, nak, janji tentang suatu kebahagiaan yang menentramkan bagimu. Engkau kebahagiaan yang dititip oleh Allah pada kami, engkau cahaya dan bunga yang memberikan kedamaian yang amat sangat kepada kami. Abi dan Umi sangat menyayangimu, anak-anakku.

Saat engkau masih kecil dulu, anakku, kami berdoa dan mengusap ubun-ubunmu, kami menyuapkan makanan padamu, kami menggantikan bajumu, kami pula yang membersihkan kotoranmu. Sekarang, engkau telah dewasa, anakku. Engkau telah mampu melakukan semua itu tanpa bantuan Abi dan Umi lagi. Dan nanti, seiring bertambahnya umurmu, ketika kami tidak lagi sanggup menopang badan ini dengan kaki kami sendiri, nak. Ketika Abi dan Umi tak lagi dapat mencarikan makan untukmu. Ketika kami juga sudah tak mampu menggendongmu seperti dulu. Oleh karna itu, disaat kami sudah tak sanggup lagi menopang tubuh ini, disaat Abi dan Umi sudah tak lagi mampu berdiri dan berjalan. Jangan engkau hiraukan, nak. Pergilah anak-anakku, besarkan dirimu, jadilah seseorang yang berguna. Jadilah seorang pribadi yang menawan, anakku. Kami, Abi dan Umi, hanya ingin melihatmu tumbuh menjadi seorang insan yang sholeh, sholehah dan menawan.

Saat ini engkau telah lebih kuat, kini engkau telah lebih mengerti arti hidup nak. Dunia telah mengajarimu tentang banyak hal. Kecerdasanmu tentu jauh lebih hebat dibanding ketika kami masih membelai-belai hangat kepalamu dulu. Sekalipun mungkin Abi dan Umi terlalu bodoh untuk memahami apa yang telah engkau dapatkan di dunia ini, jangan pernah malu memiliki kami, nak. Sayangilah kami walaupun tak sebesar kasih sayang yang pernah kami curahkan untukmu. Cintailah Abi dan Umi ini, sekalipun itu tak sebesar cinta yang kami berikan dalam setiap tidurmu. Ceritakan kepada kami apa yang telah engkau lihat diluar sana seolah itu adalah cerita yang jauh lebih hebat dibanding cerita saat pertama kali engkau dapat berjalan dulu.

Abi dan Umi sadar bahwa kami bukanlah manusia yang sempurna, kami punya kekurangan, kami juga melakukan kesalahan, kami punya kelemahan. Maafkan Abi dan Umi yang dulu pernah memarahimu. Maafkan Abi dan Umi jika dulu pernah memukulmu. Maafkan semua kesalahan yang pernah kami lakukan padamu. Maafkan Abi dan Umi jika bernada bicara agak tinggi saat mengingatkan engkau agar tidak telat sholat, maafkan Abi dan Umi jika bernada bicara agak tinggi jika melihat dan merasa apa yang kamu lakukan kurang benar atau ataupun tidak benar, maafkan jika Abi atau Umi ini tak mampu untuk senantiasa memenuhi permintaanmu untuk membeli sepatu yang bagus, sepeda yang bagus, atau sepatu skateline seperti teman-temanmu punya, sehingga jika ingin sesuatu kalian harus nabung dulu, maafkan kami jika Umi hanya membuatkan roti atau es krim instan tepung pondan buatan umi sendiri, untuk dibagikan ke teman-temanmu saat engkau ulang tahun. Itu semua kami lakukan hanya karna demi kebaikanmu, anakku. Sekali lagi maafkan kami nak ...

Adalah kebahagiaan yang tak terkira saat kalian salim tangan dan mencium pipi kami setelah selesai sholat dan pulang mengaji, mengucap salam waktu keluar dan masuk rumah, Abi dan Umi senaaang sekali tiap mendengarkan kalian membaca Alquran. Terimakasih kaka Daffa nderes Qurannya, Terimakasih teteh Fatiha  waktu abi sakit, teteh Fatiha membacakan Quran disamping Abi, terimakasih juga untuk Queen yang dari TK kecil sudah hafal surah Al-Kursi, Subhanallah sungguh suatu kebahagiaan yang tak terkira ....., Abi dan Umi senang saat melihat kalian di dapur menggoreng telur, membuat nasi goreng, membantu menanak nasi di magic jar,

Anak-anakku, kehidupan akhirat jauh lebih baik dan kekal, dari pada kehidupan dunia yg remeh temeh, sendau gurau dan sangat singkat ini... seperti firman Allah SWT dalam Q.S. Al-An'Am ayat 32: ”Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?”...

Pesan dari Abi dan Umi, jalankan sholat 5 waktu, baca Alquran, jalankan sunnah tahajud dan dhuha, jagalah hati, pegang teguh iman, selalu ingat bahwa Allah selalu melihatmu, selalu ingat Allah dalam keadaan suka maupun duka, jemputlah janji Allah yang banyak dan tesebar dalam kitabNya, berfikir positif dan lakukanlah hal yang baik, jalin silaturahim, datangilah majelis taklim,  berkumpul dengan orang sholeh atau teman-teman yang baik,  rutinkan bersedekah, jangan lupa zakat, berhati-hatilah dalam melangkah, ukur tiga kali sebelum memotong sekali, hati-hati dalam berbicara, sertakanlah Allah dalam setiap langkah-langkahmu anak-anakku.  Jangan takkabur dan sombong, cita-cita boleh setinggi langit tetapi kaki kita harus tetap menginjak bumi. Ingat-ingat pesan Umi nak, Hirup mah kudu optimis. Dituntun ku santun. Diasuh ku lungguh. Dipiara ku rasa. Diasah ku kanyaah. Dijaga ku du'a kanu kawasa. Santun ka saluhureun. Hormat ka sasama. Someah ka semah. Akur jeung papada dulur. Hirup sauyunan...

Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. (QS Ali ‘Imran [3]: 139)

Anak-anakku, air mata kami ini takkan lagi dapat engkau artikan sebagai sebuah harapan akan kebahagiaanmu kelak. Kini, kami dapat melihat dan menatapmu dari jauh. Kau sudah besar sekarang nak, jadilah orang yang berguna bagi agama, keluarga, dan bagi orang lain, anak-anakku.

Kini, hanya engkau yang kami miliki, engkau adalah harapan Abi dan Umi. Dalam kedewasaanmu, anakku, kami tak lagi dapat memarahimu, kami tak lagi dapat memukulmu, kami tak lagi dapat memberikan nasihat yang bijak padamu. Abi dan Umi hanya berusaha memberikan contoh kepadamu, Abi  dan Umi tidak akan pernah menuntutmu untuk memberikan sebuah tempat tidur yang nyaman. Kami tidak akan meminta tempat bernaung padamu, anakku, karena ketika engkau telah berbahagia, ketika engkau telah merasakan ketentraman, maka itulah kebahagiaan hakiki yang juga akan kami rasakan, itulah ketentraman yang amat menenangkan bagi kami. Engkau tak perlu khawatir mengapa kami harus menangis, engkau tak perlu cemas melihat keadaan kami. Berbahagialah anakku, berbahagialah! Engkau pantas untuk mendapatkan itu.

Anakku-anakku yang tersayang, Abi dan Umi tidak tahu kapan ajal itu datang, tapi pasti datang. Kelak jika nanti Abi dan Umi meninggalkan dunia ini, mohon jangan engkau menangis ya nak. Lepaskanlah kami dengan hati yang ikhlas. Tersenyumlah, anakku, senyummu menenangkan kami. Tersenyumlah seperti yang pernah engkau berikan ketika engkau dilahirkan dulu. Jangan lupakan Abi dan Umi. Ingatlah nasihat-nasihat baik dan contoh yang baik yang selalu kami berikan kepadamu, jangan tiru contoh buruk dan hal bodoh yang kami lakukan, dan ingatlah ketika kami memarahimu dulu. Kelak, ketika Abi dan Umi takkan pernah dapat melihatmu lagi, ketika Abi dan Umi tak bisa mengawasimu lagi, ketika Abi dan Umi sudah tak bisa memegang tanganmu lagi, ketika Abi dan Umi juga tak dapat mencium keningmu lagi, jagalah dirimu sebaik mungkin, anakku. Engkau anak-anak Abi dan Umi, harus senantiasa tersenyum dalam kebahagiaan yang menentramkan.

Ingat nak, Abi dan Umi ini hanya bertugas menjemput rizki, dan sama sekali tidak bisa memberi rizki. Jadi jangan khawatir, jika penjemput rizki pergi maka sesungguhnya pemberi rizki itu abadi yaitu Allah SWT.

Nak, sempatkankah waktu untuk mendoakan Abi dan Umi sehabis sholat, dan sempatkanlah waktu sejenak mendoakan kami disela-sela kesibukanmu, jika engkau mempunyai waktu, kelak datanglah ke pemakaman tempat Abi dan Umi tertidur untuk terakhir kalinya. Siramilah kami dengan doamu, berdo'alah kepada Allah untuk kami, anakku. 
Saat menulis ini, Abi dan Umi membayangkan anak cucu Abi dan Umi banyak yang hafal Al Quran dan setiap selesai dengan hafalannya selalu berdoa dan menghadiahkan kepada kami di alam kubur.

Sekali lagi, maafkan semua kesalahan yang pernah Abi dan Umi lakukan padamu, maafkan kami nak ... maafkan. Kami bangga mempunyai anak-anak sepertimu. Semua kesalahan yang pernah engkau lakukan pada Abi dan Umi telah lama kami maafkan. Engkau anak-anak Abi dan Umi, kami menyayangimu nak... kami menyayangimu....

‘Allahumma anta Rabbii. Laa ilaha illa anta. Kholaqtanii, wa ana ‘abduka. Wa ana ‘ala ‘ahdika wawa’dika mastatho’tu. A’udzubika min syarri ma shona’tu. Abu’u laka bini’matika ‘alayya. Wa abu’u bidzanbii, faghfirli. Fa innahu la yaghfirudz dzunuba illa anta.

(Ya Allah, Engkaulah Rabbku. Tiada Ilah yang hak kecuali Engkau. Engkau telah menciptakanku dan aku adalah Hamba-Mu, dan aku senantiasa memegang teguh janji-Mu sekuat tenagaku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang telah kuperbuat. Aku mengakui anugerah nikmat-Mu bagi diriku dan aku juga mengakui dosa-dosaku, maka ampunilah aku. Sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau.’”

Rabbana hab lana min azwajina wa dzurriyyatina qurrata a’yunin waj-’alna lil-muttaqîna imama.
Artinya,
"Ya Tuhan kami, anugerahkan kepada kami, pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyejuk hati kami, dan jadikan kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa". (QS. Al Furqaan : 72)

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

dari Abi dan Umi ...

0 comments :

Post a Comment