Monday, March 25, 2013

Khutbah / Nasihat Pernikahan



Bismillahirrahmaanirrahim,
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Beberapa saat lagi Insya Allah Adinda AKHI akan mengucapkan ijab kabul dengan wali Adinda UKHTI.

Ketahuilah bahwa akad tersebut tidak saja akan disaksikan oleh keluarga karib kerabat, handai taulan dan sahabat, tetapi bumi dan langit serta para malaikat pun menjadi saksi.

Ingatlah bahwa akad nikah adalah perjanjian yang sangat berat, sama beratnya dengan perjanjian yang diambil Allah dari Bani Israil di bawah bukit Tursina. Itu sebabnya, jika suatu saat nanti akad tersebut ptus, maka ‘arsy Allah akan berguncang dengan begitu dahsyat.

Oleh sebab itu, bagi AKHI, yakinlah bahwa UKHTI adalah wanita terbaik yang Allah berikan. Begitu juga UKHTI, percayalah bahwa AKHI adalah pria terbaik yang Allah pilihkan.

Dengarlah kata-kata DR. A’idh Al-Qarni dalam bukunya yang terkenal LaTahzan, bahwa orang yang menyadari bahwa pilihan Allah adalah yang terbaik bagi hamba-Nya, akan merasakan bahwa musibah dan kesulitan apapun terasa ringan dan mudah. Dia tidak akan bersedih dengan apapun yang terjadi. Semua itu disebabkan oleh keyakinan terhadap kebaikan, kemurahan dan pilihan Allah.

Pada saat itulah, keruwetan dan kesempitan hati akan sirna dan menyerahkan semua perkaranya kepada Rabb Yang Mahatinggi. Tidak ada istilah tidak menerima, menentang, murung. Sebaliknya, ia akan bersyukur dan bersabar sampai akhirnya nanti tampak hasil dengan sendirinya dan mendung musibah itupun pasti berlalu.

Calon kedua mempelai, para wali dan saksi, serta hadirin yang saya hormati ...

Agama kita mengajarkan bahwa cinta harus terbina dari dunia sampai akhirat, dalam Al-Qur’an surat Az-Zukhruf ayat 70-71 berbunyi :

ادْخُلُوا الْجَنَّةَ أَنتُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ تُحْبَرُونَ {70} يُطَافُ عَلَيْهِم بِصِحَافٍ مِّن ذَهَبٍ وَأَكْوَابٍ وَفِيهَا مَاتَشْتَهِيهِ اْلأَنفُسُ وَتَلَذُّ اْلأَعْيُنُ وَأَنتُمْ فِيهَا خَالِدُونَ {71}

“ Masuklah kamu bersama dengan istrimu ke dalam surga, kamu akan disambut dengan piring-iring dari emas dan piala-piala. Di dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap dipandang mata dan kamu kekal di dalamnya”.

Maka berbahagialah AKHI dan UKHTI yang telah menemukan pasangan seiman, seislam. Tinggal sekarang, ada kewajiban untuk saling mengingatkan agar bahtera rumah tangga kalian runtut sauyunan ka cai jadi saleuwi ka darat jadi salebak sapapait samamanis sareundeuk saigel sabobot sa pihanean di bawah naungan rasa cinta.

Sejak dahulu, bukan hanya para nabi dan Rasul yang menekankan pentingnya rasa, melainkan juga kaum pujangga di penjuru dunia

Renungkanlah kata-kata bijak ini :
Kerajaan akan lenyap
Menara akan runtuh
Tapi cinta akan tetap abadi

Mari,  kita simak pula kata-kata George Sands berikut ini, “There is no happiness in our life to love and to be loved – tak ada kebahagiaan dalam hidup kita ini kecuali mencintai dan dicintai”. Jadi, menurut Sands, cinta adalah sumber kebahagiaan. Lalu apa kata orang Melayu “kalau tak ada tinta, mana mungkin kutulis puisi – kalau tak ada cinta, mana mungkin aku datang ke mari”.

Begitu dahsyatnya energi cinta. Maka pastikan bahwa cinta yang sekarang mekar di hati kalian berdua, tumbuh dari hati yang ikhlas. Waspadalah, cinta karena gincu akan segera layu dan cinta karena dasi akan segera basi. Ini penting karena kalian akan hidup bersama dalam kurun waktu yang tidak sebentar.

Dengan cinta yang tumbuh dari hati yang ikhlas, jika sampai satnya nanti, ketika kesegaran dan kecantikan masa muda mulai meninggalkan kita, maka yang harus tertinggal adalah kecantikan yang berupa kebaikan dan sifat penuh pengertian.

Karena kalian telah mengikatkan tali cinta, maka pada hakikatnya kalian adalah satu. Oleh karena itu, jadikanlah empat mata satu pandangan, empat kaki satu langkah, empat tangan satu pegangan, dan dua hati satu rasa.

Al-Qur’an bahkan menggambarkan lebih jauh dari itu tentang kesatuan suami-istri : hunna libasun lakum wa antum libasun lahunna – para istri adalah pakaian bagi para suami dan para suami adalah pakaian bagi para istri.

Salah satu fungsi pakaian adalah penutup aurat, penutup aib. Oleh sebab itu, jika nanti ada aib pada suami, istri harus menjadi penutupnya. Demikian pula jika ada aib pada istri, suami harus menutupinya. Jangan sekali-kali menceritakan aib suami atau istri kepada orang lain.

AKHI dan UKHTI yang berbahagia ...

Kami percaya, kalian menikah dengan motivasi ibadah. Yakinlah, bahwa kepada orang-orang yang menikah dengan niat ibadah, Allah berjanji akan memberkati rizki.

Bekerjapun, yang bagi kebanyakan orang melelahkan, bagi mereka yang sudah menikah menjadi ringan karena mereka bekerja dengan cinta.

Apa itu bekeja dengan cinta?
Kata Kahalil Gibran, bekerja dengan cinta adalah Engkau menenun kain dengan benang-benang dari hatimu, seakan-akan kekasihmu yang akan mengenakannya.

Bekerja dengan cinta adalah Engkau membangun rumah dengan batu-batu dari jantungmu, seakan-akan kekasihmu yang akan menempatinya.

Bekerja dengan cinta adalah Engkau menabur benih dengan penuh kelembutan dan memanennya dengan rasa senang, seakan-akan kekasihmu yang akan menjadikan buah-buahan itu sebagai hidanganya.

Bekerja dengan cinta adalah meneguhkan segala yang telah Kau bangun dengan hembusan ruhmu sendiri dan menyadari bahwa orang-orang yang telah meninggal berdiri bersamamu dan mengamati.

Betapa nikmat keluarga yang bekerja dan hidup dengan cinta. Bagaimana tidak, sebab bagi para pecinta semua benda menjadi bunga-bunga yang indah warna-warni dan harum semerbak mewangi. Bagi para pecinta semua suara adalah musik yang mengalun lembut mendayu-dayu, mengalir bersama darah, mengangkat kesadaran membumbung tinggi bersama awan. Bagi para pecinta semua gerakan adalah tarian dan setiap kata adalah puisi yang berkisah tentang waktu yang berlalu menuju dunia yang abadi.

Namun AKHI dan UKHTI...
Ingatlah bahwa cinta seperti bunga mawar. Kata peribahasa “Jangan Kau mau petik bunga mawar kalau tak mau tertusuk durinya”. Menikah tak ubahnya mengarungi samudera. Jika angin bertiup sepoi-sepoi, kapalpun tenang. Tapi tak jarang, bila badai datang menerjang, kapal kehilangan keseimbangan.

Badai rumah tangga bisa datang dari mana saja. Bila badai itu datang lewat UKHTI, sadari, itulah saat kesalehan Adinda tengah diuji. Peganglah cita-cita menjadi perempuan hiasan terbaik dunia, karena dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah perempuan shalehah. Ingat pula bahwa tidak ada rizki yangpaling besar bagi seorang suami sesudah taqwa kepada Allah kecuali istri yang shalehah.

Demikian pula jika badai itu datang lewat AKHI, sadari itulah saat dipertaruhkannya kualitas kepribadian Adinda, bukankah Nabi SAW bersabda “sebaik-baik kamu adalah yang paling baik perangai terhadap keluarganya”.

Tak perlu takut dengan badai rumah tagga. Mengikuti kata-kata Buya Hamka, kehidupan rumah tangga itu seperti meniti tangga. Ada saat ketika salah satu kaki menginjak anak tangga, kaki yang lain melayang-layang di udara, mungkin terpeleset atau jatuh, itu resiko. Tapi jika kita tidak mau menghadapi resiko, kita tidak akan pernah beranjak dari anak tangga terbawah.

Nabi Muhammad SAW, memberikan contoh cara bergaul dengan keluarga, yaitu bergurau. Hadist mencatat bahwa beliau sering membaca Al-Qur’a dengan kepala bersandar di pangkuan Aisyah, sementara pada kali yang lain, Nabi beberapa kali mengajak istrinya balap lari. Bayangkan, Nabi yang begitu mulia, kepala negara, panglima perang, pemimpin ummat, setiap malam tidak pernah melewatkan shalat tahajud, masih begitu mesra bercengkerama dengan istrinya.

Sepeninggal Nabi salah seorang sahabat bertanya kepada Aisyah tentang akhlak suaminya. Apa jawabannya?, dengan berlinang air mata, Aisyah menjawab “khuluquhu Al-Qur’an – akhlaknya persis seperti Al-Qur’an”.

AKHI dan UKHTI, demikanlah khutbah yang sederhana ini. Sekarang telah tiba saatnya kalian mengaikat janji dengan mengucapkan akad nikah. Kemudian terimalah salam dan do’a dari para tamu undangan.

Ya Allah limpahkanlah kepada kedua mempelai ini, cinta yang KAU jadikan pengikat rindu Rasulullah kepada Khadijah Al-Kubra, yang KAU jadikan mata air kasih sayang Imam Ali dan Fatimah Zahra, yang KAU jadikan penghias keluarga nabiMU yang suci.

Ya Allah, andai semua itu tak layak bagi mereka berdua, maka cukupkanlah permohonan keduanya dengan ridha-MU. Jadikanlah keduanya suami-istri yang saling mencintai di kala dekat, saling menjaga kehormatan di kala jauh, saling menghibur di kala duka, saling mengingatkan di kala bahagia, saling mendoakan dalam kebaikan dan taqwa, saling menyempurnakan dalam ibadat.

YA Allah sempurnakanlah kebahagiaan dalam pernikahan ini sebagai ibadah kepada-MU. Himpunlah yang terserak dari kedua mempelai ini dan berkahilah mereka berdua. Tingkatkanlah kualitas keturunan keduanya dan jadikanlah mereka pembuka pintu-pintu rahmat, sumber ilmu dan hikmah serta pemberi rasa aman bagi ummat.

Barakallahu laka wabarakata ‘alaika wajama’a baina-kuma fi kahirin was-sa’adah. Walhamdulillahi-rabbil ‘alamin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Disusun oleh : Ayi Sobarna, M.Pd. Dosen UNISBA

0 comments :

Post a Comment